103. Ke Arah Berlawanan

57 21 8
                                    

Malmingan gak?

Enggak kan? Yaudah jangan emosi.

HAPPY READING LOVE🤍
***

"LO!"

BUGHHH!!!

Semua mata menoleh ke belakang.

"ABANG!!!!"

Semua mata terbelalak melihat El tersungkur ke lantai karena tinjuan dari Bryan. Ali yang melihat itu langsung berlari pada El, ketiga sahabat El langsung mengikutinya. Sedangkan Fahri langsung menjauhkan Bryan dari El.

"Bryan apa-apaan sih kamu!" marah Maya memegang bahu Bryan.

Satria dan Vano membantu El bangun dengan susah payah. Sedangkan Ara yang masih di atas kursi rodanya hanya meringis menyaksikan itu.

"Ra, mau ke sana?" tanya Via. Ara menggeleng saja.

"Gue peringatin sama lo, jangan deketin adek gue lagi!!!" ucap Bryan menunjuk wajah El.

El mengelap ujung bibirnya yang sedikit luka, "Gue bakal perjuangan dia."

Ketiga sahabat Ara langsung menganga tak elit mendengar pernyataan El, dan Ara? Jangan ditanyakan lagi, dia sudah geleng-geleng kepala tak percaya.

Bryan tertawa sumbang lalu mendekat lagi, "Masih ada nyali lo?"

BUGHHH!!!

"Abang!" teriak Ali. Ia sudah memasang kuda-kuda ingin melawan orang yang membogem abang kesayagannyannya itu. Jangan lupa, Ali adalah jagoan sekaligus murid terbaik El.

"Ali ngejauh!" titah El.

Satria mencoba menarik Ali, namun Ali menepisnya. Bukan main tepisan Ali ini, Satria pun terlonjak kaget.

"Abang lawan!" ucap Ali. El menggelengkan kepalanya. Sebenarnya El bisa melawan, namun ia merasa ia sangat pantas mendapatkan ini.

Bryan hendak melayangkan pukulan lagi, namun langsung dicekal oleh Fahri.

"Sudah Bry, kamu harus segera diobati!" tegas Fahri.

Sebelum membawa Bryan, Fahri menunjuk El. "Kamu! Jauhin anak saya!" ucapnya lalu segera membawa Bryan yang kini semakin lemas.

Ketiga sahabatnya membantu El untuk bangkit. Terlihat El menyeka ujung bibirnya yang terus mengeluarkan darah. Saat Maya melihat itu, ada perasaan ingin membantu, namun saat melihat Ara, Maya memilih kembali berjalan pada Ara untuk membawa Ara pulang. Namun, saat ia ingin mendorong kursi roda Ara, tangannya di genggam oleh Ara.

"Mama... mama susulin papa sama abang aja ya? Ara masih mau ngobrol sama mereka ," ujar Ara menunjuk ketiga sahabatnya.

Maya menggeleng, "Kamu harus pulang Ra. Kamu butuh istirahat."

Ara mengamitkan tangannya lalu memasang pupi eyes andalannya. Namun, Maya tak mau luluh, ia khawatir pada anaknya yang keadaannya masih di atas kursi roda.

"Gak bisa Ra! Kamu harus pulang, kamu harus istirahat," ujar Maya tegas.

"Mama... rumah sakit dari sini kan deket, nanti Ara nyusul ke sana sama mereka. Pasti Siska bawa mobil kan?" tanya Ara pada Siska.

Siska mengangguk cepat, "Iya tante, Siska juga ada sopir kok," ucap Siska.

"Ya, Ma?" melas Ara lagi. Maya menghelekan napasnya, terpaksa ia mengiyakan permintaan Ara.

"Jangan lama-lama ya, habis itu kamu langsung nyusul ya..." ujar Maya mengingatkan, Ara mengangguk langsung.

Setelah mencium puncak kepala Ara, Maya pun bergegas untuk menyusul Bryan ke rumah sakit.

Long Love StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang