90. Jawaban II

142 29 30
                                    

HAPPY READING🤍
DON'T VORGET TO STARRED!!!🤗
Enjoy With Mulmed👆

Ara keheranan melihat Ekspresi Vano yang berubah. Tangan Vano mengepal, rahangnya menegas, mata sipitnya menajam. Ara baru kali ini melihat Vano se seram ini.

"Van?" panggil Ara lirih, namun Vano tetap bungkam dan menatap lurus ke depan.

Cahaya kilat tiba-tiba datang seakan ingin membelah langit terlihat jelas dari balkon rumah Vano. Sudah bisa dipastikan sebentar lagi petir akan menyambar. Ara menelan salivanya kasar melihat itu, lalu ia beralih menatap Vano yang tetap tak bergeming.

Satu detik... dua detik... petir belum menyambar. Namun, entah kenapa tangan Vano semakin erat mengepal sampai buku jarinya memutih. Di detik ketiga Ara berteriak dan menutup telinganya serta memejamkan matanya.

Vano yang terlonjak kaget langsung beralih menoleh pada Ara. Belum, Petir belum menyambar.

Vano langsung bergerser lebih dekat pada Ara, Namun...

"Enggak! Ampun!!! Jangan tinju Ara... Ampun!" pekik Ara sambil menutup wajahnya dan meronta-ronta.

Vano menangkis tangan Ara yang meronta-ronta agar tenang. "Ra lo kenapa sih? Woy gila lo ya!"

Saat Vano berhasil membuka kedua tangan Ara yang menutupi wajahnya tiba-tiba...

DHUARRR!!! GELUDUK GLUDUK!!!

Suara petir menyambar beserta gunturnya. Akhirnya guntur yang tadinya terpending telah rilis juga.

Ara menatap Vano takut dengan posisi kedua tangan Ara digenggam oleh Vano di samping wajahnya.

"Kesambet lo? Petirnya baru nyambar kenapa udah kesurupan duluan?" oceh Vano kesal karena tadi susah payah mengendalikan Ara.

"Eng-enggak" gagu Ara.

"Terus kenapa lo ketakutan sampe kayak orang kesambet?"

"Itu tadi tangan lo ngepal-ngepal gue pikir lo yang kesurupan karena lihat petir, gue kira lo bakalan ninju gue," jelas Ara dengan wajah polosnya.

Vano menganga mendengar penjelasan Ara, lalu menghempas tangan Ara.

"Emang konslet lo ternyata," tukas Vano.

"Terus kenapa muka lo tadi jelek, eh bukan serem maksudnya. Terus kenapa lo ngepal-ngepal gitu?" ucap Ara sampai salah ucap.

"Meres santan!" ketus Vano. Seketika Ara tertawa mendengarnya, entah kenapa terdengar lucu bagi Ara. Receh memang.

Vano langsung menjauh, ia tahu saat perempuan tertawa yang ada di sampingnya akan mendapat hadiah piring cantik alias pukulan-pukulan manja.

Benar saja, Ara tertawa terbahak-bahak sambil memukul sofa karena Vano sudah mejauh. Huft selamat.

"Bisa-bisanya nih anak ketawa ngakak sampe kek orang mau boker, padahal barusan nagis-nangis. Bisa-bisanya dia lupa kalua dia lagi patah hati,"  batin Vano bergumam. Vano membiarkan Ara tertawa, ia juga tidak tega menghentikan tawa Ara karena sedari tadi Ara sudah menangis. Idaman gak nih?

"Udah ah capek ketawa mulu," monolog Ara yang tawanya mulai reda.

"Dih siapa suru," ujar Vano.

"Dah ah serius, Vano. Lo tadi ngepal-ngepal itu tujuannya apa?" tanya Ara kembali ke laptop, eh ke topik.

"Gue keinget ketika si Steven itu nyelakain Via dan ngejebak gue buat balas dendam. Lo ingat kan pas gue ditangkap polisi karena tuduhan penusukan?" ujar Vano mulai membuka topik.

Long Love StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang