Part 12 : Maling Bingung

838 68 0
                                    

Malam itu, suasana di desa Kedhung Jati nampak sepi, seperti desa mati. Gerimis yang mengguyur sejak selepas maghrib tadi, hingga tengah malam tak kunjung reda juga, membuat orang orang lebih memilih untuk meringkuk di balik selimut di atas tempat tudurnya.

Begitu juga dengan orang orang yang mendapat tugas ronda malam itu. Tak ada niat untuk berkeliling kampung, meski itu sebenarnya sudah menjadi kewajiban mereka. Siapa juga yang mau nekat berbuat jahat ditengah hujan gerimis dan cuaca dingin seperti ini, begitu pikir mereka.

Sebuah pemikiran yang salah. Karena disaat para peronda itu asyik bermain gaple di pos ronda, disaat itu juga di salah satu sudut kampung nampak salah satu jendela rumah warga terbuka pelan pelan. Disusul dengan sesosok bayangan hitam yang melompat keluar dari jendela itu. Nyaris tanpa suara, sosok itu kembali menutup daun jendela, lalu mengendap endap menjauh, untuk kemudian sosok ya lenyap dibalik rimbunnya semak semak kebun.

Tak seorangpun yang menyadari kehadiran sosok itu, yang terus mengendap endap menjauhi desa, menyelinap diantara rimbunan tanaman jagung yang lebat di ladang milik warga. Sesekali ia celingak celinguk memperhatikan situasi di sekelilingnya, memastikan bahwa tak ada orang yang memergoki aksinya, sebelum akhirnya melanjutkan pelariannya lagi.

Ya. Sosok itu adalah maling yang belakangan ini aksinya telah membuat resah warga. Cuaca dingin dan hujan gerimis tak menyurutkan niatnya untuk beraksi. Justru bagus, karena ia bisa melaksanakan aksinya dengan mulus, tanpa harus khawatir terpergok para petugas ronda yang sedang malas untuk berkeliling desa.

Beberapa kilo beras telah berhasil mengisi karung kecil yang ia sandang di pundaknya, cukup untuk memberi makan anak istrinya selama beberapa hari. Juga beberapa potong pakaian yang masih lumayan bagus, nanti bisa ia jual ke pasar loak untuk menambah penghasilannya. Dan yang paling menggembirakan, saat tadi ia sedang sibuk mengacak acak isi lemari, tanpa sengaja ia menemukan beberapa perhiasan emas yang disimpan dibawah tumpukan baju. Benar benar beruntung ia malam itu.

Maling itu bisa sedikit bernafas lega setelah agak jauh meninggalkan desa. Disulutnya sebatang rokok, lalu dihisapnya dalam dalam. Lumayan, bisa sedikit mengusir rasa dingin yang terasa menusuk sampai ke tulang.

Sampai di buk yang ada diantara turunan dan tanjakan jalan Tegal Salahan, maling itu menghentikan langkahnya sejenak. Ada sedikit rasa tak enak yang ia rasakan pada perutnya. Iapun membelokkan langkahnya ke tanggul kali kecil yang ada di sisi jalan, lalu berdiri menghadap ke rumpun pohon pisang yang ada disitu. Tangannya sibuk membuka retsleting celananya, lalu ..., "Cuuuurrrrrsssss ...!" air seni mengalir deras membasahi pokok rumpun pohon pisang itu.

"Ah, legaaaa ...!" gumam maling itu. Belum selesai maling itu menunaikan hajatnya, ia dikejutkan oleh suara menggeram, disusul dengan sosok hitam yang melompat tepat dari tempat ia menumpahkan air seninya.

Maling itu tertawa geli, mentertawakan seekor kucing hitam yang tanpa sengaja telah ia kencingi. Namun tawanya tiba tiba terhenti saat ia melihat kucing itu masih menggeram sambil menatapnya dengan tatapan yang penuh amarah.

"Ckckckck ..., puuusss ...! Puuussss ...! Puuussss ...! Jangan marah yaaa, aku ndak sengaja lho ngencingi kamu," kata maling itu sambil menaikkan kembali retsleting celananya. Ia lalu berbalik dan melangkah kembali menuju ke jalanan, meninggalkan sang kucing yang masih menggeram geram dan menatapnya dengan tatapan penuh kemarahan.

Sambil menikmati rokok tingwenya, maling itu kembali berjalan santai. Sesekali ia bersiul dan bersenandung, membayangkan esok akan mendapatkan uang yang lumayan banyak dari hasil kerja kerasnya malam itu.

Kira kira sepuluh menit ia berjalan, maling itu kembali menghentikan langkahnya. Tengok kanan tengok kiri, dan ...

"Lho, ini kan ..." maling itu tercekat, seolah ia tak mempercayai apa yang dilihatnya. Laki laki itu mengucek ucek matanya. Benar, ini tempat ia buang air kecil tadi, rumpun pohon pisang, lengkap dengan kucing hitam yang kini meringkuk di bawah pokok pohon pisang itu. Juga bau pesing bekas air kencingnya tadi.

Horor Story : Angkernya Tegal SalahanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang