102. Berbalik

71 23 34
                                    

Absen dong!
Readers baru

Readers lama

Happy Reading Love!
***

Bryan mengangguk hormat, "Kita bisa mendapatkan jawabannya di dalam cctv yang merekam kejadian sebelum saudara ME melarikan diri."

"Ya Allah, terima kasih..." batin Ara bersyukur ketika ia sudah menemukan celah harapan bahwa kebenaran akan terungkap.

Sering kali kebenaran ingin dijatuhkan karena tempatnya memang selalu berada di paling atas. Ketika semesta sedang berkonspirasi untuk menjatuhkan kebenaran, maka percayalah, Tuhan akan menggerakkan semesta yang lebih besar untuk menyelamatkan kebenaran itu.

Terkadang di mata manusia sudah terlihat begitu mustahil, tapi itu sungguh sangat mudah bagi Tuhan. Kita tinggal berusaha dan percaya sepenuhnya. Maka Tuhan akan akan mewujudkan sepenuhnya pula.

Flashback on
Terdengar suara polisi di luar yang akan segera masuk. Ara berjingat kaget, begitu pula dengan Agys dan Stevan.

"Polisi datang?" Tanya Ara. Agys mengangguk.

"Jangan kabur, itu mempersulit kamu sendiri, " peringatan Steven.

Suara polisi sudah masuk di pintu utama. Kaki Ara semakin gemetar. Dia harus apa? Dia tidak salah.

"Lo cukup percaya sama gue,"  kaliamat El yang terus terngiang di telinga Ara.

Steven teringat dengan pistol yang tadi Ara pegang. Bukan kah itu bisa sebagai bukti bahwa pistol itu tidak berpeluru sebelumnya.

"Ra, pistol tadi mana?" tanya Steven sebelum Ara pergi.

Ara yang sudah membuka hilsnya berjingat mencari keberadaan pistol tadi. Ia rasa pistolnya hanya terjatuh di sekitar sini.

"Itu bukan?" tunjuk Agys menunjuk pistol yang terletak di belakang Steven. Mereka menengok ke arah yang Agys tunjuk.

"Ambil itu bisa jadi bukti," ucap Agys. Ara mengangguk lalu mengambilnya dan hendak membawanya.

"Jangan, kamu jangan lari! Kamu punya bukti," Cegah Steven.

Ara meletakkan pistolnya di lantai kembali, "Enggak, ini keputusan yang harus aku ambil. Kalian jangan sentuh pistol ini, biar ini jadi barang bukti," ujar Ara laru langsung berlari melewat pintu samping rumah.
Flashback of

Para ahli yang ada di situ sudah mulai berdiskusi satu sama lain. Penitera mulai menuliskan jalannya sidang yang berubah dari perkiraan sebelumnya.

"Baik, selanjutnya saudara Eldiano Mubarak dan Agysta Farandita boleh menjelaskan kebenaran dari rekaman suara yang diputarkan barusan," ucap hakim ketua.

Agys langsung berdiri, namun El menggenggam pergelangan tangan Agys, menahannya.

"Duduk," titah El. Agys mengerutkan keningnya keheranan.

"Mohon maaf yang mulia hakim, bukan mereka yang akan menjelaskan, tapi..." Bryan menjeda ucapannya, lalu merengtangkan tangan kanannya ke arah pintu masuk.

Masuklah empat lelaki dewasa berbadan besar yang dikawal oleh beberapa satpam. Terdapat pula satu orang lelaki berbadan kurus dan tinggi yang mengikuti dari arah belakang.

Vano melangkah mendekati lelaki berbadan kurus yang berada di belakang. Vano membawanya ke hadapan hakim.

"Perkenalkan diri lo, dan katakana semua kebenarannya," pinta Bryan, dan orang itu mengangguk patuh.

Long Love StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang