30. Perintah Pak Mario

113 35 7
                                    

Di koridor sekolah yang sudah cukup ramai dengan siswa-siswi SMA Angkasa, terlihat Ara sedang berjalan dan sibuk bermain ponsel. Entah apa yang ia lihat di ponselnya sehingga raut wajahnya menjadi murung.

"Kenapa sih harus ngirim ke email gue. Padahal gue udah berhenti gak ikutan event apapun." Gerutu Ara sendiri.

"Ara!" Panggil Riana teman sekelasnya yang berkacamata.

"Hem?" Respon Ara.

"Kamu dipanggil pak Mario di ruang guru." Ucap Riana to the point.

"Ngapain emang?" Tanya Ara bingung.

"Gak tau deh." Jawab Riana lalu segera melenggang pergi. Ara pun langsung saja menuju ruang guru.

Sesampainya di ruang guru, Ara melihat El duduk di depan pak Mario. "Ngapain dia disini?" Gumam Ara.

"Assalamualaikum pak. Bapak manggil Ara?" Tanya Ara sopan.

"Iya, nak. Duduk." Titah pak Mario. Ara pun duduk di sebelah El.

"Urusan dengan Saya sudah selesai kah pak? Saya boleh kembali ke kelas?" Tanya El yang sedari tadi tidak melirik Ara sedikit pun.

"Iya, nak. Semoga Ekstra paskibra makin sukses dibawah kepemimpinanmu." Ujar Pak Mario. Ara yang mendengarkan mengerutkan keningnya lalu mengangguk-ngangguk.

'Oh dia ketua ekstra paskib...' gumam Ara dalam hati. Sedangkan El sudah menyalimi tangan pak Mario untuk kembali ke kelas.

"Oke sekarang kamu. Kamu pernah ikut event panahan provinsi, bukan? Kamu ketua ekstra panahan waktu SMP kan? Oh iya bapak juga tahu kamu salah satu atlet panahan terbaik di SMP mu dulu." Ucap pak Mario panjang lebar. Sedangkan Ara hanya melongo. 'Gimana bisa pak Mario tau semua?'

"I-iya itu dulu pak. Sekarang Ara udah berhenti." Jawab Ara hati-hati.

"Kenapa gak diterusin. Sayang sekali, nak." Ujar pak Mario. Ara hanya tersenyum kikuk sambil menggaruk tengkuknya.

"Nak, kamu pasti tahu untuk tahun ini ada kejurnas atlet panahan. Dua tahun terakhir ini sekolah kita tidak mengirimkan wakilnya karena memang tidak ada yang mampu mencapai kesana. Dan sekarang ada kamu. Bapak yakin kamu bisa. Bapak mau kamu ikut event ini mewakilkan sekolah kita." Ucap pak Mario.

"Ta-tapi kan Ara sudah berhenti, pak." Tolak Ara halus.

"Kenapa sih? Apa alasannya? Event ini diselenggarakan bulan Januari. Masih ada waktu 2 bulan lebih untuk berlatih. Bapak berharap kamu bisa mewakilkan sekolah kita." Ujar pak Mario membujuk.

"Se-sebenarnya Ara bi-bisa ikut pak, tapi... tapii.."

"Tapi apa? Tidak diberi ijin orang tua? Atau kamu takut tidak bisa memenangkan ini?" Tebak pak Mario, sontak Ara menggeleng kuat.

"Nak, kamu hanya perlu berlatih. Pak Mario yakin kamu bisa! Masalah menang atau kalah itu belakangan. Yang terpenting give your best, and show your talent. Bapak mau kamu ikut event ini." Final pak Mario.

Ara pun mengangguk pasrah. Pak Mario tersenyum menepuk dua kali pundak kanan Ara. "Good luck!" Ujar pak Mario.

"Makasih pak. Ara pamit kembali ke kelas." Pamit Ara.

"Iya, mulai besok kamu latihan sepulang sekola. Pak Mario dan Bu Jesi yang akan membimbing latihan mu." Tambah Pak Mario.

"Baik, pak." Ara pun kembali ke kelasnya dengan wajah yang kusut.

"Kenapa gue harus berhadapan dengan panahan lagi? Semoga gue gak ketemu dia lagi." Guman Ara dalam hati.

💛💛💛

Long Love StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang