Kita hidup itu berjalan maju, bukan mundur.
-Barra.
◦ • ●★● • ◦
Kegiatan study tour telah usai beberapa hari yang lalu. Dan saat ini tentunya seluruh kelas 12 telah kembali mengikuti kegiatan belajar sebelum memasuki akhir semester satu.
Langit nampak mendung pagi hari ini. Nampak seorang pemuda tengah bercermin sembari merapikan seragam sekolah yang ia pakai selama hampir tiga tahun ini. Terasa begitu cepat, sebentar lagi ia juga akan segera lulus, namun sayangnya tidak ada orangtua yang akan melihatnya saat lulus nanti.
Adam menghela nafasnya sesaat, ia menatap sebuah foto yang terpajang di dinding kamarnya. Foto itu sekilas membuat ia tersenyum saat melihat senyum dua orang terhebat dalam hidupnya itu, siapa lagi jika bukan orang tuanya.
Meski hingga saat ini ia masih sulit menerima keadaan dan mengikhlaskan keduanya, namun perlahan Adam akan berusaha menerima kenyataan bahwa mereka -orangtuanya- telah bahagia di syurga Allah, dan Adam berjanji, akan menyusul mereka suatu saat nanti.
Tak lupa Adam mengambil ponsel dan mengeceknya sekilas. Ada beberapa pesan dari Hawa seperti pada pagi-pagi biasanya karena Hawa masih selalu mengingatkan ia untuk salat subuh walaupun saat ini ia bisa bangun untuk menunaikan salat subuh tanpa alarm dari Hawa.
Adam membalas pesan itu, lalu setelahnya ia segera mengambil tas dan keluar dari kamarnya agar bisa bersarapan dengan Tante dan adik sepupunya.
"Nih, sarapannya Dam." Maira memberikan sepiring nasi goreng untuknya.
Adam mengangguk seraya menunjukkan sebuah senyuman. "Makasih, Tan." ujarnya sebelum ia melahap nasi goreng itu bersamaan dengan keduanya.
"Oh iya Dam, semester satu 'kan udah mau selesai, kamu udah bayar uang bulanan belum? Kok kamu ngga pernah minta ke Tante?" tanya Maira tiba-tiba.
"Udah Adam bayar sendiri, Tan." terangnya. Ya, mungkin ini saatnya ia berterus terang jika beberapa bulan terakhir ia bekerja setelah sepulang sekolah.
"Uang dari mana?" sang Tante menatapnya heran.
Adam tersenyum sesaat. "Adam kerja tiap habis pulang sekolah di Caffe milik Ayahnya temen Adam, Tan."
"Kerja?"
"Iya. Adam ngga mau jadi beban Tante." ujar Adam tersenyum lagi.
Sang Tante ikut tersenyum seraya mengelus bahunya. "Kamu bukan beban Tante, Dam. Kamu anak Kakaknya Tante yang artinya kamu ini keponakan Tante. Kalo ada sesuatu, jangan segan minta ke Tante. In syaa Allah, Tante penuhin. Kamu ngga usah kerja Dam, capek. Kamu fokus sekolah aja."
Seolah menolak, Adam langsung menggeleng. "Ngga capek kok Tan. Lagian setelah di fikir-fikir, ketimbang nganggur, mending kerja aja. Uangnya 'kan lumayan, ya meskipun ngga seberapa." papar Adam.
"Yaudah, kalo itu maumu. Yang penting jangan ganggu sekolah kamu ya. Ini salah satu amanah dari Bunda kamu, Tante harus pastiin kamu bisa lulus sekolah." ujarnya.
Adam mengangguk. "Iya Tan." lepas itu, ia kembali melanjutkan aktivitas sarapan paginya hingga selesai. Barulah setelah itu ia dan sepupunya segera berangkat ke sekolah dengan menaiki angkutan umum tentunya.
Sesampainya di depan sekolah, ia dan sepupunya berpisah, sehingga Adam melanjutkan langkah memasuki gerbang sekolah sendirian. Tak lupa, ia menyapa Pak Ading, satpam sekolahnya dan juga Bu Indah, yang kebetulan ada di depan gerbang untuk memantau para siswa.
KAMU SEDANG MEMBACA
HAWA untuk ADAM [END]
Spiritual[TeenFict-Spiritual] (SEQUEL AISYAHKU, AKU CINTA) "𝘒𝘢𝘭𝘰 𝘭𝘰 𝘣𝘪𝘥𝘢𝘥𝘢𝘳𝘪, 𝘨𝘶𝘦 𝘣𝘢𝘬𝘢𝘭 𝘫𝘢𝘥𝘪 𝘴𝘢𝘺𝘢𝘱𝘯𝘺𝘢. 𝘉𝘪𝘢𝘳 𝘭𝘰 𝘣𝘪𝘴𝘢 𝘵𝘦𝘳𝘣𝘢𝘯𝘨, 𝘥𝘢𝘯 𝘫𝘢𝘥𝘪 𝘣𝘪𝘥𝘢𝘥𝘢𝘳𝘪 𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘴𝘦𝘮𝘱𝘶𝘳𝘯𝘢." ◦ • ●★● • ◦ Muhamma...