Mobil berjalan dengan kecepatan rata rata. Penghuni di dalamnya terlihat diam tak berbicara. Saeho yang menyetir pun tak tahan dengan keheningan ini. Apalagi melihat Nayeon disampingnya terlihat tak tenang dari tadi.
"Kau baik baik saja?" Pria itu membuka percakapan.
Yang di tanya memberi atensi meskipun hanya sebentar. "Ani" Jawabnya. "Aku benar khawatir dengan Dahyun"
"Apa kita putar balik saja? Lagipula acara keluarga hari ini tidak terlalu pent-"
"Jangan lakukan itu" Nayeon memotong. Lagipula dia tak ingin dimarahi ibunya karena tak datang lagi di acara keluarga disaat jadwalnya kosong. "Kita tetap melanjutkan perjalanan"
"Kau yakin?"
"Sebenarnya tidak. Tapi pasti Dahyun baik baik saja. Aku saja yang terlalu panik"
"Itu tidak baik untukmu. Kau harus paham dengan situasi tubuhmu saat ini"
Nayeon menghela nafasnya. Sepupunya ini mulai ke mode dokternya lagi. "Aku baik baik saja" Ucapnya. "Dan Soal tadi..Aku minta maaf. Akhir akhir ini Jeongyeon memang sulit mengendalikan emosinya"
Saeho mengangguk kecil dengan mata fokus kearah depan. Dia tak terlalu mempermasalahkannya juga sebenarnya. "Oh iya, soal kondisi mu saat ini, apa kau tidak mau bilang saja pada membermu yang lain? Kurasa mereka sudah salah paham dengan situasi dan juga kepadaku yang notabennya sepupumu dan doktermu"
"Huh? Tentu saja Aku tak akan pernah mengatakannya oppa! Tak akan pernah!" Nayeon menentang saran Saeho. "Lagipula melihat mereka salah paham begitu terhadapmu sangat mengasyikan"
"Hey~ jangan membuat situasi saat ini menjadi kesenangan mu semata. Hubungan pertemanan kalian tengah renggang kau tau" Nasehat Saeho.
"Hah~ iya iya. Aku tau"
"Tapi kalau dilihat lihat.." Saeho bersuara lagi. "dari sikap Jeongyeon tadi, kupikir dia menyukaimu"
"Huh?!" Nayeon berseru kaget. Itu kalimat tergila yang Ia dengar seharian ini. "Dia sudah punya Sana. Apa yang oppa pikirkan?"
"Ani.. Siapa saja yang melihat itu pasti akan berpikiran sama denganku" Ucap Saeho. "Dia menjadi tak terkendali saat aku mulai menyebut namamu. Dia tak suka orang baru berada didekatmu. Kau sadar itu kan?"
"Sama sekali tidak"
"Aishh jinjja!" Saeho terlihat frustasi berbicara dengan sepupunya itu. "Yak! Tadi kau bilang jika dia mulai berubah kasar akhir akhir ini kan? Menurut mu sejak kapan dia mulai bersikap sekasar itu? Coba kau pikir lagi"
Nayeon terdiam. Kalau dipikir dipikir.. "Sepertinya semenjak dia berkencan dengan Sana. Dia mulai sering marah marah karena terus bertikai dengan Dahyun. Dan juga saat aku bilang padanya untuk menjaga jarak dariku" Jawab Nayeon setelah berpikir lumayan panjang.
"Nah. Itu dia. Itu yang kumaksud" Saeho yang mendengar berseru mengagetkan. Bahkan tak sengaja memukul klakson mobil karena hal itu. "Gadis itu bingung akan perasaannya yang sebenarnya. Itulah kenapa dia tak bisa mengontrol emosinya. Terlebih jika sesuatu berkaitan denganmu" Lanjutnya berucap percaya diri.
"Huh? Jangan mengada ngada oppa"
"Hey..aku ini pernah belajar psikolog kau tau. Aku tau membaca gerak gerik seseorang"
"Ck! Lagipula apa yang oppa katakan tadi tidak akan pernah terjadi! Dia cinta mati pada Sana" Nayeon menolak opini itu. Karena menurut nya itu tak masuk akal sama sekali.
"Jangan bertingkah bodoh. Aku tau kau menyukai Jeongyeon juga"
"Aku tak menyukainya. Tak akan pernah" Nayeon membuang muka kearah jendela di sampingnya. Berbohong demi melindungi harga dirinya dari sepupu cerewetnya itu.
"Jadi kau menyukai Dahyun? Atau kalian benar benar sudah memiliki hubungan lebih dari seorang sahabat? Seperti yang dikatakan Jeongyeon tadi?"
