76. Lebih Dari Teman Biasa

90 21 19
                                    

HAPPY REDING❤️
Enjoy in mulmed☝️

Rani dan Siska mengungsi ke kelas Ara dan Via. Selagi ada jam kosong yang diberikan guru karena menyiapkan ulangan akhir semester, mereka berjanji untuk makan Bersama. Sekalian Ara ingin bercerita tentang kegelisahannya

"Gue harus gimana dong?" tanya Ara pada ketiga sahabatnya setelah bercerita Panjang lebar tentang perubahan El padanya.

Ketiga sahabatnya saling melempar tatap, bingung harus memberi saran apa. Via meminum air di botolnya, lalu menyeka bibirnya, hendak memberikan sarannya.

"Menurut gue, mulai sekarang lo gak usah banyak berharap deh sama El. Entar sakit sendiri," ucap Via menatap Ara serius. Ara menunduk, ada benarnya juga perkataan Via.

Siska yang hendak menyuapkan makanannya berhenti mendengar itu. "Kok gitu sih Vi?" heran Siska.

"Emang kenapa? Bener, 'kan?" ujar Via mengidikkan bahunya.

Rani yang sedari tadi menyimak, kini mulai bersuara, "Gue gak setuju sama lo, Vi. Menurut gue El itu cuma ngetes Ara."

Siska menjetikkan jarinya kepada Rani, tanda setuju. "Lebih baik lo terus terang aja sama El, Ra. Lo tanya aja hubungan lo sama El itu gimana sih? Gitu."

Ara mulai menimbang-nimbang. Apa benar kata Rani dan Siska? Tapi, ucapan Via ada benarnya juga. Hening kemudian, mereka fokus menikmati bekalnya masing-masing.

"Kenyang banget," ujar Rani lalu bersendawa setelah minum. Keheningan pun terpecah begitu saja.

"Itu sendawa apa suara kodok, gak elit banget suaranya," celetuk Via yang masih menyuapkan suapan terakhir nasi gorengnya. Rani hanya menjulurkan lidahnya pada Via.

Ara menutup tepak makannya, ia sudah kehilangan selera makannya. Bukan karena sendawa Rani yang seperti kodok, melainkan saat melihat ketiga sahabat El masuk dengan tawa mereka yang tak jelas. Ara celingukan melihat ke arah pintu.

"Kemana dia?" gumam Ara sendiri. Vano yang mendengar itu tersenyum miring lalu duduk di samping Via.

"Hay bebeb," seru Reyhan duduk di dekat Rani. Sedangkan Rani berdehem untuk tidak terlihat gugup. Sebenarnya ia malu, harus tahan banting punya gebetan seperti Reyhan.

Satria yang sudah duduk manis bersama Siska memutar bola matanya malas, "Rey, telinga gue geli dengernya. Biasa aja napa sih," tegur Satria.

Reyhan mendengus, "Mau gue garukin pake garpu?" Reyhan menodongkan garpu milik Rani pada Satria. Langsung saja ditepis oleh Satria.

Rani geleng-geleng kepala. Ia harus ekstra sabar, mungkin Reyhan lupa meminum obatnya.

Ara yang menyimak drama di hadapannya hanya mengusap keningnya. Ia masih bingung kemana El, bukankah ia selalu bersama ketiga sahabatnya.

"El kemana sih?" tanya Ara kepada ketiga sahabat El.

"Di roftoop," jawab Vano yang sedari tadi diam.

Ara mengerutkan keningnya, "Kok gak ikut kesini?" tanya Ara lagi.

"Males ada lo katanya," sahut Reyhan dengan wajahnya tak berdosanya.

Satria menatap Reyhan garang, kenapa Reyhan ini mulutnya lemes sekali. "Itu mulut apa minyak urut sih?" sentak Satria.

Vano hanya cekikikan melihat sepupunya dimarahi oleh Satria.

Ara langsung bangkit, lalu meninggalkan kelasnya. ketiga sahabatnya hendak menyusul, namun dicekal oleh pangerannya masing-masing. Jangan iri ya readers.

Long Love StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang