Kejadian ini aku alami saat aku masih berusia belasan tahun. Jadi waktu itu aku, bersama dengan pemuda pemudi desa yang tergabung dalam organisasi Karang Taruna di desaku, mendapat tugas menjadi sinoman dirumah salah seorang warga yang sedang mengadakan acara hajatan.
Di desaku, saat datang ke acara hajatan tidak menggunakan sistem prasmanan seperti yang banyak kita jumpai sekarang. Tamu yang datang tinggal duduk manis di tempat yang telah disediakan, biasanya kursi lengkap dengan meja kecil tempat meletakkan hidangan, lalu segala macam makanan dan minuman akan diantarkan dan dihidangkan oleh para sinoman ini. Cara menghidangkannya pun harus dengan cara yang sangat hormat dan penuh sopan santun, sehingga tamu benar benar merasa sangat dihormati.
Pagi pagi sekali, para sinoman sudah siap dengam seragam dengan seragam yang sangat rapi dan bersih. Sinoman pria mengenakan baju putih lengan panjang lengkap dengan dasinya dan celana bahan warna hitam serta sepatu kulit yang juga berwarna hitam disemir mengkilap. Sementara sinoman perempuan seperti biasa mengenakan kebaya dan kain jarik.
Mas Yudi yang ditunjuk sebagai koordinator segera mengarahkan dan membagi tugas untuk para sinoman. Siapa yang mendapat tugas menghidangkan makanan, siapa yang bertugas menghidangkan minuman, serta siapa yang bertugas untuk mengangkat piring dan gelas kotor bekas hidangan para tamu. Semua diatur dengan sangat jelas, sehingga saat bertugas nanti tidak sampai melakukan kesalahan yang akan mencoreng tidak saja nama baik pemuda karang taruna, tapi juga si tuan rumah pemangku hajat.
Tak lupa Mas Yudi juga mengecek bapak bapak yang bertugas untuk meracik minuman dan snack, serta ibu ibu yang bertugas menyiapkan makanan. Semua sudah standby di tempat masing masing. Mas Yudi tersenyum puas, karena sepertinya semua akan berjalan lancar.
Sambil menunggu tamu datang, kami menikmati teh hangat dan cemilan, sambil mendengarkan lagu lagu yang diputar dari sound system.
"Persiapan! Persiapan! Tamu sudah datang!" tiba tiba Mas Yudi yang menjadi koordinator berseru.
"Wah, tamu darimana yang sepagi ini sudah datang?" salah seorang dari kami bertanya.
"Iya. Padahal snack belum belum diracik. Nasi apalagi!" bapak bapak dan ibu ibu di dapur ikut nyeletuk.
"Sudah! Siapkan saja apa yang ada, asal pantas! Cuma satu orang ini!" ujar Mas Yudi lagi.
Kami pun menjadi sibuk. Aku yang bertugas untuk mengantar minuman segera menyambar nampan kayu dan membawanya ke tempat bapak bapak yang tengah menyiapkan minuman dan snack.
Dengan sedikit terburu buru bapak bapak itu menyiapkan snack. Memotong motong makanan kecil dan menyusunnya kedalam sebuah piring kecil, juga segelas teh panas yang segera mereka susun diatas nampan yang aku bawa.
Setelah semuanya siap, segera kuangkat nampan itu lalu dengan langkah pelan kubawa ke tampat si tamu yang baru datang itu. Sempat mataku melirik ke arah tamu yang datang kepagian itu. Seorang nenek tua dengan dandanan menor duduk di pojokan dekat dengan kursi pelaminan yang masih kosong.
Sedikit janggal memang. Tak biasanya tamu datang ke tempat hajatan sepagi ini, bahkan saat si pengantin belum duduk di pelaminan. Tapi..., ah, sudshlah. Mungkin itu tamu punya kesibukan lain hingga hanya bisa datang di saat saat pagi hari seperti ini, batinku.
Mbak Giyarni, sinoman perempuan yang bertugas di depan segera berdiri dan bermaksud menemaniku. Tugas sinoman perempuan memang mendampingi sinoman laki laki yang membawa nampan berisi makanan dan minuman, lalu mengambil makanan dan minuman dari atas nampan dan meletakkan hidangan tersebut diatas meja kecil disamping tempat si tamu duduk.
Mbak Giyarni yang sepertinya hendak mendampingiku saat itu, tiba tiba ditahan oleh Mbak Ratih, sambil memberi kode bahwa biar dia saja yang mendampingiku kali ini. Aku semakin heran. Tugas para sinoman sudah diatur sedemikian rupa. Siapa yang akan mendampingi siapa juga sudah ditentukan oleh Mas Yudi sebagai koordinator. Dan pasanganku hari ini memang Mbak Giyarni. Tapi kenapa Mbak Ratih seolah sangat ingin menggantikan tugas Mbak Giyarni?
KAMU SEDANG MEMBACA
Horor Story : Angkernya Tegal Salahan
HorrorKumpulan kisah horor dan misteri yang dialami oleh para narasumber di sebuah wilayah yang dipercaya sebagai sarangnya para dedhemit. Cerita ini sebelumnya sudah pernah saya tulis di platform Kaskus dengan judul yang sama. #1 basedontruestory