Epilog : Asal Mula Nama Tegal Salahan

623 54 13
                                    

Nama Tegal Salahan, diambil dari dua kata dalam bahasa daerah setempat, Yaitu 'Tegal' yang berarti tanah tegalan (ladang), dan 'Salah' yang berarti sekarat. Kalian pernah lihat ayam yang habis disembelih? Setelah disembelih, sebelum benar benar mati biasanya ayam itu akan menggelepar gelepar untuk beberapa saat. Kira kira seperti itulah gambaran arti kata 'Salah' yang kusebut diatas.

Lalu kenapa tempat yang menjadi latar dari story ini dinamakan Tegal Salahan? Ada beberapa versi yang pernah atau sering dikisahkan oleh orang orang tua zaman dahulu, yang kalau aku ceritakan semuanya akan cukup panjang dan makan waktu. Karena itu disini akan aku ambil garis besarnya saja, sekedar untuk menuntaskan rasa penasaran kalian akan makna dari nama lokasi di story ini.

Jadi inti ceritanya begini guys, pada zaman dahulu kala, ada serombongan prajurit yang melarikan diri karena kalah dalam berperang. Prajurit dari mana, ini masih simpang siur. Ada yang bilang prajurit Majapahit, ada yang bilang prajurit Mataram, ada juga yang bilang prajurit dari kerajaan Demak. Entah mana yang benar, aku juga kurang paham, karena namanya sebuah cerita legenda yang hanya dituturkan secara turun temurun tanpa adanya bukti autentik, maka makin kesini makin kabur kebenaran ceritanya, karena setiap penutur kisah pasti akan menambah atau mengurangi isi ceritanya sesuai dengan versi yang mereka inginkan.

Kembali ke pokok cerita, rombongan prajurit itu melarikan diri sambil membawa sang pemimpin (entah pangeran atau panglima perang) yang telah terluka parah dengan menggunakan tandu. Pelarian panjang dan melelahkan, karena musuh mereka masih tarus mengejar. Meski begitu, mereka seolah enggan untuk meninggalkan sang pemimpin yang sebenarnya sudah tak memiliki harapan untuk hidup itu.

Lelah yang mereka rasakan, membuat rombongan prajurit ini beberapa kali harus istirahat di tempat tempat yang mereka anggap aman dari serbuan musuh yang terus mengejar. Dan untuk mengenang tempat tempat peristirahatan mereka itu, mereka selalu memberi nama pada tempat tempat itu, sesuai dengan kondisi sang pemimpin yang telah sekarat.

Hingga suatu saat, mereka tiba di sebuah tanah tegalan yang cukup luas, dan memutuskan untuk beristirahat di tempat itu. Saat itu kondisi sang pemimpin sudah semakin parah, sekarat hingga menggelepar gelepar akibat luka yang dideritanya. Untuk mengenang kejadian itu, jadilah tanah tegalan yang luas itu mereka namakan 'Tegal Salahan.'

Sebelumnya, mereka juga sempat singgah dan beristirahat di suatu desa kecil selama beberapa hari. Saat di desa itu, sang pemimpin mengalami demam yang sangat parah, sampai kejang kejang dan kedua matanya mendelik seolah hendak melompat keluar dari rongganya. Dalam bahasa setempat, kondisi seperti itu disebut 'mencicil.' Desa itupun lalu diberi nama desa 'Pencil.'

Lanjut, setelah dari Tegal Salahan, rombongan itu melanjutkan pelarian ke arah timur, menyeberangi sungai dan tiba di suatu tempat. Saat sampai di tempat itu, kondisi sang pemimpin semakin bertambah parah. Sudah tak mampu bergerak gerak lagi. Bahkan bibirnya sampai tak bisa mengatup, hingga air liurnya terus meleleh kemana mana, serta kedua matanya melotot hampa, tanpa ada tanda tanda sinar kehidupan lagi. Dari kondisi sang pemimpin inilah, tempat itu lalu dinamakan desa 'Terok.' gabungan dari kata 'Mlenthe' (memble) dan 'Mlorok.' (melotot).

Pelarian rombongan itu terus berlanjut, dan berakhir di pinggiran sebuah hutan. Rasa lelah dan putus asa, membuat mereka kembali memutuskan  untuk beristirahat. Tandu yang mereka pakai untuk mengangkut sang pemimpinpun rusak. Karena itu, sambil beristirahat mereka berniat untuk memperbaiki tandu itu. Tubuh sang pemimpin lalu mereka turunkan, lalu mereka sandarkan pada sebatang pohon waru yang tumbuh di tempat itu, sementara tandu yang digunakan untuk mengangkutnya diperbaiki. Naas menimpa sang pemimpin. Ia justru menjemput ajal dibawah pohon waru tersebut. Untuk mengenang kejadian itu maka tempat itu lalu mereka namakan desa 'Waru Bathang', diambil dari gabungan kata 'Waru' yang berarti pohon Waru, dan 'Bathang' yang berarti bangkai.

Masih banyak sebenarnya nama nama tempat atau desa yang konon tercipta dari peristiwa pelarian rombongan prajurit tersebut, namun aku sudah lupa lupa ingat akan ceritanya. Jadi mungkin hanya sedikit ini yang bisa aku sampaikan.

Soal benar atau tidaknya peristiwa itu, semua aku kembalikan kepada para reader, karena ini hanyalah sebuah cerita legenda yang dituturkan secara turun temurun dari mulut ke mulut, tanpa ada bukti autentik yang bisa dijadikan bukti kebenarannya. Namun perlu rasanya aku menambahkan kisah legenda ini pada story yang sudah aku tulis, sekedar untuk memperkuat karakter ceritaku, sekaligus menjawab rasa penasaran dari reader yang mungkin penasaran.

Demikian sedikit kisah yang bisa aku ceritakan tentang asal usul nama 'Tegal Salahan,' benar atau tidaknya, percaya atau tidak percaya, monggo, itu hak para reader untuk menyikapinya.

Akhir kata saya pamit, dan sampai bertemu lagi di Story selanjutnya.

Wassalam

Horor Story : Angkernya Tegal SalahanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang