70. Hilang?

100 29 18
                                    

Holla readerss!! Long time no see:") So sory baru up, author sibuk. Masih ada yang nungguin LLS? Komen dong.
Oke deh, Let's enjoy the part.
Don't forget to vote! one vote one spirit for me:")
Happy reading❤

El menghentikan Najwanya di depan gerbang rumah Ara. Terlihat Maya menyapu halaman langsung sumringah melihat kehadiran calon menantunya ini. Sa'ae tante nih:v. Maya membukakan gerbang untuk El.

El turun dari Najwa dan membuka helmnya. "Assalamualaikum, Ma." El menghampiri Maya dan bersalaman.

"Waalaikumsalam, nak. Apa kabar kamu?" Sambut Maya.

"Baik, Ma. Mama gimana?" Tanya balik El. Duh, udah kayak anak sendiri.

"Baik dong. Oh iya, ayo masuk dulu. Mama sampai lupa ajak kamu masuk. Ayo mama bikinin minum dulu, ya?" Tawar Maya.

"Gak usah, Ma. El sama Ara bentar lagi mau langsung berangkat." Ujar El sopan.

Maya mengernyit, "Berangkat kemana?" Tanya Maya.

"El mau ajak Ara ke acara anak paskib. Ijin bawa anak mama, boleh?" Ucap El dengan baik-baik. Hal itu membuat Maya tersenyum, ia semakin yakin bahwa El memang pantas untuk Ara.

Maya hendak meng-iyakan permintaan El, namun didahului oleh Bryan. "Gak boleh."

Lantas Maya dan El menengkok ke arah Bryan yang entah kapan sudah berada di belakang Maya.

"Kenapa bang?" Tanya El keheranan. Apa Bryan menentang hubungan Ara dan El lagi? Wait, hubungan apa yang dimaksud bosku?

"Gak boleh kalau pulangnya lo gak bawain gue sate padang." Ujar Bryan diikuti dengan cengirannya.

El bernafas legah kemudian. "Aman itu, Bang." Ucap El meyakinkan Bryan. Bryan pun menganggukkan kepalanya tanda setuju.

"Ada-ada saja kamu, Bry. Kan bisa beli sendiri sayang." Ujar Maya mengusap pundak Bryan.

Tiba-tiba Ara sudah keluar dari rumahnya dengan memakai hoody abu-abu yang dipasangkan dengan celana jeans hitam. Tak lupa rambut sebahunya yang ia ikat satu. Penampilannya terkesam simpel. Ara hanya memakai bedak bayi di wajahnya dan sedikit lipbalm di bibirnya. Ia cuek sekali masalah penampilannya, yang peting ia nyaman dengan apa yang ia pakai.

Ara berjalan sambil mengecek barang bawaannya pada ransel mini hitamnya. Tanpa sadar ada yang memandanginya begitu intens.

"Kalau ada adik ipar kenapa enggak ya kan, Ma?" Ucap Bryan sambil menyenggol Ara yang baru berdiri di sampinya. Ara yang disenggol pun terkesiap. Apa-apaan abangnya ini, main senggol-senggol orang baru datang. Senggol bacok nih?

"Apaan sih, bang?" Dengus Ara, sambil jongkok membenarkan ikatana tali sneakers putihnya.

"Tuh, lo dari tadi ditungguin sama yang gak kedip sama sekali," ucap Bryan dengan sedikit kekehan, begitu pula dengan Maya. Sontak Ara mendongak.

"Ngapain lo liatin gue segitunya? Suka lo yaaaa..." ujar Ara dengan percaya diri.

El yang baru sadar bahwa ia tak berkedip melihat Ara pun, berkedip kemudian. Ia langsung gelagapan. Malu lah sama camer dan capar. "Eng-enggak. Itu gigi lo ada cabe," sangkal El gesit. Bryan dan Maya ikut menyoroti gigi Ara.

Ara terbelalak, ia langsung mengambil ponsel di sakunya untuk becermin. Benar saja, ada secuil cabai di giginya bekas ia makan. Alamak, kenapa mata El seteliti itu. Ia pun langsung membersihkannya. Bryan tak mampu menahan tawanya lagi.

"Duh, dijamin bentar lagi El ilfil sama lo." Ejek Bryan.

"Kamu ini gimana si, Ra?" Ujar Maya yang malah ikut cekikikan.

Long Love StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang