82. Berangkat

81 19 14
                                    

Happy Reading🤍

Enjoy in mulmed

Ara meletakkan koper mini dan rangsel sportnya di bagasi mobil El. Mereka bukan mau kawin lari, melainkan Ara akan berangkat ke Jakarta Pusat, untuk lombanya dengan diantar El. El rela tidak masuk sekolah di hari pertama setelah tahun baru, bucin bukan?

Sebelum mentup bagasi mobilnya, El bertanya, "Ada yang ketinggalan?"

Ara yang menguap berhenti karena ucapan El, ah rasanya kurang mantab jika menguap tidak tuntas. Ia masih mengantuk, bagaimana tidak? Ini masih pukul setengah enak pagi, dan ia harus berangkat.

Ara mengeleng, "Enggak," jawabnya malas.

Ara memeluk mamanya sebelum berangkat. "Kamu jaga diri ya di sana. Pokoknya mama bakalan selalu doain kamu biar jadi juara," ujar Maya mengelus punggung Ara.

Ara beralih memeluk papanya, "Kamu harus jaga pola makan dan tidur, Ra. Tenaga kamu di sana akan digunakan habis-habisan, jadi kamu harus bisa menjaga diri kamu biar gak sakit. Paham?" pesan papanya. Ara tersenyum dan mengangguk.

terakhir Ara berpamitan pada abangnya. "Lo jauh dari rumah harus bisa jaga diri. Ikutin apa kata guru Pembina lo. Jangan macem-macem lo, paham? kalau ada waktu, telepon abang," petuah Bryan yang begitu posesif pada adik satu-satunya ini.

"Siap abangkuuu, tenang aja. 'Kan cuma Bogor-Jakarta mah deket," ucap Ara. Lantas Bryan menoyor dahi Ara.

"Lo itu gak pernah ke Jakarta sendirian, makanya abang khawatir," omel Bryan. Ara langsung memeluk abangnya lagi, ia begitu beruntung memiliki abang seperti Bryan, jangan iri ya readers.

El ikut menyalimi kedua orang tua Ara. "Hati-hati ya nak El.." ucap Fahri menepuk bahu El mengingatkan.

"Siap om," jawab El. Lalu El melangkah untuk pamit pada Bryan.

"Pastiin Ara samapai di hotel dengan selamat. Di jalan hati-hati, awas aja lo kalau adek gue kenapa-napa. Kalau udah sampai, langsung kabari gue, paham?" jelas Bryan rinci agar El paham.

"Tenang aja bang, keselematan Ara diatas keselamatan gue," ujar El meyakinkan.

Bryan bersedekap dan mengangguk-ngangguk, semoga saja El menepati ucapannya.

Ara dan El pun berangkat menuju hotel Sawana Suites, Jakarta Pusat, tempat Ara akan menginap selama ia mengikuti perlombaan.

~LLS~

Mobil El kini melintasi tol Jagorawi. Ara sedari tadi menatap jalanan saja. Bukan karena ia merajuk seperti di sinetron, melainkan ia masih mengantuk. Kalian ingat 'kan? El dan Ara memiliki kebiasaan yang sama, yaitu malas berbicara saat di pagi hari.

Namun, posisinya kini berbeda. Mereka sudah saling tahu-menahu akan perasaan mereka. Mereka sudah saling mencintai, maka El tidak akan tahan dalam keheningan seperti ini.

"Ra..." panggil El dengan lembut. Ara yang menatap jendela menoleh dengan malas.

"Kamu udah buka kado dari aku belum?" tanya El.

Sepertinya Ara tertarik dengan topik ini, Ara yang malas-malasan kini duduk tegap bersiap untuk berbacod ria.

"Udah dong, aku suka banget. kamu pinter banget sih pilihin aku jam tangan, warna kesukaan aku lagi, hijau army. Nih, aku udah pakek." Ara menunjukkan pergelangan tangan kirinya. El menoleh sebentar lalu kembali melihat jalan di depan.

"Manis, di tangan kamu," puji El.

Ara tersenyum mendengarnya, "Makasih yaa.." El mengangguk saja,

Long Love StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang