14. Pagi yang membingungkan

128 40 8
                                    

Sebelum baca pencet bintangnya dong😙
Happy reading:)

Krriiing! Alarm Ara sudah berbunyi. "Euughh." Ara mulai mengerjapkan matanya. Jam dinding menunjukkan angka 05.00. Ara segera mengganti posisi tidurnya menjadi duduk.

"Hwaaay." Ara menggeliat disertai dengan menguap.

"Bentar deh, perasaan kemarin gue tidur di sofa, terus El? Lah... kok gue bisa tidur di kamar? Kapan pindahnya yah?" Ara menggaruk tengkuknya.

"Dah laa, palingan juga papa yang pindahin. Go mandi!" Ara bergegas mandi dan salat subuh agar ia bisa berangkat lebih awal.

Dimulai dari mandi, salat, beres-beres kamar, menyiapkan buku pelajaran dan bersiap-siap menghabiskan waktu 45 menit. Kini ia sudah siap dengan setelan seragam almamaternya.

Ara turun untuk sarapan. "Pagi mamaku tercintaaa!" Sapa Ara memeluk mamanya yang mulai menata piring di meja makan.

"Pagi sayang..." balas Maya mencium pipi anaknya.

"Pagi abang. Kangen gue sama lo. Sok sibuk lo." Ujar Ara beralih memeluk leher Bryan dari belakang. Bryan pun mengusap lembut kepala adiknya itu.

"Biasa orang penting mah gini." Sombong Bryan lalu mulai mengoles selai di rotinya.

"Yeee, sombong amat!" Semprot Ara melepas pelukannya. Lalu dibalas dengan kekehan oleh Bryan.

Ara celingukan mencari papanya, "Papa mana, ma?" Tanya Ara pada mamanya.

"Kemarin papa kamu, setelah beres acara, langsung ke Bandung. Ada proyek di sana." Jawab Maya menaruh nasi goreng di piring Ara.

"Loh teruss? Kemarin..." Ara menggumam sendiri.

"Kemarin El pulang jam berapa sayang?" Tanya Maya yang sudah duduk di hadapan kedua anaknya.

"Loh ini Ara baru aja mau nanya sama mama. Kemarin Ara ketiduran di sofa sebelum El pulang. Tiba-tiba, paginya Ara udah di tempat tidur. Ara kira papa atau abang yang pindahin Ara." Jelas Ara dengan wajah bingungnya dan pipinya yang mengembul akibat mengunyah nasi.

"Lah? Kemarin kita pulang udah gak ada orang kan ya bang? Pagar sama pintu udah ditutup. Pas mama cek kamu di kamar, kamu udah pules tidur." Jelas Maya melipat tangannya di meja.

"He'eh, mah. Berati yang mindahin Ara Si... siapa namanya sih Ra?"

"El?" Jawab Ara, dibalas anggukan oleh Bryan.

"Whatt?!" Pekik Ara. Uhhuk uhhuk... lalu Ara terbatuk karena tersedak.

Dengan sigap memberikan air pada Ara, "Eh hati-hati, Ra. Ini minum." Ujar Maya mengusap bahu Ara.

"Keselek cinta kan, lo?" Kekeh Bryan menggoda.

"Ih apaan sih bang." Ketus Ara.

💛💛💛

Ara berjalan santai di koridor sekolah. Ia menikmati hawa sejuk di sekolahnya. Saat ini masih tidak terlalu ramai karena Ara datang lebih awal dari biasanya.

Ara memilih untuk duduk di bangku dekat lapangan utama yang dinaungi pohon jati. Ia ingin menikmati pagi yang cerah ini dengan mendengarkan musik dan membaca novel.

Ketika Ara sudah mulai menikmati alunan musik dan cerita novel di genggamannya, ada sosok yang mengagetkannya dengan menepuk bahu Ara.

"Heh!" Pekik orang itu. Ketika Ara menoleh ternyata Siska.

"Apasih. Pagi-pagi udah ngagetin." Gerutu Ara menutup novelnya dan membuka earphonenya.

"Lo semalem kemana aja? Gue chat, telvon berkali-kali gak ada satupun yang lo angkat atau balas. Ngeselin tau gak, sih." Ketus Siska yang bersedekap.

"Heheh.. maaf baby. Kemaren gue ada tugas dari bu Difa. Banyaakk banget. Jadi gue gak sempat liat Hp. Ini aja gue baru buka Hp." Ucap Ara menjelaskan agar sahabatnya ini tidak marah.

