45. Roftoop

115 31 18
                                    

Via duduk sendiri di taman belakang. Kali ini ia memilih bolos, tak peduli jika guru bk memergokinya saat ini. Ia hanya ingin menenangkan pikirannya.

"Kok sakit banget sih... padahal gue bukan siapa2 dia juga. Dan kenapa harus Ara?" Lirih Via sendiri.

Hembusan angin menerpa wajahnya. Tidak, Via tidak ingin menangis. Ia hanya ingin diam dan menenangkan diri.

Disisi lain, Vano berada di roftoop sendiri. Ia juga frustasi. Dia juga terluka melihat Via terluka. Tapi apa boleh buat, ini yang terbaik utuk semuanya.

'Semoga dua bulan ini segera berlalu.' Batin Vano. Ia menengadahkan wajahnya ke atas dan memejamkan matanya. Panas dan silau yang Vano rasakan ia abaikan.

"Apa setelah dua bulan gue masih bisa memperbaiki hubungan gue sama Via? Apa setelah Via tahu semua ini dia bakalan maafin gue?" Monolog Vano yang kini tertunduk lesu.

"Lo cinta pertama gue, Vi." Lirih Vano mengecil, namun masih dapat terdengar. Ya, terdengar oleh sosok yang sedari tadi berada di belakang Vano tampa sepengetahuan Vano. Yaitu El.

El memilih pergi dari roftoop, membiarkan Vano menenangkan diri. Ia tidak tahu apa yang dimaksud oleh Vano. Ia juga tak habis pikir kenapa Vano bersikap seperti menyukai Ara sedangkan hatinya untuk Via?

~LLS~

Bel istirahat berbunyi. Via tetap tidak masuk kelas sedari jam pertama. Ara hendak mencari Via, dia harus menjelaskan semuanya pada Via.

"Mau kemana?" Cegah El.

"Via." Singkat Ara. Ia juga masih kesal pada El. Ara masih ingat ketika El membentaknya tadi malam hanya karena matahari El yang tak jelas itu.

"Di taman belakang." Ucap El memberi petunjuk.

Ara menaikkan satu alisnya, "Tahu dari mana lo?"

"Serah lo." Sahut El cuek lalu beranjak keluar kelas. Ara hanya mendengus sebal.

El tahu Via ada di taman belakang karena saat turun dari roftoop El melihat Via yang berlari dari toilet wanita menuju taman belakang.

Kini Ara bergegas menuju taman belakang. "Awas aja lo tipu gue!" Gerutu Ara di sela-sela acara berjalan cepatnya kali ini.

Ara celingukan mencari Via. Ketemu! "Yaampun sampe ketiduran gini?" Lirih Ara melihat Via yang tidur menyamping diatas kursi panjang taman dengan telapak tangannya yang dijadikan bantal. Ara berjongkok memandangi wajah Via.

"Ini nih kelemahan lo, Vi. Lari dari masalah." Gumam Ara.

Via yang sedang tidur, merasa ada seseorang di depannya, lantas ia langsung membuka matanya. "Astaga!" Pekik Via langsung mengubah posisi tidurnya menjadi duduk.

"Apaan sih, Ra? Ngapain coba lo pandangin gue gitu. Ntar lo suka lagi!" Ujar Via sambil merapikan rambutnya. Via berlagak seakan tak terjadi masalah apapun diantara mereka.

"Yeeeilah, pd banget lo! Lagian lo ngapain bolos? Udah pinter lo?" Cerca Ara menoyor kepala Via, dibalas cengir kuda khas Via.

Hening kemudian. Ara menarik nafasnya kuat. "Lo jangan salah paham sama gue ya. Sumpah Vi, gue gak suka sama Vano. Gue tadi berangkat sama dia juga kepaksa." Ara mulai menjelaskannya.

Via yang mendengarnya langsung memeluk Ara. "Gue yang terlalu kayak anak kecil, Ra. Gue yang salah." Ucap Via merasa bersalah terlalu egois sudah mengira Ara akan menikungnya.

Long Love StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang