46- H-60

1K 191 83
                                    

Tempat kamu bukan di belakang, atau bahkan di depan aku. Tapi sudah benar disamping. Kita berjalan bersama, bukan kamu mengikuti aku, atau sebaliknya.

-Adam

◦ • ●★● • ◦

"Saya terima nikah dan kawinnya, Ha--"

"Lo lemes amat sih, Dam. Pake tenaga dong," protes Ipin kala ia tengah menjabat tangan Adam seraya membantu Adam berlatih mengucapkan kalimat untuk ijab qobul nanti.

Adam melemaskan punggungnya, lalu mencoba menstabilkan suaranya agar terdengar bertenaga. "Yaudah coba lagi ya," pintanya disetujui oleh Ipin.

"Saya terima nikah dan kawinnya, Hawa Zahiratun Nahda El Ahkam Bin Hafi--"

"Binti dong, Suseno. Gimana dah," tukas Barra yang memang berada di sini juga.

"Emang tadi gue nyebutnya apaan?" tanya Adam.

"Bin. Kalo cewek 'kan binti." jelas Barra.

"Oh iya ya." Adam hanya menggeleng-gelengkan kepalanya.

"Lo gimana sih, Dam, dari tadi ngga bisa-bisa. Ayo dong semangat!" desak Ipin namun Adam justru menghela nafas dan melepas tautan tangannya dari tangan Ipin.

"Lagian lo berdua semangat banget sih. Pernikahan gue 'kan masih lama. Masih dua bulan lagi." tutur Adam sedikit kesal.

"Dua bulan cepet tau, Dam. Makanya lo harus belajar mulai sekarang. Emang lo mau pas ijab qobul nanti lo mesti ngulang berkali-kali?" tanya Ipin dan Adam segera menggeleng.

"Ngga."

"Nah, maka dari itu lo harus belajar terus." usul Ipin seraya menepuk bahunya.

"Yaudah, ayo coba lagi." Adam akhirnya bersemangat. Ia kembali menjabat tangan Ipin dan membayangkan jika ia tengah menjabat tangan Abi Hawa.

".... Dibayar tunai." ujar Ipin penuh semangat.

"Saya terima nikah dan kawinnya Hawa Zahiratun Nahda El Ahkam Binti Hafidzul Ahkam dengan mas kawin tersebut, dibayar tunai." tegas Adam dengan gamblang.

"SAH!" teriak Barra dan Ipin bersamaan hingga mereka menjadi pusat perhatian di tengah Caffe yang mereka singgahi kali ini.

"Belum sah woi! Masih latihan." tukas Adam cepat.

"Oh iya kelepasan," gurau Ipin terkekeh, "nah kalo udah lancar 'kan enak. Tinggal di hafalin aja." tambahnya.

Adam menyunggingkan senyumannya, "gue yang mau nikah, tapi lo berdua yang semangat amat perasaan." canda Adam.

"Pasti dong. Kita semangat karena sobat kita ada yang mau nikah, iya ngga Bar?" ujar Ipin dianggukki oleh Barra.

"Jangan sampe lo malu-maluin pas lo nikah nanti. Ntar kita ikut malu." sambung Barra.

"Ya ngga lah. Udah cukup dulu aja gue jadi Adam yang malu-maluin. Sekarang udah ngga." Adam terkekeh lagi.

"Alhamdulillah dia udah sadar kalo dulu sering malu-maluin, Pin." gurau Barra mengingatkan Adam akan sesuatu.

"Oh iya! Waktu itu lo 'kan yang rekam gue pas nyanyi di markas terus lo kirim ke Hawa?" tanya Adam spontan. Sedang dengan bangganya Barra mengangguk.

"Ngga ada akhlak banget lo Bar, malunya setengah mati gue!" tukas Adam menepuk bahu Barra.

"Lagian siapa suruh lo nyanyi-nyanyi kayak orang gila gitu." ujar Barra terkekeh.

"Yaudah sih Dam, lagian Hawa ngga ilfeel ke lo gara-gara video itu, 'kan?" selang Ipin dan Adam menggelengkan kepalanya.

HAWA untuk ADAM [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang