Elusan lembut diberikan Sana di punggung milik gadis yang terlihat tertidur dalam dekapan nya itu. Nafas teratur juga terdengar menubruk indera pendengaran membuat seuntas senyum tercipta. Menenangkan Dahyun adalah hal yang mudah bagi Sana.
Ingin rasanya berlama lama dalam posisi seperti ini, tapi Sana harus melakukan sesuatu terlebih dahulu. Dan mau tak mau, pelukan pun dilepaskan dengan hati hati. Dia tak ingin membuat Dahyun ikutan terbangun.
Senyum terbentuk lagi kala menatap wajah menggemaskan yang terlihat tertidur nyenyak itu. "Aku tak akan lama. Tidurlah yang nyenyak Dahyunie" Sana berbisik kecil seraya memperbaiki selimut. Baru setelah itulah Ia keluar kamar.
Diluar kamar, dia mendapati Mina, Chaeyoung dan juga Tzuyu yang terlihat mondar mandir resah didepan pintu. "Apa yang kalian lakukan disini?" Sana menegur bingung.
"Eoh? Eonnie?" Ketiga gadis itu kaget kala melihat Sana keluar kamar.
"Eonnie? Gwencana?" Mina bertanya balik tanpa ada niat menjawab pertanyaan Sana lebih dulu.
"I-Iya. Aku tak apa. Hanya saja pipiku masih terasa perih" Jawab Sana kaget. "A! Tapi jangan sampai Dahyun tau tentang itu!" Peringatnya.
"kalau begitu, aku bantu eonnie mengompresnya"
"Huh? Ani ani. Aku baik baik saja Chae" Sana menolak. "Ini akan segera hilang. Lagipula aku hanya kena tampar saja. Bukan mengalami kecelakaan parah. Kekhawatiran kalian sangat berlebihan" Sana mulai terkekeh.
"Eonnie, ini bukan saatnya bercanda!" Tzuyu menegur kesal karena Sana malah bercanda. Padahal mereka begitu khawatir akan kondisinya. Gadis Jepang itu tadi terlalu memprioritaskan Dahyun dari pada tubuhnya sendiri.
"Hah~ mian. Aku begitu agar kalian tak terlalu khawatir" Balas Sana. "Dan Dahyun juga sudah tenang didalam. Dia sudah tertidur. Kalian bisa beristirahat"
"Huh? Bagaimana mungkin kami beristirahat dengan kondisi yang belum stabil seperti ini, eonnie?" Mina jelas menolak. "Lalu eonnie mau kemana?" Tanyanya lagi. "Kalau Dahyun tiba tiba bangun dan langsung mencari Jeongyeon eonnie bagaimana?"
Sana terdiam sesaat. Mina jadi secerewet ini membuatnya begitu kaget.
"Mina tenang lah" Sana memegang kedua pundak dongsaengnya itu. "Akan kupastikan tak akan terjadi apa apa lagi malam ini. Dan aku keluar kamar hanya ingin berbicara dengan Jeongyeon sebentar. Jadi kalian jaga Dahyun untukku dulu. Pastikan dia tak keluar dari kamarnya kalau dia tiba tiba terbangun"
"Tapi eonnie.. "
"Aku tak akan lama. Tolong ya.."
.15 menit sebelumnya di tempat berbeda...
Tubuh didorong paksa untuk terduduk di pinggir ranjang. Jihyo dan Momo benar benar marah karena sikap gadis yang sebenarnya lebih tua dari mereka itu.
"Aku mau lihat Sana. Minggir" Jeongyeon berusaha bangun dari duduknya. Tapi Jihyo dan Momo yang sudah kepalang emosi tak mengijinkan hal itu terjadi.
"Kau pikir Sana mau berbicara denganmu setelah apa yang kau lakukan tadi?" Momo berujar kesal. "Aku bingung denganmu Jeong. Kau benar benar berubah"
"Ck! Aku bilang minggir. Aku mau bertemu Sana" Jeongyeon terlihat tak ambil pusing dengan semua ucapan gadis Hirai itu.
"Cukup eonnie" Jihyo akhirnya ikut campur juga. Kali ini dia tak akan segan segan bersikap kasar. Sebagai leader, dia harus keras menyikapi situasi begini. "Dinginkan otak milik eonnie dulu!" Jihyo mencengkram pundak Jeongyeon sedikit kuat. Agar gadis itu tak bisa bangun dari duduknya. Dia akan mengeluarkan segala kekuatannya kalau perlu.