Part 23 : Arwah Perempuan Yang Mati Gantung Diri

764 61 6
                                    

Masih ingat kisah tentang perempuan gantung diri yang pernah aku ceritakan dulu? Nah, ternyata kisah tersebut tidak berhenti pada apa yang pernah aku ceritakan dulu. Masih ada kisah kisah lain setelah kejadian itu. Dan disini aku akan mencoba untuk menceritakannya kembali.

Kejadian pertama dialami oleh mBah Kromo, pemilik ladang yang dulu digunakan oleh perempuan malang itu untuk gantung diri. Jadi, waktu itu mBah Kromo ini sedang sibuk di ladangnya, menebang beberapa batang pohon bambu yang memang banyak tumbuh di ladang itu. Bambu bambu itu nantinya akan ia gunakan untuk memperbaiki pagar rumahnya yang sudah usang dan lapuk dimakan rayap. Sekedar info, di desaku rata rata orang masih menggunakan pagar tanaman hidup untuk memagari pekarangan rumahnya. Tanaman dari jenis tertentu ditanam berbaris sedemikian rupa mengelilingi pekarangan lalu diberi gapit dari bilah bilah bambu dan diikat dengan tali yang juga terbuat dari bambu agar lebih rapi. Cukup banyak manfaat dari pagar tanaman hidup ini. Selain terlihat sejuk dan asri, daun daun dari tanaman pagar ini nantinya juga bisa dimanfaatkan untuk makanan ternak.

Kembali ke cerita, jadi sore itu mBah Kromo nampak sibuk menebang beberapa batang bambu di ladangnya. Bambu bambu yang telah berhasil ia tebang itu lalu ia bersihkan ranting rantingnya, lalu ia potong potong menjadi beberapa bagian dan ia ikat menjadi satu, agar nanti bisa lebih mudah saat membawanya pulang.

Hari semakin sore saat mBah Kromo berhasil menyelesaikan semua pekerjaannya. Sebentar lagi waktu Maghrib akan datang. Ia harus segera pulang. Namun rasa lelah yang ia rasakan, membuat kakek tua itu memutuskan untuk beristirahat sejenak.

Mbah Kromopun lalu duduk bersandar di batang pohon besar yang tumbuh di dekat rumpun pohon bambu itu, sambil sibuk melinting tembakau. Tengah asyik mBah Kromo menghisap rokok tingwenya sambil menikmati semilir angin sore yang sejuk, samar samar telinganya mendengar suara tangisan seorang perempuan. Sebuah tangisan yang terdengar sangat memilukan, membuat mBah Kromo bangkit dan bermaksud untuk mencari asal suara itu.

Tak butuh waktu lama, akhirnya mBah Kromo menemukan sumber suara tangisan. Tepat dibawah pohon sengon besar yang tumbuh di ladangnya, nampak seorang perempuan duduk memeluk lutut sambil menangis tersedu sedu.

Entah mengapa, mBah Kromo saat itu sama sekali tak ingat kalau pohon sengon itu adalah pohon yang digunakan untuk gantung diri oleh perempuan dari desa Kedhungsono beberapa hari yang lalu, hingga ia sama sekali tak menaruh curiga kepada si perempuan yang sedang menangis itu.

Hanya rasa heran yang mBah Kromo rasakan. Siapa perempuan itu, dan mengapa menangis di area ladangnya yang jauh dari pemukiman penduduk. Apakah ia perempuan yang minggat dari rumah? Atau... Penasaran, mBah Kromo lalu mendekati perempuan itu dan menyapanya pelan.

"Nduk, kenapa menangis disini?" tanya mBah Kromo.

Perempuan itu tak menjawab. Ia masih terus menangis dan menangis sambil menyembunyikan wajahnya diantara kedua lututnya, membuat mBah Kromo sedikit kesulitan untuk mengenali perempuan itu.

"Sudah sore lho ini, sudah mau Maghrib. Pulang saja sana, ndak baik perempuan keluyuran di ladang surup surup begini," bujuk mBah Kromo lagi.

Lagi lagi perempuan itu hanya diam. Hanya suara tangisnya yang terdengar semakin menjadi jadi, membuat mBah Kromo semakin kebingungan. Rasa iba dan kasihan mulai timbul di hati kakek tua itu.

"Kamu kenapa to? Lagi ada masalah? Dimarahi sama orang tuamu sampai ndak berani pulang? Mbah antar pulang mau?" lagi lagi mBah Kromo berusaha membujuk perempuan itu agar mau pulang.

"Mbah," akhirnya perempuan itu menjawab juga, meski dengan kepala yang tetap menunduk diantara kedua lututnya. Suaranya terdengar sangat serak, seperti orang yang sedang tercekik. Mungkin karena terlalu banyak menangis. "Boleh saya minta tolong?"

Horor Story : Angkernya Tegal SalahanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang