41. El Lembut

133 45 126
                                    

Tidak tahu sudah berapa lama Ara berada di halte ini. Jam tangannya menunjukkan pukul 04.07. Hujan memang tidak sederas tadi, dan orang-orang yang berteduh mulai melanjutkan perjalanannya. Namun, tidak dengan Ara. Ia memilih tetap duduk di sana menunggu hujan benar-benar berhenti.

Ara memeluk dirinya sendiri, mencoba menghangatkan tubuhnya yang sudah menggigil. Ara menggosok-gosokkan tangannya sambil memandangi hujan. Bukannya berhenti, hujan yang tadinya mereda malah kembali menderas.

"Mau sampai kapan gue disini?" Monolog Ara sambil memegang pipinya memberikan kehangatan dari gosokan tangannya tadi. Ara menyandarkan punggungnya di sandaran kursi halte. Ara memilih menutup matanya sejenak untuk meredakan pening di kepalanya akibat terkena air hujan. Mungkin sebentar lagi Ara akan tertidur disini, biarlah. Ara tidak peduli.

~LLS

El melihat sekilas jam tangannya. Sudah pukul 04.15. Hujan masih deras, namun tak akan menggoyahkan niat El untuk menemukan Ara.

Sepanjang jalan yang El lewati ia tidak menemukan halte atau tempat berteduh. "Lo dimana sih, Ra? Lo pasti lagi neduh kan? Pleas jaga diri lo." Gumam El di balik helm fullfacenya.

Seperkian menit El melihat ada halte di depan. Ini halte pertama yang El temui, ia yakin Ara berteduh disitu.

Benar saja, terlihat gadis yang sudah basah kuyup sedang memejamkan matanya sambil memeluk tubuhnya sendiri. Bibirnya sudah memucat. Rambutnya basah dan kusut. El membuka helmnya dan segera turun dari Najwanya. Tampaknya Ara sudah tertidur, karena Ara sama sekali tidak sadar akan kedatangan El.

"Gimana bisa dia tidur dalam keadaan kayak gini?" Lirih El yang kini berjongkok memandangi wajah Ara. Tanpa persetujuan Ara, El memeluk Ara. El begitu mengkhawatirkan gadis ini. Sontak Ara terbangun dan langsung memukuli El, takut-takut yang memeluknya ini adalah penjahat.

"Ssttt, ini gue." Lirih El menenangkan Ara dengan suara beratnya dalam pelukannya. Tak lupa El mengeratkan pelukannya dan mengusap rambut Ara. Nyaman, itu yang dirasakan Ara dan El saat ini. Hangat menjalar keseluruh tubuh mereka berdua. Btw author baper sendiri:( kalian baper gak?

"Lepas!" Ketus Ara saat teringat kejadian tadi saat El dengan teganya menurunkan Ara di pinggir jalan. Ara meronta-ronta ingin melepaskan pelukannya.

"Hei... hei, sory..." ujar El tetap tenang dengan suara beratnya. El menangkup kedua pipi Ara. El menatap Ara intens, tapi kali ini tidak dengan pandangan tajam, melainkan pandangan teduh yang memabukkan. Halahhh... jangan melted kalian yah.

Ara mendengus dan mengalihkan pandangannya. Ia tidak ingin menatap wajah El di depannya yang kini sedang berjongkok.

"Sory, Ra. Gue gak bermaksud. Lo boleh pukul gue. Asal lo mau maafin gue dan pulang sama gue. Gue khawatir sama lo, Ra." Ujar El sambil menggenggam tangan Ara.

Ara berusaha menahan senyumnya. 'Ah, kenapa El jadi romantis gini sih? Gue kan ceritanya ini lagi mara. Ah melted nih gue.' Batin Ara merengek. Sudah lama Ara tidak diperlakukan semanis ini.

"Ra?" El memegang kedua pipi Ara agar menoleh padanya. Sial, El semakin memposana dalam keadaan basah seperti ini.

'Ih kenapa sih gue? Kok gue dugun-dugun sih? Aahh gak kuat.' Ara membatin lagi.

El menatap manik mata hazel milik Ara seakan ingin menelusuri kalbu sang empunya. Lalu El tersenyum lebar. Sangat manis, dan ini langka! Fix ini kejadian langka!