"Huh? Oppa lama lama mulai terdengar gila juga. Gadis Yoo itu salah paham pada kami berdua. Aku juga tak mungkin menyukai Dahyun. Gadis itu sangat mencintai Sana"
"A~ " Saeho mulai terlihat paham. "Jadi begitu? Jadi karena itu hubungan kalian berempat seperti ini?" Dia mulai berbicara sendiri. Lalu akhirnya terkekeh membuat Nayeon keheranan. Lirikan dan senyum kecil lalu diberikannya juga pada gadis disampingnya itu. "Kalian bertingkah seperti anak kecil. Kalian terlalu bodoh memahami situasi dan perasaan kalian masing masing"
"Ck! Oppa lah yang harus berhenti berucap hal bodoh seperti itu!" Nayeon kesal. Bahkan melayangkan pukulan di lengan kekar sepupunya itu. "Fokus menyetir saja"
.
Di lain sisi, Sana terlihat membuka pintu kamar milik Dahyun. Membawa si pemilik kamar untuk duduk disisi ranjang. Gadis itu harus dijauhkan dari Jeongyeon saat ini. Karena situasi benarlah belum terkontrol maksimal.
Air minum yang diberikan Mina juga tadi tak lupa diberikannya pada Dahyun. "Sudah lebih baik?" Sana bertanya setelah Dahyun meneguk habis air di gelas.
Yang ditanya mengangguk kecil. Lalu matanya beralih menatap ke arah pipi Sana yang masih memerah. "Ini.. " Dahyun menyentuh pelan pipi itu. "Masih sakit?"
Sana mengambil tangan gadis Kim itu untuk digenggam nya. "Aku baik baik saja. Ini sudah tak sakit" Ucapnya berbohong. Padahal pipinya begitu terasa perih. Lagipula kalau tak berbohong, Dahyun kemungkinan besar akan hilang akal lagi.
"Mian eonnie... "
"Eh?" Sana terkejut kala mendengar permintaan maaf itu. "Kenapa minta maaf? Kau tak salah Dahyun"
"Ani. Aku salah" Gadis itu tertunduk. "Karena melindungiku, eonnie seperti ini. Aku benar minta ma-"
"Ani. Ini bukan salahmu" Sana menarik Dahyun untuk dipeluk nya. Memotong gadis itu untuk meminta maaf lagi. "Kau tak salah. Jadi jangan minta maaf. Aku baik baik saja. Sungguh"
Dahyun menghela nafasnya. Mendengar Sana baik baik saja saat ini membuatnya lega bukan main. Tapi tetap saja, kejadian yang terjadi 10 menit yang lalu benar tak bisa dihapus dengan mudah didalam benak. Tangan terkepal dengan erat dibalik punggung. Dahyun benarlah marah.
"Hey Kim Dahyun" Sana menegur. Dia mulai merasakan perbedaan akan tubuh yang tengah Ia peluk itu. Dekapan dilepasnya. Dan Wajah menggemaskan Dahyun segera dibawa untuk menatap nya. "Jangan pikirkan hal lain" Ucap Sana. "Kau hanya harus fokus padaku" Dia mengelus berirama pipi Dahyun yang di tangkupnya. "Aku disini.. Aku ada disini bersamamu. Jangan khawatirkan apapun lagi"
"Tapi eonnie.. "
"Stt.. Aku hanya ingin kau fokus padaku saat ini. Bagaimana kalau kita berbaring sebentar?" Sana memberi saran seraya menarik Dahyun untuk berbaring. "Kau bisa tidur jika kau ingin. Dan aku tak akan kemana mana sampai kau terlelap dan kembali bangun. Eotte?"
Dahyun terlihat berfikir. Itu hal yang sangat Ia inginkan. Tapi di sisi lain, Ia tengah bertempur dengan perasaan nya.
"Dahyun?"
"E-Eoh? A~ baiklah eonnie" Dahyun memutuskan. Masa bodoh dengan perjanjian dan jantung yang berdetak cepat. Dia hanya ingin berduaan dengan Sana. Setelah kejadian tadi, rasanya Ia ingin menyembunyikan gadis Jepang itu di suatu tempat untuk dirinya sendiri. Dan tak membiarkan seorang pun, terlebih lagi Jeongyeon menemukan keberadaan nya.
"Apa yang kau pikir kan lagi? Aku kan sudah melarangmu unt-
"Ani. Aku tak memikirlah hal lain" Dahyun memotong seraya mengambil tempatnya untuk berbaring. "Aku hanya akan fokus pada eonnie saat ini. Benar benar hanya pada eonnie. Aku janji"
_Tbc_