52. Kebenarannya

115 31 9
                                    

Seorang lelaki remaja sedang menyetir mobil hitam dengan kecepatan penuh. Ia terus tersenyum penuh kemenangan.

Ia melirik ke kaca depan mobilnya untuk melihat keadaan penjahat suruhannya yang terkena pisau. "Jangan ada yang pegang pisau itu. Jangan dicabut." Titah lelaki itu.

"Baik bos." Jawab ketiganya.

"Cepetan bos, lama-lama sakit juga." Ujar penjahat yang punggungnya tertusuk pisau.

Lelaki itu memutar matanya jengah, "Ck, lemah. Sebentar lagi nyampek rumah sakit."

"Gimana? Kalian berhasil mempengaruhi si cewek belagu itu?" Tanya lelaki itu kepada ketiga penjahat itu.

"Ya bos. Rasanya cewek itu percaya dengan akting kita." Jawab salah satu penjahat itu.

"Great job! It's just what i need." Seringai lelaki itu penuh kemenangan.

'Alvano Eros Smith, thi is not the end, satu lagi sebagai penutup perjumpaan for our bad fristsight.' Lelaki itu membatin.

~LLS~

Ara dan El sampai di warung pinggir jalan milik pak Mamat. Warung nasi goreng kesukaan El sejak ia kecil.

"Pak, nasi goreng spesialnya dua kayak biasanya yah." Pesan El saat masuk ke warung pak Mamat.

"Siap nak El. Eh, bawa siapa nih?" Tanya pak Mamat melihat El membawa orang baru.

"Orang spesial, se spesial nasi goreng buatan pak Mamat." Ujar El dengan kekehan. Ara yang mendengar itu langsung blushing di tempat. Apa maksud El?

"Wah barang bagus nak El." Ujar papak Mamat sambil mengaduk nasi gorengnya di wajan besar. El membalasnya dengan senyuman. Ara melihat itu menyimpulkan, pasti El sangat dekat dengan pemilik warung ini. Buktinya El menunjukkan sifat aslinya tanpa malu.

Ara duduk di kursi plastik yang disediakan disitu bersama El. "Ra, gue bercanda kok." Ucap El yang duduk di depan Ara. Duar!Ara hanya membalasnya dengan anggukan.

'Huftt, jangan baper ya hati. Gue sebercanda itu buat El.' Ara membatin sendiri.

"Nasi goreng spesial siap!" Ujar pak Mamat meletakkan dua piring nasi goreng yang sudah diselimuti telur dadar di atasnya.

Ara dan El pun memakannya dengan tenang. El memandangi Ara yang makan tidak bersemangat dan diam saja.

"Kok diem aja?" Tanya El menatap Ara.

Ara hanya menatap El malas, "Namanya makan ya diem gak boleh ngomong." Ujar Ara.

"Itu ngomong." Sahut El. Ara hanya mengiyakan ucapan El.

"Ra, menurut lo gimana masalah yang kemaren gue omongin?" Ucap El saat sudah selesai dengan acara makannya.

Ara yang masih mengunyah nasinya tetap tak menyahut. El mulai meminum airnya sembari menunggu jawaban Ara.

"Pusing gue. Gak ngerti sama Vano. El, emang danaunya dimana sih? Pengen tau gue." Ucap Ara sambil mengunyah nasinya.

"Besok pulang latihan, kita ke sana." Ujar El yang sedari tadi tetap memandangi Ara yang sedang makan.

Ara mendongak menatap balik El, "Beneran?" Tanya Ara memasitkan. El mengangguk dan tersenyum. Pakek acara senyum, kan melted.

Setelah Ara selesai dengan acara makannya, mereka berdua bergegas untuk pulang. Saat Ara hendak naik ke atas Najwa, gerakannya terhenti karena ponselnya berbunyi. Alah, sudah ngangkang siap duduk.

Long Love StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang