18

2.5K 348 127
                                    

Helaan nafas berat Nayeon keluarkan. Sedari tadi dia terlihat cukup bosan berada didalam mobil yang dikendarai Dahyun.

"Sebenarnya kita akan kemana? Kita sudah berkendara lebih dari 20 menit" Nayeon tak tahan lagi. Dia begitu bingung dengan jalan pikiran Dahyun saat ini.

"Akhirnya eonnie bersuara" balas Dahyun

"huh?"

"Kita beli minuman dulu" sigadis Kim malah memberhentikan mobilnya. "Eonnie mau yang biasanya?"

"Dahyun!"

"oke. Baiklah. Tunggu disini" Dahyun segera turun dari mobilnya. Meninggalkan Nayeon yang bergumul dengan jalan pikirannya sendiri. Helaan nafas Ia keluarkan juga. "Ck! Apa sebenarnya yang Ia inginkan?"

Beberapa menit terlewati dan Dahyun sudah terlihat kembali di mobil. Dia meletakkan dua minuman yang Ia bawa lalu segera memakai seatbeltnya dan menjalankan mobilnya.

"Dahyun?" Nayeon ingin penjelasan.

"Aku mau membicarakan sesuatu yang sangat penting dengan Eonnie" jawab Dahyun seraya melirik kecil sang eonnie. "Tapi sebelum itu, aku ingin mengajak eonnie ke taman bermain lebih dulu"

"Taman bermain?" Rasa penasaran Nayeon yang sebelumnya menguasai digantikan dengan rasa terkejut. "Apa yang kau pikirkan dengan mengajakku kesana?"

"um..karena kupikir eonnie butuh refreshing"

"Disana banyak orang Dahyun" Nayeon berucap setelah Ia menghela nafasnya. "Kita bahkan tak membawa manager. Kita pasti akan di kelilingi para penggemar. Lagipula ini siang hari. Suhu saat ini sangat panas. Kau mau membuatku terbakar? Apa kau tidak punya sisi romantis?"

"aigoo.." Dahyun menghela nafas sedikit besar. Dia tak menyangka jika Eonnienya yang satu ini begitu cerewet. "Eonnie minumlah dulu minumanmu" Dahyun malah menyuruh. Dan Nayeon menurutinya. Tenggorokannya memang terasa kering karena berucap panjang tadi.

"Aku pernah membawa Sana eonnie di waktu seperti ini. Dan dia tak banyak protes. Dia malah menyukainya" Dahyun berucap lagi.

"Jangan samakan aku dengannya" Nayeon membalas. "Dan sebaiknya kau ajak aku makan saat ini. Setelah itu kita ke apartementmu dan berbicara empat mata seperti yang kau inginkan"

"Ide bagus eonnie"

.

Malam kembali datang. Waktu berlalu begitu cepat tanpa disadari. Kini Nayeon sudah berada di apartement milik Dahyun. Keduanya berada dalam keheningan saat ini karena belum ada yang membuka pembicaraan.

"Jadi, kau ingin bicara apa?" Nayeon membuka pembicaraan.

Yang ditanya memberikan atensi. Tatapannya cukup lekat sehingga sedikit membuat risih. "Jangan menat-"

"Eonnie menyukai Jeongyeon eonnie kan?" potong Dahyun.

"Mwo?" Nayeon jelas terkejut karena pertanyaan itu. "Kenapa kau tiba-tiba menanyakan hal itu?"

"Sikap Eonnie berubah setelah Jeongyeon Eonnie dan Sana eonnie memutuskan berkencan"

Nayeon menghela nafasnya seraya melempar atensinya ke arah lain. "Tidak. Kau salah. Jeongyeon hanya sebatas sahabatku"

"Tak perlu berbohong lagi Eonnie" sahut Dahyun seraya berdiri dari duduknya. Lalu berjalan menuju kearah jendela dan terdiam disitu saat tirainya berhasil Ia buka. "Sikap eonnie terlalu sama dengan sikapku"

Mendengar ucapan sang adik membuat Nayeon menghampirinya. Lalu berdiri tepat disamping gadis Kim itu. "Kejadian seminggu yang lalu yang sempat terjadi padamu, apa itu karena Sana?"

"Tidak" jawab Dahyun cepat. "Aku hanya menghukum diriku sendiri karena telah mengharapkan sesuatu yang jelas tak bisa kumiliki"

"Dan sesuatu yang tak bisa kau miliki itu adalah Sana?"

"hm. Itu Sana eonnie" jawab Dahyun

Nayeon menatap gadis putih disampingnya itu. "Lalu kenapa kau ingin membicarakan hal ini padaku? Bukannya itu rahasia yang ingin sekali kau sembunyikan dari yang lainnya?"

Helaan nafas Dahyun loloskan. "Karena aku tidak ingin Eonnie tersakiti lagi karena Jeongyeon eonnie" Ucapnya lalu bergerak hingga tubuhnya berhadapan dengan Nayeon yang masih kukuh dengan posisinya yang menghadap ke arah jendela itu. "Aku hanya ingin menyadarkan Eonnie untuk berhenti mencintainya. Karena akupun akan melakukannya"

"Apa kau akan menyerah secepat itu?"

"Jika itu untuk kebahagian Sana eonnie. Aku harus rela melepasnya"

"Bagaimana kalau tidak?" Nayeon bergerak menatap Dahyun. "Bagaimana kalau ternyata Sana tak bahagia? Apa yang akan kau lakukan?"

"Tidak. Aku yakin Jeongyeon eonnie akan membahagiakannya. Jadi bisakah eonnie melepas Jeongyeon eonnie untuk Sana eonnie?"

Nayeon menghelan nafas setelah mendengar permintaan itu. Atensi kembali dilemparkan kearah jendela. Menatap pemandangan indah ibukota saat malam. "Sejak dia memutuskan untuk berkencan dengan Sana, aku sudah melepasnya Dahyun" Nayeon berucap. "Aku tau dengan jelas jika aku tak memiliki tempat dihatinya selain seorang sahabat. Aku sadar akan posisiku"

"keputusan yang tepat Eonnie. Meskipun aku tau itu sangatlah sulit" ujar Dahyun diakhiri dengan helaan nafas kecil.

"Cinta memang belum berpihak pada kita Dahyun" Nayeon berujar seraya mengelus kepala gadis Kim itu lembut. "Menjadi sahabat yang baik sudah lebih dari cukup. Bukan begitu?"

Dahyun mengangguk setuju seraya tersenyum kecil. "Eonnie benar"

Senyuman Nayeon kian besar. "Kalau begitu kita kembali ke dorm sekarang"

Yang dipinta mengangguk kecil. Dan saat itu juga handphonenya berdering. Dahyun meraih ponsel pintarnya itu. "Kita memang harus kembali saat ini. Lihat" Dahyun memperlihatkan layar handphoneya yang masih berdering itu. Jelas tertera nama Sana dilayarnya.

"Kurasa Sana gelisah karena kau tak kunjung pulang. Dia mengkhawatirkanmu"

"Aku tau. Dia mengkhawatirkanku sebagai adiknya" jawab Dahyun seraya memasukkan benda itu kekantung celananya lagi. Dia tak ada niat mengangkatnya.

"Gwencana?" Nayeon bertanya.

"hm. Tentu eonnie. Jadi ayo pulang" Dahyun memilih menarik Eonnienya itu untuk keluar bersama. Tapi tiba-tiba gadis Im itu berteriak kesakitan mengambil atensi.

"Aghhh!!" Ringisan terdengar kian keras.

"Eonnie?!"

_Tbc_

Selamat hari raya IDUL ADHA 🙏

Be Okay! ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang