50- Selamat jalan...

2.7K 251 132
                                    

Aku saranin baca sambil dengerin sound diatas. Dijamin ngena banget🙈

Bismilah dulu yuk, siapin mental 😁

◦ • ●★● • ◦

Adam adalah tokoh utama didalam kisahku yang hampir berakhir. Dan dari banyaknya cara untuk mengakhiri sebuah kisah, Adam memilih mengakhirinya dengan pergi untuk selama-lamanya.

-Hawa untuk Adam-

◦ • ●★● • ◦

Matahari sudah naik tepat diatas kepala. Sinarnya cukup panas menyengat dan menyilaukan. Beragam suara percakapan dengan berbagai bahasa membuat sedikit kebisingan tapi suasana masih cukup kondusif.

Di tempat istimewa ini, Jabal Rahmah. Tempat bertemunya Nabi Adam dan Siti Hawa setelah mereka terpisah ratusan tahun lamanya sejak diturunkan dari surga ke bumi karena melanggar perintah Allah, yaitu memakan buah khuldi akibat bujuk rayu setan.

Di Jabal Rahmah ini menjadi saksi pertemuan romantis antara dua insan pertama yang Allah ciptakan. Nabi Adam yang semula di ciptakan sendirian, lalu Allah ciptakan Siti Hawa dari tulang rusuknya agar beliau tidak lagi kesepian.

Hawa menutupi wajahnya dari sinar matahari yang terik untuk melindungi indra penglihatannya. Ia melihat ke sekililing, tapi ia nampak kebingungan dan seperti sedang mencari seseorang.

Cukup lama ia berada di sini, tempat di mana kakinya berpijak saat ini tapi ia belum menemukan apa yang tengah ia cari walaupun panasnya matahari sudah terasa di ubun-ubun.

"Assalamu'alaikum, Hawa." suara bariton itu seketika membuat senyuman di bibirnya terukir sempurna.

"Wa'alaikumussalam." Hawa segera berbalik, ia melihat cahaya yang cukup terang, sampai seseorang muncul dari cahaya itu.

"Adam?" senyum indah itu masih melekat di bibir Hawa tatkala ia melihat laki-laki yang datang mendekatinya dengan pakaian berwarna putih tulang dan wajah yang berseri.

Adam berhenti tepat di depannya. "Kenapa kamu masih di sini?" tanyanya.

"Aku ... Aku nunggu kamu. Ayo, kita pulang." ajak Hawa penuh semangat.

Kepala Adam nampak menggeleng. "Aku ngga bisa, Wa." tolaknya membuat kening Hawa berkerut.

"Kenapa?"

"Aku ... Harus pergi." senyuman Adam terangkat.

"Pergi? Pergi kemana?" tanya Hawa spontan.  "Aku ikut. Aku ikut kemanapun kamu pergi." tambahnya.

Adam tersenyum lagi. "Aku harus pergi sendirian, Wa."

"Kenapa harus sendiri? Kamu mau kemana?" cerocos Hawa tanpa jeda.

"Sudah saatnya aku pergi." ia memaksa senyuman itu. "Ayah dan Bunda, sudah menjemputku." terangnya.

Hawa berusaha menangkap maksud ucapan Adam. Ia tak mengerti. Bukankah Ayah dan Bunda Adam sudah tiada? Lalu kemana Adam pergi?

"Tap-"

"Wa, kita harus berpisah di sini." selang Adam menatap manik mata Hawa.

"Tapi aku ngga mau kita pisah, Dam. " lirih Hawa. Matanya mulai berkaca-kaca.

"Kalo kamu pergi, aku sama siapa?"

Adam juga tak sanggup menahannya. Matanya mulai memerah, tapi ia tetap menunjukkan senyum terbaiknya. "Maaf, Wa. Aku benar-benar harus pergi."

HAWA untuk ADAM [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang