54. Danau

90 28 9
                                    

Ara sudah meminta ijin pada bu Jesi untuk libur latihan hari ini. Jadi, ia bisa ikut Rani dan Siska untuk menjenguk Via.

Ara dan Siska berjalan beriringan menuju gerbang sekolah. "Sis, gue nebeng mobil lo ya? Gak  bawak motor tadi." Ujar Ara pada Siska yang sedang mengikat rambutnya.

"Gue gak bawak mobil, gue bonceng sama Satria. Bentar lagi dia kesini." Jelas Via sambil mengaca di ponselnya.

"Lah, dia ikut?" Tanya Ara.

"He'e. Rani juga bakal sama Reyhan." Lanjut Siska.

Ara menghentakkan kakinya, "gue gimana dong? Gue udah ijin latihan hari ini buat jengukin Via. Kok kalian tega sih!" Omel Ara kesal.

Siska yang asik berkaca memutar matanya malas mendengar omelan Ara. "Ya sama El lah, gitu aja susah. Lo kan berangkat sama dia, pulang sama dia juga. Eh, ini dia Satria." Ujar Siska yang sumringah melihat kedatangan pangeran tak berkudanya, alias bermotor vixion.

Ara semakin menekuk wajahnya saat melihat Reyhan dan Rani sudah siap berboncengan.

"Ra lo sama El aja. Dia masih dipanggil bu Difa tadi." Ujar Satria.

"Gak mungkin mau dia. Dia nyebelin!" Tukas Ara masih berdiri mamelas. Jomblo, kasihan.

Tanpa sadar ternyata El berdiri di belakang Ara saat mengucapkan itu. El memberi isyarat diam pada keempat temannya.

"Masak nyebelin sih, Ra?" Tanya Satria mengompori.

"Banget! Banget! Rese dia! Muka triplek! Poko-mmpph." Ucapan Ara terpotong saat ada tangan dari arah belakang membekapnya. Yap, tangan El.

"Bacod!" Tukas El. Ara hanya melengos kesal.

"Kalian duluan, gue sama Ara nyusul. Masih ada urusan." Ujar El. Kedua sahabatnya pun berlagak hormat.

"Ke Amrika Serikat beli apel!" Ujar Reyhan. Sultah sekali, beli apel di Amerika.

"Cakep!" Sahut Satria.

"Selamat ngapel!" Lanjut Reyhan. Seketika krik krik krik. Maafkan kegaringan Reyhan.

Satria dan Siska sama-sama menahan tawanya. Sedangkan Rani? Ia menahan malu melihat kegaringan gebetannya. Sabar ya Rani..

El memutar matanya malas lalu langsung menggandeng Ara membawanya ke parkiran.

"Kenapa nyusul? Emang kita masih mau kemana? Kok gak bareng aja sama yang lain?" Cerca Ara pada El yang berada di depannya sibuk menarik tangan Ara.

"Pakek." Titah El memberi helm Ara mengabaikan pertanyaan Ara tadi.

Ara memakai helmnya kasar. "Jawab ih El. Nyebelin banget."

El tetap diam fokus memasang jaketnya. El sudah duduk di atas Najwanya. "Naik." Titah El menjulurkan tangannya agar Ara bisa berpegangan.

"Gak mau." Ucap Ara bersedekap. El menoleh pada Ara yang berlagak marah.

El memutar matanya malas, terpaksa ia turun dari Najwanya untuk membujuk anak manja ini. "Ck, Ra kok ngambekkan sih lo?" Decak El mendekati Ara.

"Makanya kalo ada orang nanya itu jawab. Hargai. Sok cuek, gue gak suka." Ketus Ara. El menghembuskan nafasnya.

El memegang kedua bahu Ara. "Sory. Ini gue adanya." Ucap El menatap Ara yang tidak menatapnya balik.

"Dah lah, lepas. Diliatin temen-temen." Tukas Ara melepas tangan El.

"Jangan ambekan, Ra. Kan lo yang kemarin pengen tahu danaunya. Yaudah, gue ajak lo ke sana sekarang." Jelas El pada Ara.

Ara mengangguk pasrah, ia juga tidak bisa marah lebih lama. "Yaudah ayo." Ajak Ara. El bernafas lega, akhirnya si manja ini tidak marah lagi.

Long Love StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang