91. Jawaban III

57 21 40
                                    

Hay Guys Kesayangan Author!?♥
Apa kabar??? Kangen LLS gak?
Atau kangen author? Wkwkwk.
LLS Comback nih setelah jutaan purnama, heheh.
Karena udah lama Author mau DOUBLE UP dan QNA NIH, NANTI KALIAN BACA RULESNYA DI AKHIR YA!😗
Selamat membaca♥
Jangan lupa Vote yah!
***

"Lo bisa gak ceritain gimana ceritanya Agys bisa balik, dan kapan?" ucap Ara perlahan dan lirih.

Vano menatap Ara, lalu tersenyum kecut. Ia pun mengiyakan permintaan Ara.

"Lo ingat gak, Ra? Pas malam perayaan ulang tahun lo, semuanya bahagia. Siska sama Rani waktu itu semangat banget karena lo mau jadian sama El tanggal delapan. Mereka sampai nyatet tanggal di hp mereka," jeda Vano diikuti dengan kekehan.

"Semuanya udah gak sabar pengen ditraktir sama lo dan El, tapi..."

Ara menoleh saat Vano tidak menyelesaikan kalimatnya, "Tapi apa?"

"Satria punya firasat buruk tentang tanggal delapan, tapi semuanya nganggap itu cuma gurauan. Sedangkan gue udah mulai takut, karena gue tahu kemungkinan itu bisa aja terjadi . Gue takut El bakalan ninggalin lo pas Agys balik," lanjut Vano.

Vano mengubah posisinya menjadi bersandar di sandar sofa. Helaan napas lirih keluar dari mulutnya. Ia menoleh pada Ara dengan mata yang memerah.

Ara merasa dirinya diperhatikan, ia ikut menoleh pada Vano. Benar saja, Vano menatapnya penuh luka. Bibir Ara membentuk senyum untuk meyakinkan Vano, bahwa ia tidak apa-apa.

"Dan... ternyata benar. Tanggal delapan Januari, tepat kemarin, gue sendiri yang nganter Agys balik ke El. Gue Ra! Agys minta gue buat antar dia balik ke El,"

"Gue yang wujudin rasa ketakutan gue sendiri, Ra. Gue! Gue yang udah jadi alasan kenapa lo gak jadian sama El, Ra. Gue!" ucap Vano dengan lirih, namun dengan tekanan. Ara menggeleng cepat, lalu tersenyum.

"Makasih ya, Van," ucap Ara tiba-tiba.

Vano menatap Ara tak percaya, untuk apa Ara berterima kasih?

"Karena lo gue gak jadian sama El. Coba aja kalau jadian, berarti gue udah jadi selingkuhannya, dong. Mana mau gue!" lanjut Ara dengan kekehan. Sedangkan Vano hanya membalasnya dengan anggukan kecil.

"Jadi lo gak dendam sama gue?" tanya Vano.

Ara mengetuk-ngetuk keningnya seakan berpikir keras.

"Dendam sih, kalau misal lo gak lanjutin ceritanya!" sahut Ara dengan cengiran.

Vano menggeleng-geleng dengan senyum tipisnya. Sungguh pikiran Ara di luar dugaan.

Flashback on.
El sedang duduk di kursi teras rumahnya sambil menelepon seseorang.

"Oh hari ini? Berarti lombanya udah selesai kan? Gimana lombanya? Kok kamu gak kabarin aku?" ujar El pada seseorang di telepon.

"..."

"Yaudah, tapi kamu kasih tahu aku dong gimana hasil lombanya. Kan aku udah nunguin-" El menegang di tempat, napasnya tercekat.

"Sayang?" lirih El dengan mata yang sudah berkaca-kaca.

El bangkit dari duduknya dengan gerakan kaku. Tangannya yang tadinya memegang ponsel di telinganya kini sudah turun tak bertenaga. Bahkan El sudah lupa barusan ia sedang menelpon siapa.

seluruh tubuhnya tak bertenaga, bahkan untuk berdiri rasanya ia tidak sanggup. Matanya tak berkedip takut apa yang ia lihat ini menghilang (lagi).

Long Love StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang