42. cerita El.

103 32 8
                                    

Maya membawakan dua gelas teh hangat ke ruang tamu. El yang baru turun dari tangga kamar Bryan pun tersenyum. Ia baru saja menumpang mandi dan meminjam pakaian Bryan. Semua itu printah dari Maya, karena melihat El pucat karena kedinginan. Sebenarnya itu sudah biasa bagi El.

"El, ayo sini minum dulu tehnya." Ujar Maya dengan senyuman.

"Iya, Ma." El duduk di sofa dengan tenang menikmati teh hangat buatan Maya. Sungguh nikmat, dingin-dingin minum teh hangat.

"El, gue pinjam motor lo yah. Mau foto copy." Pinta Bryan pada El. Kebetulan motor Bryan sudah terparkir rapi di dalam bagasi, jadi ia malas mengeluarkannya.

"Iya bang. Makasih juga udah dipinjamin baju." Ujar El. Hubungan mereka yang sempat dingin, kini sudah mencair karena sudah saling mengenal. Ternyata orang dingin kenal dengan orang dingin bisa mencari juga. Teori apa ini?

"Bryan! Mama ikut dong, mau nganter pesenan nih ke komplek sebelah." Cegah Maya membawa sekotak kue pesanan pelanggannya.

Bryan mengangguk lalu memasang jaketnya. "Ini kuncinya bang." El memberikan kunci Najwanya, Bryan pun menerimanya.

"Nak, kasih teh ini ke Ara yah. Keburu dingin nanti." Ujar Maya sebelum berlalu keluar rumah.

"Iya mah." Ucap El mengangguk. Maya dan Bryan kini telah keluar rumah dengan urusan mereka masing-masing. Tinggallah El dan Ara di rumah ini.

El menengok ke atas tangga, lebih tepatnya kamar Ara, "Kemana sih Ara? Lama banget cuma mandi." Gerutu El yang sedari tadi menunggu Ara turun dari kamarnya. Ciee nungguin.

El mengambil ponselnya guna menelpon Ara. Ia tidak berani jika langsung masuk ke kamar Ara.

Tak lama Ara sudah menerima telepon dari El, "Hemm apaan sih?" Tanya Ara.

"Cepet turun! Mama buatin lo teh, nanti keburu dingin." Titah El.

Terdengar helaan napas di balik telepon, "Mager gue. Bawain dong... lagi pw nih di kasur." Manja Ara.

"Ogah." Tut! El memutus sambungan sepihak.

Meski pun begitu, El tetap membawa teh itu ke kamar Ara. Hemm perhatian tapi gengsi.

Tok tok tok! El mengetuk pintu kamar Ara. "Masuk aja." Sahut Ara dari dalam kamar.

El langsung membuka pintu kamar Ara. Terlihat Ara sedang tidur santai dengan selimutnya sambil memainkan ponsel. El meletakkan teh hangat milik Ara di nakas dekat kasurnya. Tanpa berkata-kata, El langsung ingin berlalu. "Tunggu!" Ara mencekal langkah El dengan memegang pergelangan tangan El.

El berbalik memandangi Ara penuh tanya. "Duduk dulu gue mau ngomong." Pinta Ara yang sudah mengubah posisi tidurnya menjadi duduk. Tak ada perlawanan, El pun duduk di pinggiran kasur Ara.

"Ada apa?" Tanya El yang kini sudah berubah menjadi lembut kembali.

"Sebelumnya gue mau minta maaf kalau gue lancang. Gue mau nanya sama lo tentang..." ucapan Ara terjeda, ia melirik wajah El takut-takut.

"Bokap kandung gue?" Tebak El tepat sasaran.

"Kok lo tahu gue mau nanya itu?" Tanya Ara keheranan. Cenayang kali.

El tersenyum pada Ara, "Gue denger percakapan lo sama bunda. Pas bunda cerita tentang dady gue." Jelas El membenarkan posisi duduknya menjadi bersila menghadap ke Ara.

"Lo cuma denger itu?" Ara memastikan. El menjawabnya dengan anggukan. Ara menghelakan napasnya kasar.

"El boleh gak gue tahu alasan lo gak mau ketemu dan gak mau maafin dady lo." Lirih Ara menatap El yang kini sedang menunduk.

Long Love StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang