19- Ancang-ancang

1.1K 218 33
                                    

Apa yang membuat hati perempuan luluh?
Karena perjuangan seorang pria. Semakin keras kau berjuang, semakin mudah kau meluluhkan hati perempuan.

◦ • ●★● • ◦

Adam terbangun dari tidurnya. Baju, jaket, bahkan sepatu masih menempel di tubuhnya karena memang sesampainya di rumah, ia langsung saja menghamburkan diri di atas kasur.

Kejadian semalam cukup menguras emosinya. Masih teringat jelas saat ia melihat Amira berboncengan dengan pria itu, dan mungkin, jika malam itu Adam tidak bertemu dengannya, Amira pasti masih bisa menutupi aksi selingkuhnya rapat-rapat.

Bukan patah hati apalagi merasa kehilangan, ia hanya tidak habis fikir, mengapa Amira bisa selingkuh darinya padahal wajah polosnya selalu membuat Adam percaya jika dia adalah gadis yang baik namun Adam salah kaprah.

Satu tangan mulai meraih ponsel yang sudah bergetar sedari tadi. Ia mendapati beberapa pesan da panggilan dari Amira yang membuatnya langsung saja memblokir nomor Amira tanpa fikir panjang. Sebenarnya ia sama sekali tidak sedih, malah Adam senang karena ia akhirnya bisa putus dengan Amira di waktu yang tepat. Hanya saja masih ada sedikit kekesalan yang membekas.

Adam memutuskan untuk bangun dan langsung menyambar handuknya agar bisa segera mandi. Dan lepas mandi serta berganti pakaian seragam sekolah, kini ia terlihat keluar dari kamarnya untuk bersarapan dengan Bundanya.

"Pagi Bun," sapa Adam kepada Maidah yang masih berkutat di dapur sedangkan ia langsung duduk di depan meja makan.

"Pagi Nak," balas Maidah. "Semalem kamu pulang jam berapa Dam?" tanyanya sembari menghampiri Adam dengan membawa piring berisi nasi untuk Adam.

"Lupa Bun," jawab Adam singkat sebelum ia mulai menikmati sarapannya.

"Jangan sering-sering pulang malem, Bunda khawatir," Maidah menatapnya dan Adam terlihat mengangguk.

Adam menikmati sarapan paginya dengan cukup cepat hingga ia bisa menghabiskan satu piring penuh hanya dalam waktu sekian detik. Dan setelahnya, tak lupa ia juga menenggak segelas air putih.

"Kamu kenapa? Ada masalah?" tanya Maidah yang seperti memiliki ikatan batin dengan putranya. Ia bisa melihat raut wajah Adam yang cukup berbeda dari biasanya.

"Sedikit," balasnya.

"Ada masalah apa? Coba cerita sama Bunda," kata Maidah setelah ia meminum air putihnya karena ia sedikit terbatuk-batuk.

"Semalem Adam putus sama Am--"

"Uhuk uhuk,"

Belum sempat Adam merampungkan ucapannya, ia justru melihat sang Bunda yang batuknya semakin parah membuat Adam panik.

"Minum lagi Bun minum," Adam segera mengambil gelas di depan Maidah dan membantunya untuk minum kembali. Namun selepas minum, batuk Maidah belum reda juga.

"Bunda kenapa? Bunda lagi ngga enak badan ya?" tanyanya.

"Uhukk uhukk, ngga kok, Bunda nggapapa," selang Maidah.

"Tapi muka Bunda pucet lho Bun," Adam mengerutkan keningnya.

"Bunda ngga pake make up, makanya pucet," balas Maidah namun Adam tak mempercayainya.

"Biasanya kalo ngga pake make up juga bunda tetep cantik kok," tukasnya saat masih melihat Maidah yang terbatuk-batuk. "Wahh, jangan-jangan ada yang lagi ngomongin Bunda makanya bunda sampe batuk-batuk gitu," tambah Adam berhasil membuat Maidah sedikit terkekeh.

"Bunda nggapapa kok Dam," ujar Maidah. "Udah kamu siap-siap berangkat sekolah sana," titahnya.

"Adam ambil tas sama jaket dulu di kamar," lepas itu ia meninggalkan Bundanya namun sesaat batuk Maidah semakin parah hingga ada darah di tangannya yang berasal dari mulutnya, segera saja Maidah membersihkannya karena ia tidak ingin Adam tahu.

HAWA untuk ADAM [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang