Namanya Samijan. Dia ini salah satu temanku. Teman di sekolah, juga teman bermain sehari hari. Rumah kami juga bersebelahan. Kemana mana kami selalu bersama sama. Cari rumput bersama, cari kayu bakar bersama, menggembalakan kambingpun juga bersama. Pokoknya, bisa dibilang aku dan Samijan ini adalah sahabat sejati.
Namun ada suatu saat dimana hubungan kami menjadi agak renggang. Namanya juga anak anak, kadang hanya karena masalah yang sepele, yang awalnya teman baikpun bisa berubah menjadi bermusuhan dan saling membenci.
Samijan ini sebenarnya anak yang baik dan rajin, meski kadang sifatnya agak usil dan tengil. Dia tinggal bersama emak dan bapak tirinya. Juga adik perempuannya yang bernama Yuni.
Bapak tiri Samijan ini terkenal sebagai orang yang galak dan sangat benci dengan anak anak, terutama kepada Samijan. Sedikit saja Samijan melakukan kesalahan, bisa seharian ia terkena omelan bapak tirinya itu. Bahkan kami, anak anak desa juga sering kena omelan kalau main di dekat rumahnya. Berisik katanya, menganggu orang tidur, dan banyak lagi alasannya.
Karena rumahku dan rumah Samijan ini bersebelahan, jadi hampir tiap hari aku bisa mendengar kalau bapak tiri ini sedang marah marah. Seperti siang itu, hanya karena terlambat saat pulang sekolah, Samijan kena marah habis habisan. Dikiranya Samijan ini pulang sekolah nggak langsung pulang, tapi main main dulu.
Tapi Samijan sepertinya cuek saja. Ia sudah terbiasa mendengar omelan bapaknya. Mungkin karena sangking seringnya mendapat omelan dari bapak tirinya itu. Omelan sang bapak tiri hanya masuk di telinga kirinya dan keluar dari telinga kanan.
Anak laki laki bertubuh gempal itu justru asyik menikmati makan siangnya, sambil mendengarkan suara merdu omelan sang bapak. Ia duduk di lincak yang ada di teras rumahnya, tangan kiri menyangga piring, tangan kanannya sibuk menyuapkan nasi ke mulut, dengan sebelah kaki yang diangkat. Aku yang menyaksikan kejadian itu dari teras rumahku hanya tersenyum geli. Tak terbayang bagaimana jengkelnya bapak Samijan dengan tingkah sang anak tiri itu.
Selesai makan, kulihat Samijan lewat di depan rumahku. Membawa golok dan seutas tali yang terbuat dari sayatan kulit pohon bambu. Pasti dia mau mencari kayu bakar. Biasanya ia selalu mengajakku. Tapi karena saat itu kami sedang marahan, dia berangkat sendiri. Bahkan saat lewat di depan rumahku dan melihat aku duduk di teraspun dia cuek saja. Jangankan menyapa, melirikpun dia tidak.
Aku sedikit keki juga dengan tingkahnya itu. Tapi bodo amatlah, aku juga tak peduli. Aku yang waktu itu juga berniat untuk mencari kayu bakar kemudian berangkat lewat jalan yang berbeda dengan jalan yang dilalui oleh Samijan, meski tujuan kami sama. Jika Samijan lewat di jalan desa, aku memilih untuk lewat di area persawahan yang ada di sebelah selatan desa. Sedikit panas memang, karena tek ada pepohonan yang tumbuh di persawahan itu. Tapi tak apa, daripada harus bertemu dengan Samijan yang menyebalkan itu.
Kami punya tempat favorit untuk mencari kayu bakar. Letaknya di area Tegal Salahan, tepatnya di ladang milik Mbah Joyo. Berbeda dengan ladang ladang milik warga yang lain yang ditanami singkong atau tanaman palawija yang lainnya, ladang Mbah Joyo ini justru ditanami pohon sengon.
Ladang yang luas itu jadi seperti hutan belantara, karena banyaknya pohon sengon yang ditanam. Letaknya di sebelah barat jalan Salahan. Kira kira seratus meteran gitu dari arah jalan. Di ladang itulah kami biasanya mencari kayu bakar.
Banyak ranting ranting kering yang telah jatuh dan berserakan di tanah. Kami tinggal memungut dan mengumpulkannya. Tak perlu bersusah payah memanjat untuk sekedar mendapatkan kayu bakar. Dan karena banyaknya pohon sengon yang ditanam, tempat itu menjadi sejuk dan tidak panas, karena sinar matahari terhalang oleh lebatnya daun pohon sengon. Mbah Joyo sendiri juga tak pernah mempermasalahkan jika ada orang yang mencari kayu bakar diladangnya, selama tidak sampai merusak tanaman sengonnya. Jadilah ladang Mbah Joyo ini menjadi tempat favorit bagi para pencari kayu bakar.
KAMU SEDANG MEMBACA
Horor Story : Angkernya Tegal Salahan
HorrorKumpulan kisah horor dan misteri yang dialami oleh para narasumber di sebuah wilayah yang dipercaya sebagai sarangnya para dedhemit. Cerita ini sebelumnya sudah pernah saya tulis di platform Kaskus dengan judul yang sama. #1 basedontruestory