Malam itu Mas Yudi mengajak temannya, Mas Toni, untuk memancing di Kali Tempuran. Kedua pemuda asal desa Kedhungjati itu memang sangat gemar memancing. Tak peduli waktu siang atau malam, cuaca cerah atau mendung, bahkan lokasi mancing yang terkenal angkerpun pasti akan mereka datangi kalau hasrat memancing mereka sedang kambuh.
Kali Tempuran sendiri merupakan pertemuan antara dua kali kecil Tegal Salahan yang mengalir disebelah barat desa, membujur dari utara ke selatan, lalu berbelok ke arah timur di sebelah selatan desa untuk akhirnya bertemu dengan aliran kali Bagor yang mengalir di sebelah timur desa.
Jam sembilan malam, keduanya berangkat menuju ke kali yang berada di sebelah selatan desa itu. Awalnya Mas Toni sedikit ragu, mengingat malam itu adalah malam Jumat Kliwon, dan kali Tempuran menurut cerita orang orang adalah kali yang terkenal sangat angker. Namun bujuk rayu Mas Yudi akhirnya bisa meluluhkan keraguan Mas Toni. "Semakin angker tempatnya, maka akan semakin banyak juga ikannya, karena jarang dipancing orang," demikian kata Mas Yudi waktu itu.
Jadilah, malam itu, berbekal lampu senter dan peralatan mancing seadanya, mereka berangkat ke kali Tempuran. Cuaca cukup cerah. Bulan separuh bersinar terang di langit malam, ditemani bintang gumintang yang gemerapan.
Sampai di lokasi, Mas Yudi segera memilih tempat dibawah pohon beringin besar yang ada di tepian kali itu. Kebetulan ada salah satu akar dari pohon itu yang sedikit menjorok ke tengah sungai, sangat cocok untuk dijadikan tempat duduk. Sementara Mas Toni memilih tempat agak ke hulu, duduk dibawah pohon sengon yang juga lumayan besar.
Kedua orang itupun mulai sibuk dengan pancingannya masing masing. Umpan dipasang, dan kailpun dilempar. Sambil menunggu umpan disambar ikan, Mas Yudi menyalakan sebatang rokoknya. Lumayan, bisa sedikit mengusir hawa dingin dan nyamuk nyamuk nakal yang mulai berdatangan mengerumuninya.
Tak sampai sepuluh menit, joran Mas Yudi bergetar, tanda umpan disambar ikan. Segera Mas Yudi menarik kailnya. Dan seekor ikan lele yang lumayan besar berhasil ia angkat.
"Dapat Yud?" seru Mas Toni dari tempatnya duduk.
"Lumayan. Lele Ton," jawab Mas Yudi sambil memasukkan hasil tangkapannya kedalam ember. Ia lalu kembali memasang umpan dan melempar kail. Dan lagi lagi, tak perlu menunggu lama, umpannya kembali disambar ikan. Kali ini seekor ikan gabus yang juga lumayan besar berhasil ia angkat.
"Asem! Kok umpanku nggak dimakan makan ya?!" gerutu Mas Toni. Rupanya semenjak tadi belum seekor ikanpun yang berhasil ia tangkap. Sedangkan Mas Yudi sudah beberapa kali mendapatkan ikan.
"Sabar Ton, nati juga dimakan kalau sudah waktunya. Ingat, memancing itu butuh kesabaran," kata Mas Yudi sambil kembali melemparkan kailnya ke tengah sungai.
"Ah, nggak seru lah! Aku mau pindah saja," akhirnya Mas Toni pindah tempat sedikit agak ke hulu.
"Jangan jauh jauh Ton," seru Mas Yudi saat melihat Mas Toni berpindah agak jauh dari tempatnya.
"Kenapa? Kamu takut ya?" ledek Mas Toni sambil memasang umpan.
"Enggak! Aku justru takut kalau kamu nanti didatangi mbak Kunti aku nggak bisa nolongin," Mas Yudi balas meledek.
"Hush! Jangan sembarangan kalau ngomong Yud! Ini di tempat angker!" sentak Mas Toni. Tidak seperti Mas Yudi yang pemberani, Mas Toni orangnya memang sedikit penakut.
"Nah kan, kamu yang takut to?" Mas Yudi tergelak, membayangkan Mas Toni yang ketakutan.
"Bukannya takut, tapi kata orang, kalau berada di tempat angker, jangan sekali kali ngomongin soal makhluk halus. Itu sama saja dengan mengundang mereka!" seru Mas Toni lagi. Keduanya becakap cakap dengan suara yang agak dikeraskan, mengingat posisi mereka kini agak berjauhan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Horor Story : Angkernya Tegal Salahan
HorrorKumpulan kisah horor dan misteri yang dialami oleh para narasumber di sebuah wilayah yang dipercaya sebagai sarangnya para dedhemit. Cerita ini sebelumnya sudah pernah saya tulis di platform Kaskus dengan judul yang sama. #1 basedontruestory