Ara sudah tidak tahan, Ara melengos dan tersenyum. Benarkah kalau senyuman itu menular? Buktinya Ara kini ikut tersenyum.

"Pipi lo nih, udah kaya terasi. Kalau mau senyum ya senyum aja." Ujar El tetap dengan senyumnya.

El lagi-lagi tak tahan melihat pipi chuby yang kini sudah memerah. El memeluk Ara lagi. Tidak peduli, El sangat gemas dan mengkhawatirkan Ara.

Ara lagi-lagi kaget akan perlakuan manis El ini. "Jangan marah. Gue gak bisa liat lo diemin gue." Ucap El.

Jantung Ara sedang berdemo di dalam. Ia tidak tahan. Ara melepas pelukannya. "Kenapa lo turunin gue tadi?" Tukas Ara jutek. Mode ngambek manja nih ceritanya neng?

El mengusap puncak kepala Ara. "Gue tadi ngejar orang yang gue cari selama ini. Matahari gue." Ucap El sambil menghelakan nafasnya berat. Ara yang sedari tadi tidak menatap wajah El kini menatap El lekat.

"Tapi, gue gak tau itu beneran dia atau bukan. Gue kehilangan jejak." Lanjut El lagi. Ara yang mendengar itu seakan sesak, entah kenapa. Ara menunduk lesu. Apakah Ara cemburu? Tapi apa hak Ara? Baru saja Ara dibuat terbang, kini dibuat jatuh berkali-kali.

El menengok Ara yang kini menunduk seakan tak mau melihatnya. "Lo tahu, Ra. Masa kecil gue itu penuh luka. Tapi dia ada. Dia yang menerangi sisi gelap gue." El mengungkapkan isi kepalanya.

"Siapa dia?." Tanya Ara. El hanya tersenyum menatap Ara. Belum saatnya Ara tahu siapa yang dimaksud El.

"Pulang yuk. Hujan udah berhenti." Ajak El menarik tangan Ara menuju Najwanya. Mau tidak mau Ara mengikutinya.

Ketika Ara hendak naik, El menahannya dengan memegang lengannya. "Bentar." Ujar El lembut.

'Aduh apaan lagi sih ni anak?' Batin Ara sewot. Ia benar-benar tidak tahan dengan perlakuan lembut dan manis El yang tiba-tiba ini. Gak tahan tapi nagih atuh neng?

El membuka jaket hitamnya dan ia berikan pada Ara. Meski sudah lumayan basah, setidaknya bisa sedikit menghangatkan Ara. "Pakek." Ujar El memasangkannya pada Ara.

Ara sama sekali tidak membantah atau protes. Ia langsung memakai jaket itu. 'Jantung, santai dikit napa detaknya.' Batin Ara semakin gusar karena detak jantungnya berpacu lebih cepat.

Ara pun naik ke motor El. Namun, seperkian detik motor El belum juga berjalan. Hening.

"El kok gak jalan?" Tanya Ara memastikan.

El tersenyum penuh arti. El mulai menghidupkan Najwanya. Tapi, sebelum ia mengegasnya El menarik kedua tangan Ara dan melingkarkannya di perut El. Alamakkk, author meleleh.

"Kalo gak gini, Najwa gak mau jalan katanya." Ucap El sedikit menoleh pada Ara yang kini wajahnya sudah sangat dekat dengan wajah El.

Ara lansung memalingkan wajahnya. Pipi Ara memerah, debaran jantung Ara semakin tidak santai. Aih, bisa-bisa Ara pingsan ditempat.

El mulai menjalankan Najwanya. Langit sore yang merah merekah semakin menggelap. Angin yang menerpa semakin dingin. Ara mengeratkan pelukannya. El Tersenyum di balik helmnya. Tangan kiri El kini mengelus tangan Ara yang melingkar di perutnya. Ara tersenyum dibalik punggung El. Jangan iri kalian yah! Jujur author pengen:")

~LLS~

GIMANA MENURUT KALIAN PART INI? SUDAH CUKUP BAPER? BELUM SEBERAPA INI.
KOMEN DONG:")
VOTE JUGA YAAAH.
See youu💛

IG:_chachaaa26

el.mutiara

Long Love StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang