77. Drama

77 23 18
                                    

Happy Reading❤️
Enjoy in mulmed☝️

Sudah satu minggu berlalu setelah kejadian itu. Kejadian dimana Ara sudah bertekad untuk menutup perasaannya rapat-rapat untuk El. Ia tidak mau lagi perasaannya pada El semakin berkembang, biarkan waktu yang membuatnya mati. Itu pun jika waktu mau berpihak pada Ara.

Seminggu itu pula, Ara dan El jarang bertemu karena ruang ujian mereka berbeda. Sekalinya bertemu mereka akan menjadi dua orang asing.

Mereka melupakan jalan panjang di belakang mereka yang sudah mereka berdua lalui. Entahlah, apa mungkin selama ini hanya Ara yang berjalan dan El hanya berjalan di tempat. Ah, bagaimana bisa ketua paskib hanya tahu jalan di temapat, tidak tahu langkah tegap maju.

"Finally!" monolog Ara membereskan alat tulisnya setelah mengumpulkan lembar jawabannya. Hari ini adalah hari terakhir ujian akhir semester di SMA Angkasa.

Ara keluar dari ruang ujiannya. Ara bernafas lega saat sudah sampai di luar, ia disambut dengan tumbuhan hijau di depan kelasnya. Terlihat pula para siswa berlalu-lalang dengan tawa bahagianya karena telah menyelesaikan ujian akhir semester.

Ara merogoh tasnya untuk mengambil ponselnya. Ia ingin menghubungi ketiga sahabatnya untuk ke kantin sebelum pulang.

Saat Ara mengotak-atik ponselnya tiba-tiba Ara merasa terpanggil dari arah belakang, "Ra..." panggil orang itu dengan nada baritonnya.

Tak sedikit pun Ara menoleh ke belakang. Ara mengenal suara itu, suara yang seminggu ini sudah tak terdengar lagi.

"Gue pasti halu," cicit Ara menepis pemikiran itu.

"Ra," suara itu terdengar lagi, namun dengan nada lebih lembut. Catat, sedikit saja.

Ara menelan salivanya susah payah, lagi-lagi Ara mengira itu hanya halusinasinya. "Alah, hantu kali." Ara kembali fokus pada ponselnya.

Orang yang sedari tadi memanggil sudah geram, ia berjalan ke hadapan Ara. "Lo pikir gue hantu?" tukas orang itu.

Ara langsung mendongak, lalu terbelalak setelahnya. Rasanya benar, Ara seperti melihat hantu. 'Kok ganteng hantunya?' batin Ara yang mulai korslet.

Untung saja Ara tidak berada di jaringan E, ia sudah menangkap sinyal dengan kecepatan 4G. Orang di depannya ini adalah orang yang berusaha Ara jauhi, yaitu El. Lebih baik Ara bertemu kang gendang agar bisa berjoget dari pada bertemu kang kasep satu ini yang bisa membuatnya 'sakit liver'.

cepat-cepat Ara mengubah raut wajahnya menjadi dingin. Ara tak perlu bertanya 'Ada apa?', ia cukup menaikkan satu alisnya untuk mengatakan itu.

"Lo pikir gue hantu?" tanya El lagi dengan nada dinginnya.

Ara yang masih memegang ponselnya dengan kedua tangannya, menatap El acuh sama seperti yang El lakukan seminggu yang lalu.

Tatapan mereka saling bertautan. Jauh di lubuk hari Ara, ia begitu merindukan mata Elang ini. Namun, Ara menyembunyikannya dan mencoba menepisnya.

Masih salih menatap, dua detik, tiga detik, dan...

"Anjay gurinjay nyoiiii."

"Pipipiiipp, cogan lewat."

Itu suara dari ketiga sahabat El tak lupa dengan tiga sahabat Ara pula. Mereka sudah semakin aktif ya, bund.

Merela sedari tadi sudah seperti paparazzi memantau Ara dan El. Mereka tahu Ara dan El sedang berlomba menciptakan jarak di antara mereka berdua.

Long Love StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang