49. Gebetan Yang Tertukar

104 35 57
                                    

Malam ini El duduk di depan meja belajar sedang mengerjakan Pr nya. ketiga sahabatnya masih betah berada di rumah El.

Reyhan dan Vano sedang tidur di atas kasur El, sedangkan Satria duduk di karpet empuk milik El dengan setumpuk buku untuk ia baca. Keadaan hening karena sibuk dengan aktifitasnya lebih tepatnya Satria dan El. Vano dan Reyhan sibuk dengan mimipinya masing-masing.

"El, lo gak mau nanyak kenapa Vano berubah?" Satria membuka suara.

"Emang Vano power rengers bisa berubah-rubah." Jawab El acuh. Satria berdecak malas.

"Serius gue nih. Herman banget sama dia." Ujar Satria mulai menutup bukunya.

El membalikkan posisi duduknya menghadap Satria. "Emang pas tadi gue keluar, dia gak cerita apa-apa?" Tanya El.

Satria menggeleng, "gak tuh. Dia cuma cuci tangan sama kaki terus ngebo sampe sekarang." Jelas Satria. El menghembuskan nafasnya gusar.

"Lo tahu, Sat? Dia cuma pura-pura suka sama Ara. Gue denger dia ngomong sendiri pas di roftoop kalo dia sukanya sama Via." El mulai bercerita.

"Terus?" Tanya Satria ingin penjelasan lebih.

"Dia juga bilang kalau dia kayak nunggu dua bulan gitu buat perbaiki hubungannya sama Via." Lanjut El. Satria mengangguk-anggukkan kepalanya. El memutar matanya malas dengan ketidak pekaan Satria terhadap ceritanya, lalu El melempar bolpoin ke kepala Satria.

"Daw! Paan sih." Geram Satria. El tak menyahuti, ia berbalik menghadap meja belajarnya.

"Aha!" Kata Satria tiba-tiba.

"Berati si Vano lagi nyembunyiin sesuatu dari kita dong. Mana ada dia cerita tentang nunggu dua bulan apaan, terus kenapa dia malah jadiin Ara sasaran." Monolog Satria sendiri. El membiarkan Satria memahami sendiri kebingungannya.

"Pusing gue. Rumit banget masalahnya sih, kayak fisika aja." Omel Satria sendiri.

"Duh! El!" Satria meringis tiba-tiba.

"Kenapa?" El membalikkan badannya.

"Pen boker gue." Ringis Satria memegang perutnya.

El memasang wajah datar mendengar itu.

"Elah, sok muka triplek. Gimana ini?" Ujar Satria tak tahan.

"Percuma lo pinter kalo pas kebelet gak bisa mikir." Tukas El malas. Satria masih duduk sambil memegang perutnya. Duh keburu keluar itu, alamak, sakit perut malah gak bisa mikir. Siapa yang gitu?

"Ke kamar mandi cepet!" Titah El geram. Satria pun bangkit menuju kamar mandi El. Perlu di gas baru bisa nangkep ternyata.

Baru beberapa menit, Buggh! "Adoh!" Ringis Reyhan yang terjatuh dari kasur. El yang melihatnya hanya tersenyum mengejek. Jahat memang.

"El gue pengen pipis." Ucap Reyhan. El memutar matanya lagi. Ia kelewat jengah, semua sahabatnya sama saja. Kenapa harus laporan? Dikira tukang penjaga wc apa?

"Siapa di toilet?" Tanya Reyhan.

"Satria." Jawab El.

"Woi bangSat, cepetan keluar." Teriak Reyhan.

"Belum keluar sayang, belum sampe." Sahut Satria dari dalam. Membuat Reyhan ambigu dan kesal di waktu bersamaan.

"Anjir lah, gue mau keluar cepetan bangSat." Teriak Reyhan.

"Iya bentar, ini udah dicepetin." Sahut Satria lagi. Reyhan geram dan menyandarkan punggungnya di pintu toilet El.

"Woy cepetan gue mau kecing, udah kebelet." Teriak Reyhan menggedor pintu.

Long Love StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang