50. Suruhan Vano

93 29 7
                                    

Hari rabu adalah hari yang cukup melelahkan bagi siswa-siswi SMA Angkasa. Karena sebagian Ektrakurikuler dilaksanan pada hari rabu termasuk Ekstra paskibra, teater, dan panahan. Tentunya di tempat yang berbeda.

Hari ini Ara berlatih sendiri, karena bu Jesi dan pak Mario sedang ada kepentingan. Setelah dua jam berkatih Ara mengusaikan latihannya. Ia membereskan semua peralatan memanahnya seperti biasa.

Saat Ara menunduk untuk melepas quiver di pinggangnya, tiba-tiba ada yang mengelus puncak kepalanya. Siapa dia? Vano!

"Rajin banget. Capek gak?" Ucap Vano dengan senyuman. Ara mendongak dan mendapati Vano. Ara segera menepis tangan Vano.

"Gak usah sok care!" Tukas Ara kembali merapikan peralatannya.

Vano tersenyum melihat Ara, "Can i help you, sweety?"

Ara mendelik ke arah Vano. "Gak usah sok inggris lo! Nilai bahasa inggris lo enam puluh aja udah belagak sok inggris lo." Maki Ara yang masih sibuk menata anak panahnya.

Vano tertawa renyah, "Tau aja lo." Namun, Ara tak meresponnya sama sekali.

"Pulang sama gue ya? Tadi pagi gue jemput lo, malah udah berangkat, tumben pagi banget." Kata Vano sambil mengamati pergerakan Ara yang cekatan menata semua alatnya.

"Serah gue!" Tukas Ara. Semalam El dan Ara sibuk membicarakan tentang Vano dan Via lewat telvon. Jadi, semalam sekalian El mengajak Ara berangkat bersama paginya untuk menjalani misinya. Misi apa? Tanya sendiri deh sama El dan Ara.

Saat Ara sudah berajak membawa peralatan memanahnya, El datang dan membawa tas besar berisi busur Ara. Sehingga ringanlah beban Ara. Uwuu, sosweet. Sebenarnya El sudah melihat interaksi antara Vano dan Ara dari kejauhan, El memilih diam dan memantau saja.

Vano yang kalah cepat pun tetap tak mau kalah, ia mengikuti mereka berdua sampai di gudang olahraga.

Setelah meletakkan semua peralatan Ara, tiba-tiba Vano menggadeng tangan Ara. "Pulang sama gue."

El yang melihat itu hanya tersenyum. "Lo berangkat sama gue. Pulang sama gue." Pernyataan El tanpa penekanan dan paksaan. Ara pun mengangguk.

"Gak bisa gitu El, gue yang duluan." Protes Vano tak terima.

"Pulang sama gue atau Vano?" Tanya El pada Ara.

"Lo." Jawab Ara mantab-betul. El menatap Vano. "See? Kita bersaing sehat." El menggenggam tangan Ara dan langsung mengajaknya pulang bersamanya.

Vano duduk di kursi yang ada di depan gudang. "Aarrgghh!" Vano mengacak rambutnya frustasi.

Disisi lain, Ara dan El menuju parkiran masih dengan posisi El menggenggam tangan Ara. "Betah banget genggam tangan gue." Sindir Ara sambil menyenggol lengan El.

El melihat tanganynya yang masih menggenggam tangan Ara. "Biarin, yang digenggam juga seneng kan?" Sahut El dengan kekehan. Mereka pun membiarkan tangannya tetap bergandengan. Nyaman, itu yang mereka rasakan. Ekhem ekhem berasa truk gandeng kali.

Saat sudah hampir sampai di parkiran ada Via dari arah brlakang. "Ekhem! Alah siaaa... Gandengan ceunah... Puntet slur, mau nyebrang atuh?" Goda Via pada keduanya.

"IRI BILANG BOS." Balas El dan Ara bersamaan. Kan kompak.

"He'e deh, gue duluan. Gak mau ganggu, hampura atuh." Ujar Via mamelas.

"Lo tumben baru pulang?" Kini Ara bertanya.

"Biasa latihan teather, masak lo gak tahu." Ucap Via yang masih berjalan di depan Ara.

Long Love StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang