Ini masih cerita tentang Mas Yudi dan Mas Toni.
Jadi, malam itu, kebetulan pas malam Minggu, Mas Yudi mengajak Mas Toni untuk menemaninya apel. Entah benar atau tidak, Mas Yudi ini ngakunya baru saja mendapat kenalan cewek yang lumayan cantik di desa Kedhungsono.
Awalnya Mas Toni enggan. Apel kok minta ditemenin! Nggak gentle blas! Situ enak nanti bisa nganu nganu sama cewek, lha aku, disana paling cuma jadi obat nyamuk! Enak di kamu nggak enak di aku dong! Demikian kira kira diplomasi Mas Toni untuk menolak ajakan Mas Yudi.
Namun bukan Mas Yudi namanya kalau nggak bisa membujuk dan merayu sahabatnya itu. Cukup dengan iming iming sebungkus rokok dan seliter bensin gratis, Mas Tonipun akhirnya dengan cepat segera merubah keputusannya. Kapan lagi bisa dapat sebungkus rokok dan seliter bensin secara cuma cuma, pikir Mas Toni.
Jadilah, dengan motor butut mereka masing masing, keduanya berangkat menuju ke pasar kota kecamatan, untuk sekedar membeli beberapa bungkus makanan kecil kesukaan si calon mertuanya Mas Yudi. Hebat juga Mas Yudi, baru beberapa hari kenal dengan cewek, tapi sudah tau apa makanan kesukaan bapaknya si cewek. Dan lebih hebat lagi, Mas Yudi dengan pedenya menyebut bapak si cewek dengan sebutan calon mertua.
Tapi peduli amat, batin Mas Toni. Bukan urusannya ini. Yang penting malam ini ia dapat sebungkus rokok gratis, plus seliter bensin dan secangkir kopi, meski nantinya ia harus rela menjadi umpan nyamuk.
Selesai berbelanja, keduanyapun lalu segera meluncur ke arah selatan, melewati desa Patrolan, tembus sampai ke desa Mojoretno, lalu berbelok ke arah timur, menuju ke desa Kedhungsono, tempat dimana rumah si cewek berada.
Singkat cerita, Mas Yudipun segera asyik berduaan dengan cewek kenalan barunya itu, sementara Mas Toni lebih memilih untuk menunggu diatas motornya yang diparkir agak jauh dari rumah si cewek.
Cukup lama ia menunggu, sampai habis berbatang batang rokok dan tubuh bentol bentol digigitin nyamuk, sebelum akhirnya Mas Yudi nampak keluar dari rumah si cewek dengan wajah berbinar.
"Lama banget sih Yud?!" gerutu Mas Toni sambil menggaruk garuk lengannya yang habis dimangsa nyamuk.
"Lama apanya? Baru juga dua jam," sahut Mas Yudi sambil naik keatas sadel motornya.
"Wedhus! Ngapain aja kamu dua jam berduaan sama cewek?"
"Jangan ngeres! Aku cowok baik baik bro! Sudah yuk, kita cabut! Sudah malam ini. Kita lewat Tegal Salahan saja biar cepet!" ujar Mas Yudi sambil menyelah motornya.
"Serius mau lewat sana?" tanya Mas Toni, juga sambil menyalakan mesin motornya.
"Iya! Daripada muter lewat Patrolan, kejauhan."
"Tapi kan ini sudah hampir tengah malam Yud. Berani kamu lewat sana?"
"Sudah, tenang saja. Asal nggak macem macem kita pasti aman kok."
"Halah! Kamu aja habis macem macem sama cewek gitu kok, bilang nggak macem macem!"
"Lambemu! Sudah, percaya saja sama aku. Nanti kalau ada yang ganggu biar aku yang menghadapi!" tegas Mas Yudi sok jumawa.
Mas Tonipun akhirnya hanya bisa mengikuti apa yang menjadi kemauan Mas Yudi. Hari memang sudah larut, dan ia sudah ngantuk.
Akhirnya, merekapun menjalankan sepeda motor mereka pelan pelan lurus menuju ke arah utara. Suasana sunyi begitu terasa begitu keduanya telah memasuk area Tegal Salahan. Hanya suara nyanyian binatang malam yang terdengar menyelingi suara deru motor mereka. Kiri kanan jalan terlihat gelap gulita, karena jalanan itu memang tak bisa dipasangi lampu penerangan sama sekali. Kalaupun dipasang lampu, entah kenapa hanya selang beberapa hari akan rusak atau mati. Sorot lampu motor mereka yang redup seolah tak mampu menerangi jalanan yang terjal berbatu itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Horor Story : Angkernya Tegal Salahan
HorrorKumpulan kisah horor dan misteri yang dialami oleh para narasumber di sebuah wilayah yang dipercaya sebagai sarangnya para dedhemit. Cerita ini sebelumnya sudah pernah saya tulis di platform Kaskus dengan judul yang sama. #1 basedontruestory