"Hem..." respon Siska cuek.

"Udah ah jangan ngambek. Mau cerita apa emang sih?" Ujar Ara mengubah posisi duduknya menjadi menghadap ke Siska.

Siska pun mulai tersenyum dan mulai membuka suara. "Lo tau gak cowok ganteng yang ada lesung pipinya itu loh. Yang waktu itu sempat dihukum
nyanyi pas MPLS..."

"Yang mana satu? Kan ada tiga waktu itu." Tanya Ara.

"Ada... yang manis ada lesungnya gitu. Uh manis dah pokoknya." Jelas Siska, tapi masih belum bisa membuat Ara paham siapa yang dimaksud Siska.

"Terus?" Ara mengangkat satu alisnya tanda ingin mengetahui kelanjutannya.

"Dia itu baik banget. Dia itu pinter kayaknya deh. Terbukti pas pertama kali pelajaran fisika dia udah kayak yang menonjol gitu." Ucap Siska berbelit-belit lagi.

"Hemm terus?" Jengah Ara yang belum paham arah pembicaraan Siska.

"Dia minta nomer WA gue! Uh gue seneng tau. Dia juga bilang gini, 'gue orangnya males banget mau nyalin catatan di papan. Bolehkan kalo gue nanti minta foto catatan lo? Soalnya tulisan lo bagus'." Siska sangat antusias menjelaskannya.

"Gitu aja lo seneng? Dia cuma minta bantuan." Cerca Ara yang langsung membuat Siska mendengus.

"Lo jangan langsung baper, Sis. Nanti hati lo sendiri yang sakit." Tambah Ara memegang kedua bahu Siska.

"Makasih, Ra..." ucap Siska memeluk Ara. Saat mereka sedang asik berpelukan ala Teletubbies tiba-tiba datanglah si cowok dingin itu, El.

"Nih, tugas yang kemaren udah kelar. Lo yang serahin ke bu Difa." Titah El memberikan satu map berkas dan flashdisk.

"Oh, oke." Ara menerimanya dan hendak menyimpannya di dalam tasnya. Sedangkan El sudah ingin berlalu.

"Eh tunggu El, gue mau nanyak dong." Cegah Ara memegang lengan El.

El yang kaget memandangi tangan mungil Ara yang sedang memegang lengannya, lalu beralih menatap Ara.

"Gue males ngomong." Ucap El datar serta tatapan tajamnya.

Lalu El pergi menuju tiga sahabatnya yang sedari tadi menonton aksi Ara dan El.

"Ish sok cuek banget. Aneh, beda gak kayak semalem." Dengus Ara lalu kembali duduk di tempanya tadi. Ara melirik Siska yang senyam-senyum tak jelas melihat kearah El and the geng

"Napa lo?" Semprot Ara ngegas di depan wajah Siska.

"Itu maksud gue, namanya Satria. Yang pake tas merah itu loh." Ujar Siska.

Ara pun mengikuti arah pandang Siska."Oh itu." Jawab Ara singkat.

"Kok gitu doang responnya? Jahat banget!" Gerutu Siska memanyunkan bibirnya.

"Terus gue harus apa? Teriak? Guling-guling terus kayang gitu?" Cerca Ara di telinga Siska.

"Hemm yaya deh. Btw makasih baby... gue ke kelas dulu deh, Rani ngechat udah di kelas katanya, sekalian gue mau cerita ini sama dia." Pamit Siska menggendong tasnya.

Ara hanya mengangguk dan ikut bangkit untuk menuju kelasnya. Sebentar lagi bel masuk akan berbunyi.

Saat sedang berjalan dengan santai, "Ra?" Panggil seseorang dari belakang Ara.

"Apa?" Ara menoleh ke belakang mendapati El di sana dengan wajah datarnya.

"Gak ada." Lalu El melalui Ara begitu saja.

"Ish dasar gak jelas! Aneh lo! Geddek banget gue sama lo." Maki Ara yang tak peduli dengan sorotan teman-teman sekelasnya.

El yang mendengar Ara menggerutu, jadi tersenyum. Entah kenapa, intinya El tak kuat untuk tidak tersenyum. Mungkin hoby El saat ini adalah membuat Ara jengkel.

Semoga kalian suka💛
Jangan lupa vote guys.
See you next chap:*
_chachaaa26

Long Love StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang