40- Amarah Hawa

1.1K 240 112
                                    

"Ngga akan ada seorang Adam yang rela Hawa-nya terluka, disakiti, atau dirusak, bahkan oleh dirinya sendiri. Inget itu."

-Adam

◦ • ●★● • ◦

Adam kembali ke rutinitasnya sebagai seorang pelajar. Tentu saja pagi-pagi ia sudah bersiap untuk bersekolah dan tidak lagi berangkat terlambat seperti yang dulu ia lakukan.

Setelah berangkat sekolah menaiki angkutan umum bersama adik sepupunya, kini ia telah sampai di sekolah kebanggaan yang sudah hampir 3 tahun ia tempati ini. Di mana di tempat ini, banyak sekali memori tentang masa kelamnya. Kisah seorang Adam yang menjadi langganan BK dan murid yang nakal, itulah kisah yang masih bisa ia kenang hingga sekarang.

Tak lama setelah Adam memasuki kelasnya, bel masuk pun berbunyi. Pelajaran hari ini segera berlangsung sampai waktu istirahat datang. Dan pelajaran yang tengah berlangsung adalah mata pelajaran ekonomi.

Mata pelajaran Ekonomi diakhiri begitu bel istirahat berbunyi. Serempak, semua siswa siswi kelas 12 IPS 3 segera menyimpan mereka dan bersiap menuju kantin guna mengisi perut mereka yang kosong.

"Kantin kuy!" sahut Ipin yang telah berdiri di depan bangku yang Adam dan Barra duduki.

"Sabar napa," tukas Barra saat ia masih menyimpan buku-bukunya. Setelah itu, mereka bertiga segera menuju kantin sebelum kantin semakin ramai.

"Oh ya, Hawa nyariin lo semalem tau, Suseno." ujar Barra ditengah perjalanan mereka ke kantin.

Adam meliriknya. "Gue 'kan kerja."

"Tapi Hawa kok nyariin lo sampe ke Barra? Emang Hawa ngga tau lo lagi kerja? Apa lo ngga bisa dihubungin?" tebak Ipin.

"Gue kena musibah. Waktu abis takziah, di angkutan umum waktu mau ke Caffe, Hp gue ilang. Ngga tau kemana, kayaknya sih kecopetan." jelas Adam diakhiri dengan sebuah kekehan.

"Terus? Lo sekarang ngga pegang Hp?" selang Barra dan Adam pun mengangguk.

"Iya. Gue 'kan punya Hp cuma satu. Mau beli juga uangnya ngga ada." Adam terkekeh lagi.

"Kasian bener temen gue yang satu ini." Ipin menepuk-nepuk bahu Adam, "yaudah dah, karena gue lagi baik, hari ini gue traktir lo hari ini." tambahnya.

"Beneran nih?" tanya Adam memastikan dan Ipin segera mengangguk.

"Tumben baik bener lo, Pin. Abis jadian sama Windy, lo?" tebak Barra.

"Ngga. Orang pengen traktir Adam aja. Kenapa? Lo mau juga?" Ipin meliriknya.

"Mau si Barra tuh, Pin." tambah Adam.

"Masa iya lo traktir Adam doang. Gue juga 'kan temen lo." ujar Barra sembari bersedekap dada.

"Yaudah dah, untung gue baik hati dan tidak sombong." tukasnya.

Mereka bertiga akhirnya sampai di kantin dan langsung memesan makanan favorit mereka ke Bu Yanti. Baru setelah itu mereka memakannya bersama.

"Makanan hasil traktiran sama beli sendiri, rasanya beda ya." gumam Barra tiba-tiba.

"Kenapa emang?" tanya Ipin setelah ia menelan makanannya.

"Kalo hasil traktiran enak, Pin. Ngga berat di dompet." jawab Adam mewakili dan tentunya Barra membenarkan.

"Bilang aja lo mau di traktir lagi." ujar Ipin sedang Barra hanya cengengesan.

"Oh ya Suseno. Lo udah tau kenapa Hawa nyariin lo semalem?" tanya Barra kepadanya.

HAWA untuk ADAM [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang