46. Detektif Dadakan.

95 30 8
                                    

El yang tadinya duduk bersandar, kini ia mulai merebahkan kepalanya di paha Ara. Entah dorongan dari mana, yang El tahu, El ingin sekali lebih dekat degan Ara.

Ara hendak protes namun, "Sttt, bentar aja." Ujar El menaruh telunjuknya di depan bibir Ara.

Ara langsung bungkam. Ia juga malas membantah El, akan panjang jadinya nanti. Tenaganya sudah habis menahan detak jantungnya yang semakin tak terontrol. Sakit jantung buk?

"Lo inget kemarin pas kita berangkat latihan? Lo bilang sama gue kalo lo lihat Vano kan?" Tanya El, lalu Ara hanya mengangguk saja.

"Lo yakin yang lo lihat itu Vano?" Tanya El lagi, Ara mengangguk lagi.

"Kemarin, Vano gak masuk ekstra. Gue ngerasa ada yang aneh sama Vano." Lanjut El.

Ara masih belum mengerti. Ia diam saja membiarkan El terus bercerita.

"Tadi pagi, gue mau nyusul Vano ke roftoop mau tau kejelasan kenapa dia berlagak kayak suka sama lo. Tapi, gue batalin." Ucap El terjeda, ia memejamkan matanya.

"Kenapa?" Tanya Ara kini menunduk menatap El yang menutup matanya.

El membuka matanya, sontak kedua pasang mata itu bertautan memicu gelombang getaran bagi keduanya. Ceilaah, bahasanya author...

Lagi dan lagi, El terpanah dengan mata hazel milik Ara. "Dia keliatan kalut banget. Jadi gue gak mau ganggu dia." Jelas El tetap menatap mata Ara diatasnya, Ara hanya mengangguk-anggukan kepalanya.

"Sekarang gue tanya lo aja. Kenapa tadi lo berangkat sama Vano, hm? Lo udah mulai suka sama dia?"  Tanya El yang kembali menutup matanya.

Plettaakk! Nah loh, rasakno! Jitakan elit mendarat di dahi El. Sontak El membuka matanya dan menyorot Ara tajam.

"Apaan sih, Ra?" Dengus El mengusap dahinya.

"Biarin! Sembarangan nuduh si lo." Balas Ara kini bersedekap. El kembali menutup matanya, mengabaikan Ara yang sok mengambek.

Ara menengok El di bawahna yang kembali menutup matanya. "El gue ngambek ini!" Oceh Ara.

"Terus?" Tanya El tetap di posisinya. Ara geram dengan respon El. Ara pun bangkit dengan paksa dan membuat kepala El terjatuh dari pangkuannya.

"Awwsh!" Ringis El mengusap kepala bagian belakangnya. Ia membuka matanya terlihat Ara berdiri membelakangi El.

El menghelakan nafasnya. "Kek bocil aja lo ngambek-ngambek." Ara sama sekali tak merespon El.

El bangkit lalu berdiri tepat di belakang Ara, ia mencondongkan kepalanya tepat di belakang telinga Ara. "Ck, gue kan cuma nanya, Ra... gue gak nuduh lo suka sama Vano kok." Ujar El nyaris seperti bisikan. Aiss, dijamin bulu roma meremang errrr.

El memegang kedua bahu Ara lalu membalikkannya agar menghadap El. "Gue kan pernah bilang, gue gak bisa lo diemin." Ujar El lembut. Auto melted kalian, ngaku.

Ara masih memasang wajah masam meski sebenarnya ada kupu-kupu bertebangan di perutnya. Ara sebenarnya tidak bisa menolak utuk tidak marah, tapi gengsi lah. Cewek kan gitu guys, setuju?

El lagi-lagi menghelakan nafasnya karena Ara masih tak berkutik. Oke, saatnya El mengeluarkan jurusnya. El mulai memiringkan wajahnya, lalu mendekatkan wajahnya... sontak Ara sedikit memundurkan wajahnya. lalu...
Eh jangan nethink kalian!

El memamerkan senyumnya yang manis itu. Wah gak kaleng-kaleng ini jurus. Nular kan! Ara sudah mati-matian menahan senyumannya, tapi tidak bisa!

'Aargh sialan!' Batin Ara. Ara pun memalingkan wajanya lalu tersenyum. El pun terkekeh dibuatnya. Langsung saja ia mencubit kedua pipi Ara gemas.

Long Love StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang