39. Omlet dan Cerita Bunda

103 40 115
                                    

Kini Ara dan El sudah sampai di halaman rumah El. Ara turun dari Najwa dengan semangat. Ara bahkan berjalan mendahului El yang masih memarkir Najwanya di bagasi.

"Assalamualaikum..." Ara mengucap salam sambil menekan tombol bel. Tak lama pintu itu terbuka menampilkan sosok Ali-adik El.

"Waalaikumsalam. Wah ada kak cantik." Sumringah Ali langsung menarik tangan Ara masuk dengan tangan mungilnya.

"Bundaaaaa.... ada kakak cantik!" Teriak Ali yang menggema keseluruh ruang rumah. Kecil-kecil sudah melengking suaranya. Ali said, jangan panggil aku anak kecil thor!

"Bentarr!" Sahut Helena yang terdengar dari lantai atas. Helena segera turun dengan tergopoh-gopoh.

Plttaakk! Suara apa itu? Suara tangan El yang sengaja menutup kaca helm Ara. Bagaimana tidak? Saking semangatnya, sampai-sapai Ara lupa membuka helmnya. Bayangkan dia masuk rumah orang pakai helm. Halah, ada-ada aja Ara nih.

"Ishhh apaan sih?" Desis Ara yang kaget.

"Semangat banget sampe lupa buka helm." Balas El sengit. Membuat Ara membuka helemnya dengan kasar dan semakin bersungut-sungut menatap tajam El.

Pemandangan itu tidak lepas dari perhatian Helena. Ia tersenyum geli melihat pertengkaran kecil El dan Ara.

"Sudah-sudah, kalian jangan tengkar terus." Lerai Helena.

"Ara, bunda kangen... kamu kok gak main-main kesini lagi sih?" Helena beralih memeluk Ara dengan Hangat.

El menyaksikan itu sambil bersedekap. "Anaknya siapa, yang dipeluk siapa coba." Lirih El menyindir bundanya. Ara yang mendengar itu menjulurkan lidahnya mengejek. El pun memutar bola matanya malas.

"Oalah... anak bunda yang satu ini cemburu toh." Ujar Helena memegang dagu El.

"Sebentar-sebentar. Kamu cemburu karena bunda lebih milih meluk Ara, atau cemburu karena kamu gak bisa peluk Ara?" Goda Helena lagi.

Lagi dan lagi El mendengus. "Apaan sih bun. Dah lah, El mau makan omlet."

"Ara juga bun... omlet bunda enak banget. Makasih ya buh kemarin Ara dikasih omlet." Timpal Ara yang juga bersemangat.

Helena pun senang karena masakannya disukai Ara. Helena mengelus pipi Ara dan El, "kalian tunggu sebentar yah, bunda siapin omletnya." 

El memilih duduk di meja makan dengan tenang. Sedangkan Ara, ia kini tengah duduk di sofa menemani Ali bermain mobil-mobilan. "El, Chacha mana?" Tanya Ara pada El.

"Lagi main sama temen-temennya mungkin. Kenapa?" Jawab El yang kini balik bertanya.

"Gak ada. Cuma kangen aja." Jawab Ara singkat.

'Sepeduli itu lo sama keluarga gue? Ini yang gak gue temui dari dia. Hal ini cuma gue temuin dalam diri lo. Tapi kenapa gue gak bisa ngikhlasin dia?' El berkutat dengan benak dan hatinya. Kenapa akhir-akhir ini El sering membandingkan Ara dengan dia?

"Omlet sudah siap!" Helena membawa sepiring besar omlet. El, Ara, dan Ali sumringah melihat omlet yang terlihat lezat itu.

"Silahkan makan!"

"Silahkan makan!"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Long Love StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang