7- Pengakuan Wildan

1.8K 257 79
                                    

Perasaan tidak bisa di paksa, apalagi di buat-buat.

◦ • ●★● • ◦

Batagor dan es teh menjadi menu jajanan Hawa dan Amira di jam istirahat hari ini. Mereka mengisi perut mereka yang kosong setelah mengikuti pelajaran Matematika oleh Bu Dian yang mendadak mengadakan ulangan membuat semua siswa siap tidak siap harus mengikutinya.

Untungnya pelajaran matematika telah berlalu, kini hampir semua siswa siswi kelas XI IPA 2 tengah memenuhi kursi di kantin guna mengisi tenaga mereka sebelum bertempur di pelajaran selanjutnya.

"Oh ya Wa, tadi 'kan Bu Dian nyuruh kerja kelompok buat ngerjain tugas yang ada di buku paket itu, 'kan satu kelompok cuma berdua, aku sama kamu. Enaknya kapan ngerjainnya, Wa?" tanya Amira di sela-sela ia mengunyah Batagornya.

"Em kapan ya? Kalo bisa jangan mendadak ya Ra, soalnya aku kalo sore harus ke Pesantren," ujar Hawa setelah ia menyeruput es tehnya.

Amira nampak menatap Hawa. "Pesantren? Ngapain? Kamu nyantri?" tanyanya.

"Iya, tapi ikut kelas sore, jadi tiap pulang sekolah harus ke Pesantren," balasnya.

"Tiap hari?" Amira membulatkan matanya.

Hawa menggeleng. "Ngga juga sih, boleh izin juga."

"Gimana kalo minggu? Kamu bisa ngga Wa?" tanyanya lagi.

"Minggu ini? Bisa kayaknya, lagian siang 'kan?" ujarnya dibalas anggukkan oleh Amira.

"Malem juga ayok aja aku sih," Amira terkekeh.

"Aku yang ngga bisa, aku ngga boleh keluar malem," tambah Hawa.

"Yaudah kalo gitu siang aja. Jam 10 gimana?" tanya Amira kembali.

"Bisa kok. Di mana Ra?" Hawa balik bertanya.

"Caffe aja, yang free wi-fi biar enak," Amira kembali terkekeh.

"Yaudah nanti kamu kirim aja alamatnya, tapi jangan jauh-jauh ya?" ujarnya membuat Amira menunjukkan tangannya membentuk 'OK'.

"Tapi aku ajak Adam nggapapa ya Wa? Aku ngga ada kendaraan soalnya," lanjut Amira yang kini membuat Hawa mengangguk.

"Eh, kamu anak baru yang namanya Hawa bukan?" tiba-tiba saja seorang perempuan datang ke arah meja yang Hawa dan Amira tempati, spontan membuat keduanya terkejut.

"Iya saya Hawa, kenapa ya Kak?" Hawa mengetahui bahwa dia adalah Kakak kelasnya karena terlihat dari emblem yang menempel di bagian lengan bajunya yang menunjukkan kalau ia adalah kelas 12.

"Aku boleh gabung di sini?" tanyanya membuat Hawa dan Amira saling lirik sebelum akhirnya keduanya nampak mengangguk dan membiarkan ia duduk di samping Hawa.

"Kenalin, aku Natya, anak kelas 12 IPA 1," ujarnya sembari menyodorkan tangannya kepada Hawa. Hawa yang nampak ragu pun akhirnya menerima jabat tangannya.

"Hawa, Kak, anak kelas 11 IPA 2." Hawa ikut memperkenalkan dirinya.

"Iya, aku udah tau kok," senyuman tipis mengembang di bibirnya.

"Kakak tau aku dari siapa?" pertanyaan itu tercetus dari mulut Hawa dengan spontan.

"Ada deh," balasnya terkekeh. "Aku boleh nanya ngga sama kamu?" 

"Nanya apa Kak?" Hawa balik bertanya.

"Kamu ada hubungan apa sama Wildan?" Natya nampak mengajukan pertanyaannya dengan suara yang cukup kecil.

HAWA untuk ADAM [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang