85. Kabar?

80 21 18
                                    

Udah double up nih!
Votenya mana??
Happy reading💛
Play mulmed yaa👆

Bayangan wajah penuh bahagia terpancar di cermin. Senyum tak luntur dari si pemilik pipi chubby itu. Ara baru saja selesai dengan ritual mandinya, seperti biasa ia akan bercermin dalam keadaan masih menggunakan baju mandinya.

Tangan Ara meraih medali yang ia gantung di dekat cermin. Senyum kembali merekah saat tangannya sudah mengenggam medali itu. Ia mengelus medali itu dengan tatapan bangga. Ternyata usahanya selama tiga bulan terakhir ini berbuah manis.

"Jadi gak sabar buat kasih kabar sama papa mama," monolog Ara.

Ara duduk di kursi depan cerminnya. Ia masih setia menatap bangga medali perak yang bersinar di tangannya.

"Kasih surprise aja kali ya ke papa mama? Gak usah bilang sekarang. Biar pas pulang nanti mereka kaget," monolog Ara lagi. Ara pun menatap pantulan dirinya di cermin lalu tersenyum, sepertinya itu ide yang bagus.

Ara menggantung kembali medalinya di tempat tadi. Ia harus menyiapkan kopernya, karena malam ini juga ia ingin pulang. Ia sudah tidak sabar untuk sampai di rumah dan memberikan kabar kemenangannya ini. Ia juga berencana untuk mengabari ketiga sahabatnya besok di sekolah, itu akan menjadi kejutan. Ara akan mentraktir ketiga sahabatnya, ah Ara sudah tidak sabar rasanya.

Ngomong-ngomong masalah kepulangan Ara, bagaimana dengan supir pribadi kesayangannya? Ara sama sekali belum berkabar pada calon pacarnya itu. Bukan kah Pippipipipp calon pacar itu harus menjemput Ara hari ini? Baiklah, Ara akan menghubunginya sehabis berkemas.

Saat tangan Ara sibuk mengemasi barang-barangnya, Ara baru ingat. Hari ini adalah tanggal delapan. Seperti yang El dan Ara rencanakan, hari ini mereka akan jadian. Yeay! Seketika Ara melompat-lompat kegirangan. Ia sudah tidak sabar sekaligus berdebar. Readers pun ikut deg-degan, ngaku.

Ara memegang dadanya, "Yaallah, kok deg-degan, yah. Padahal masih nanti, tapi rasanya jantung udah mau lompat," cicit Ara.

Kira-kira bagaimana El nanti akan menembak Ara? dengan bunga atau coklat? berjongkok dengan satu kaki? Ah kalian tebak sajalah. Ara bisa gila jika harus membayangkannya lebih dulu. Jangan ketawa kalian.

Setelah selesai mengemasi kopernya, Ara langsung mengganti baju mandinya dengan sweater biru muda dan celana jeans putihnya. Meski masih tiga jam lagi ia chek out dari hotel, ia sudah bersiap lebih dulu.

Ara menyisir rambut sebahunya dan sedikit mengoles liptint di bibirnya. Ara sedikit centil sekarang, gak usah hujat ya readers. Sekali-kali Ara ingin tampil lebih cantik meski ia tahu ia sudah cantik alami, Ara sudah mulai congkak. Ya, karena hari ini ia akan bertemu dengan pangerannya. Jangan iri ya readers.

"Yaampun Mutiara Elsania, cantik juga ya kalau dandan," pujinya sendiri pada pantulan dirinya di cermin. Anggap saja Ara orang gila, readers.

Setelah dirasa cukup ia mempercantik dirinya, ia mengambil ponselnya di nakas. Ia ingin menelepon pippipipp calon pacarnya itu.

Terdapat banyak sekali notifikasi dari El yang menanyai banyak hal. Mulai dari sudah mandi bahkan sudah bernapas. Kalau sudah bucin memang begitu, jangan heran. Ara mengabaikan pesan-pesan El, ia langsung memencet tombol telepon untuk menghubungi El.

Seperkian detik sambungan pun tersambung. Terdengar suara El mulai berdehem disebrang sana. Baru berdehem saja sudah membuat Ara meleleh.

"Hallo? Assalamulaikum," Ara membuka suara.

Long Love StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang