Rasa itu semakin kita simpan terlalu dalam, semakin kita merasakan sesaknya.
◦ • ● ★● • ◦
Ujian akhir semester telah berlalu beberapa hari yang lalu. Dan seusainya ujian, hari ini tibalah di mana hari pembagian rapor yang tentunya membuat Hawa cukup gemetar karena ia takut nilainya akan turun lebih jauh dari saat ia sekolah di Probolinggo.Pagi ini Hawa sudah bersiap, bahkan saat ini ia juga tengah membantu Uminya untuk membuat sarapan pagi yang baru saja usai. Nasi goreng menjadi menu sarapan pagi ini yang nampak sudah dihidangkan di atas meja makan.
Sembari menunggu Abi dan Adiknya ikut bergabung, Hawa sudah duduk disalah satu bangku di depan meja makan sembari termenung. Ada sesuatu yang mendadak tergiang di fikirannya tentang kala itu.
Hari di mana Adam menyatakan perasaannya secara tiba-tiba. Awalnya ia memang tak percaya, namun apa yang Adam katakan nampaknya mampu membuat ia percaya.
*Flashback on*
"Gue mau jujur, lo dengerin ya?" Hawa hanya terlihat mengangguk mengiyakan ucapan Adam.
"Sejujurnya," Adam menjeda ucapannya sesaat.
"Gue suka sama lo Wa."
"Dari dulu."
Hawa cukup terkejut mendengar ucapan Adam, namun detik berikutnya ia malah terkekeh.
"Apaansih Dam, jangan ngelucu. Garing tau ngga," tukas Hawa.
"Gue serius Wa," selang Adam yang lagi-lagi membuat Hawa diam tak bergeming sedikit pun.
"Kali ini gue jujur, Wa. Masalah perasaan ngga bisa dibuat bercandaan." tambahnya.
"Tap--"
"Lo tenang aja Wa, gue tau." Adam menyela.
Hawa mengerutkan keningnya. "Tau apa?"
"Biarpun gue nyatain perasaan gue berulang kali, lo pasti bakal nolak gue 'kan? Gue tau, lo pasti ngga bakal mau diajak pacaran," ujar Adam.
"Apalagi sama cowok kaya gue." Adam terkekeh sendiri.
"Gue juga inget kata Bunda. Cewek baik ngga akan mau diajak pacaran." Adam sesekali menatapnya namun Hawa hanya tertunduk.
"Dan gue rasa ucapan Bunda itu bener. Cewek baik itu cewek sholihah, seperti perempuan bernama Hawa yang ada di samping gue." sambungnya. Sedang Hawa, menatapnya dengan tatapan terkejut sekaligus tak percaya.
"Apa yang ngebuat kamu suka sama aku?" tanya Hawa sedikit ragu. Namun ia perlu jawaban dari pertanyaannya ini.
Adam menyimpulkan senyumannya sesaat. "Lo sempurna, Wa." tambah Adam, "lo pantas disebut perempuan sholihah. Lo sempurna dalam balutan jilbab yang lo pakai itu."
"Apa yang dilihat diluarnya sempurna, belum tentu di dalamnya demikian," tukas Hawa, "aku belum sesempurna yang orang lain nilai."
"Gue tau. Ngga ada yang sempurna di dunia ini kecuali Allah. Tapi gue juga tau, selama ini, apa yang lo lakuin tentunya karena lo mau berusaha untuk menyempurnakan diri terlebih dalam hal ibadah, 'kan?" tanya Adam dan tentunya Hawa mengangguk.
"Sekarang, coba gue praktekkin." Adam membenarkan posisi duduknya.
"Gue suka sama lo, lo mau ngga jadi pacar gue?" ucapan Adam lantas membuat Hawa membulatkan matanya. Mendadak jantung berpacu lebih cepat dari biasanya.
Hawa yang sudah telanjur kaku hanya dapat menggeleng untuk membalas ucapan Adam. Dan hal itu langsung dibalas kekehan oleh Adam.
"Nah 'kan, udah gue duga," ujarnya, "gue tau gue pasti ditolak."
KAMU SEDANG MEMBACA
HAWA untuk ADAM [END]
Spiritual[TeenFict-Spiritual] (SEQUEL AISYAHKU, AKU CINTA) "𝘒𝘢𝘭𝘰 𝘭𝘰 𝘣𝘪𝘥𝘢𝘥𝘢𝘳𝘪, 𝘨𝘶𝘦 𝘣𝘢𝘬𝘢𝘭 𝘫𝘢𝘥𝘪 𝘴𝘢𝘺𝘢𝘱𝘯𝘺𝘢. 𝘉𝘪𝘢𝘳 𝘭𝘰 𝘣𝘪𝘴𝘢 𝘵𝘦𝘳𝘣𝘢𝘯𝘨, 𝘥𝘢𝘯 𝘫𝘢𝘥𝘪 𝘣𝘪𝘥𝘢𝘥𝘢𝘳𝘪 𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘴𝘦𝘮𝘱𝘶𝘳𝘯𝘢." ◦ • ●★● • ◦ Muhamma...