Tak seperti biasa, hari itu, pagi pagi sekali Mas Yudi sudah datang ke rumah Mas Toni, bahkan disaat Mas Toni sendiri belum bangun. Terpaksa Mas Yudi harus menggedor gedor pintu kamar sohib kentalnya itu, sampai empunya kamar bangun dengan wajah kesal.
"Ada apa to Yud, pagi pagi buta sudah gedor gedor kamar orang?" gerutu Mas Toni sambil mengucek ucek matanya.
"Pagi buta dhengkulmu anjlok itu! Lihat tuh, matahari sudah tinggi, burung burungpun sudah sibuk bernyanyi diatas dahan! Kau, molor saja kerjaanmu! Pantes saja kamu awet jadi pengangguran!" seru Mas Yudi sambil ngeloyor masuk kedalam kamar Mas Toni.
"Halah! Sama sama panji klanthung saja kok sok nasehatin! Biasanya jam segini kamu juga masih ngorok!" Mas Toni justru melangkah keluar dan langsung menuju ke arah sumur yang ada dibelakang rumah untuk menuci muka. Mau tak mau Mas Yudipun mengikutinya.
"Beda dong Bro! Hari ini aku dapat obyekan! Kau mau duit ndak? Kalau mau, ayo ikut aku," kata Mas Yudi lagi sambil ikut ikutan membasuh wajahnya. Sepertinya ia belum sempat membasuh wajahnya sebelum berangkat ke rumah ini.
"Obyekan apa? Kalau nyolong mangga lagi aku ogah! Sudah kapok aku dikejar kejar thethek'an," sahut Mas Toni, masih dengan nada kesal.
"Tenang! Yang ini dijamin halal kok. Tapi sebelumnya mbok ya bikin bikin kopi apa apa gitu, masa tamu bawa rezeki gini cuma dianggurin," seloroh Mas Yudi.
"Tamu macam apa begitu, datang datang langsung minta kopi," gerutu Mas Toni, sambil beranjak ke dapur untuk menyeduh kopi. Memang, buat mereka secangkir kopi di pagi hari itu wajib hukumnya.
"Obyekan apa to, kok kayaknya semangat banget gitu?" tanya Mas Toni lagi, setelah meletakkan dua gelas kopi diatas meja.
"Mbetulin poskamling Bro! Lumayan gedhe duitnya, karena ada sponsornya," jawab Mas Yudi setelah meneguk sedikit kopinya.
"Lha emang bisa? Kita kan ndak bisa nukang?" tanya Mas Toni.
"Tenang! Kita nanti cuma bantu bantu aja, ada Pak Min yang nanti jadi tukang."
"Pak Min siapa?"
"Pak Min bapaknya Romlah, yang rumahnya di RT 3 itu."
"Oh, terus?"
"Kok terus? Kamu mau apa enggak?"
"Tergantung! Kalau duitnya gedhe ya aku mau."
"Tenang, kan tadi sudah kubilang, ada sponsornya. Jadi soal duit dijamin aman wis!"
"Yang bener? Masa benerin poskamling aja pake sponsor segala?"
"Mangkanya, jadi orang tuh yang gaul dikit, jangan molor aja kerjanya. Semalam, Pak Kardi sendiri yang minta supaya aku mengajak kamu dan Pak Min untuk ngerjain proyek ini. Pak Kardi juga yang nanggung semua biayanya. Bakalan dibongkar total tuh poskamling, lalu dibangun ulang dengan model yang lebih bagus lagi. Jadi soal duit sudah dijamin aman deh. Tau sendiri kan Pak Kardi itu orang seperti apa," Mas Yudi menjelaskan dengan penuh semangat.
"Wah, kalau semua itu ide Pak Kardi aku percaya Yud. Kalau yang nyuruh Pak Bayan aku ogah! Palingan nanti duitnya ditilep lagi. Jadi kapan kita mulai?" Mas Toni yang mulai tertarik dengan tawaran Mas Yudi itu bertanya dengan penuh semangat.
"Ya sekarang! Mangkanya aku sengaja pagi pagi datang kesini," jawab Mas Yudi.
"Ya sudah kalau begitu. Tapi aku tak sarapan dulu ya, baru nanti kita berangkat." kata Mas Toni.
"Ya sudah kalau begitu, malah kebetulan, aku juga belum sarapan tadi," tanpa malu malu Mas Yudi mengikuti langkah Mas Toni menuju ke dapur untuk sarapan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Horor Story : Angkernya Tegal Salahan
HororKumpulan kisah horor dan misteri yang dialami oleh para narasumber di sebuah wilayah yang dipercaya sebagai sarangnya para dedhemit. Cerita ini sebelumnya sudah pernah saya tulis di platform Kaskus dengan judul yang sama. #1 basedontruestory