34. Vano berubah

135 34 25
                                    

Pembelajaran hari kamis di jam pertama sampai ketiga berjalan lancar. Pelajaran hari ini tidak terlalu berat untuk Ara, membuat moodnya hari ini cukup baik.


El memperhatikan Ara yang sedang fokus mengerjakan tugas ekonomi dari bu Tias tentang Keseimbangan dan Struktur Pasar. Terlintas di benaknya kejadian kemarin. Siapa lelaki bernama Galang itu? Mengapa bisa membuat Ara yang biasa terlihat ceria bisa serapuh itu kemarin? Semua itu membuat El bertanya-tanya. Jika kemarin Ara menangis karena lelaki itu, lalu kenapa sekarang ia terlihat baik-baik saja?

Ara merasa sedang di perhatikan, ia menengok ke arah El. Benar saja, ternyata El memang sedang memperhatikannya. 'Aduh gue jadi malu.' Batin Ara.

"Ngapain lo liatin gue?" Tanya Ara membuyarkan lamunan El.

El menghelakan napasnya, "Siapa juga yang liatin lo, gue liatin buku lo."

Lantas Ara menutup buku tulisnya, "Mau nyontek lo yah?" Tuduh Ara.

"Ngapain nyontek sama yang salah. Cara lo itu salah, yang ditanyain sama soal itu jumlah permintaan atau Qd. Jadi rumusnya itu kebalik. Harusnya Qd sama dengan fungsi dikali satuan harga yang ada di grafik, buat dapetin satuan harga kalikan harga dan permintaan."* jelas El pada Ara.

"Iya kah? Oh yah. Heheh sory kurang teliti." Ucap ara cengengesan lalu membetulkan tugasnya.

Ara teringat dengan cerita Via semalam. Ia menjadi penasaran, apa benar Vano playboy? Apa benar Vano sudah punya pacar? Ara pun memutuskan untuk bertanya pada El.

Ara menengok ke arah El yang sudah fokus mengerjakan tugasnya. Ara menopang pipinya menghadap El, ia ragu ingin membuka suara. Mungkin El sadar bahwa Ara sedang memperhatikannya. "Bicara aja." Ujar El tetap fokus pada buku tulisnya.

Ara mengerutkan keningnya, "Kok lo tahu gue mau ngomong?" Tanya Ara, namun sama sekali tak direspon oleh El.

"El, sahabat lo yang namanya Vano itu..." ucap Ara menjeda kalimatnya. El beralih menatap Ara sambil mengernyitkan keningnya tanda 'Ya, kenapa?'

"Dia itu play boy gak sih? Terus dia punya pacar gak sekarang?" Tanya Ara to the point.

El menautkan alisnya, "Atas dasar apa modelan Vano lo bilang play boy. Jangankan pacar, mantan aja gak ada." Jelas El.

Ara memutar matanya malas, "Halah, lo remehin Vano itu namanya. Tahu dari mana lo Vano gak punya pacar."

"Hem, bukan gue ngeremehin, tapi gue tuh sahabatan sama Vano dan Reyhan udah dari kita baru lahir. Gue tahu seluk-beluk dan wataknya dia. Dia tuh orangnya males banget disuru pacaran, takut ditolak dia." Jelas El menutup buku tulisnya, karena sudah selesai mengerjakan tugasnya.

Ara beralih menatap ke depan dengan padangan kosong seperti sedang memikirkan sesuatu. "Ohh gitu yah..." lirih Ara.

"Kenapa? Lo suka?" Tanya El sambil bersedekap.

Lantas Ara langsung menoleh, "Enggak lah!" Dengan nada ngegas. Santai dong neng.

"Jangan berharap sama Vano." Ujar El lagi. Ara mengerutkan dahinya, bingung.

"Dia ngincar sahabat lo. Dia lagi berusaha buat dapetin hati sahabat lo. Jadi, dari pada lo sakit hati, berhenti berharap sama Vano." Lanjut El sambil memandang Ara lekat dengan pandangan teduh. Ternyata El sedang salah tangkap, nih. Ara berusaha menetralisir detak jantungnya yang abnormal.

Long Love StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang