Bermimpilah setinggi langit, tapi kalo lo mampunya cuma setinggi tiang listrik mending jangan dipaksain deh. Jatoh dari tiang listrik aja sakit woi apalagi jatoh dari langit, auto meninggoy lo!
-Calvin Fernandez Alinsky a.k.a Ipin
◦ • ●★● • ◦
Seberkas cahaya matahari mulai terik dan menyilaukan membuat pemuda berusia 18 tahun terbangun karena silaunya. Adam mulai mengerjapkan matanya berkali-kali untuk mencari kesadaran.
Hari telah berganti, pagi ini sebagai seorang pelajar Adam mesti segera bersiap untuk berangkat ke sekolahnya. Jam sudah menunjukkan pukul 6 lebih 30 menit, Adam pun memutuskan untuk bangkit dari kasurnya.
Belum ada suara ketukan yang terdengar di pintunya karena sepertinya sang Bunda belum ada niatan untuk membangunkannya. Lagian juga ia sendiri sudah bangun dan saat ini sedang bersiap untuk menuju kamar mandi.
10 menit berlalu, Adam nampak sudah berpakaian rapih dengan seragam sekolahnya yang terbilang cukup ketat untuk tubuhnya. Celana yang sengaja di desain untuk siaga banjir itu memang selalu ia pakai. Meski seringkali mendapat peringatan dari Guru-guru di sekolahnya mengenai celana yang ia kenakan terlalu menggantung, namun Adam tak pernah memperdulikan itu.
"Guten morgen malaikat tak bersayapku," sapanya seraya menghampiri sang Bunda yang tengah sibuk menyelesaikan kegiatan memasaknya di dapur.
"Morgen Dam," sahut Maidah menunjukkan senyum terbaiknya. "Baru aja Bunda mau bangunin kamu, eh ternyata udah bisa bangun sendiri." tambahnya.
Adam sedikit terkekeh. "Kalo ngga bisa bangun sendiri itu tandanya Adam udah mati Bun."
"Husss, ngomong apa kamu!" tukas Maidah membuatnya terkekeh lagi.
"Apa menu sarapan kita kali ini Bun? Bukan batu sama kayu 'kan?" tanyanya saat ia mulai duduk di kursi yang ada dihadapan meja makannya.
"Bukan dong," balas Maidah. "Kali ini sarapannya nasi kuning spesial." ujarnya seraya meletakkan sepiring nasi kuning dihadapan Adam.
"Spesial karena Bunda beli di tukang jualan nasi kuning di depan." tambah Maidah terkekeh.
"Kirain spesial karena Bunda yang bikin," tukasnya sebelum akhirnya memilih menyantap nasi kuning tersebut.
"Udah jam 06.45, kamu yakin tiap berangkat sekolah ngga pernah telat Dam?" tanya Maidah membuat Adam menatapnya.
Akui saja jika tiap harinya Adam terlambat, namun Maidah tidak pernah mengetahui jika ia sering terlambat. Adam lebih baik berbohong kepadanya karena ia takut Maidah kecewa karena tahu Anaknya tak sebaik seperti yang ia fikirkan selama ini.
"Ngga dong Bun, 10 menit lebih dari cukup buat berangkat ke Sekolah. Kan Adam naik motor, jadi bisa ngebut." jawabnya sambil mengunyah makanannya.
"Tapi harus tetep hati-hati, inget kamu punya trauma sama bunyi klakson itu." Maidah mengingatkan, dan Adam pun terlihat mengiyakan.
Setelah sepiring nasi kuning itu habis, ia pun lantas segera berpamitan dengan sang Ibunda karena jam sudah menunjukkan pukul 7 kurang 5 menit.
"Anakmu yang ganteng ini berangkat sekolah dulu ya Bun," pamitnya kepada Maidah membuat Maidah terkekeh.
"Emang kamu ngerasa ganteng ya Dam?" tanya Maidah iseng.
"Iya dong Bun. Kan Adam punya Bunda secantik Bunda, makanya Adam bisa ganteng kayak gini." ujarnya seraya merapihkan kerah bajunya.
KAMU SEDANG MEMBACA
HAWA untuk ADAM [END]
Spiritual[TeenFict-Spiritual] (SEQUEL AISYAHKU, AKU CINTA) "𝘒𝘢𝘭𝘰 𝘭𝘰 𝘣𝘪𝘥𝘢𝘥𝘢𝘳𝘪, 𝘨𝘶𝘦 𝘣𝘢𝘬𝘢𝘭 𝘫𝘢𝘥𝘪 𝘴𝘢𝘺𝘢𝘱𝘯𝘺𝘢. 𝘉𝘪𝘢𝘳 𝘭𝘰 𝘣𝘪𝘴𝘢 𝘵𝘦𝘳𝘣𝘢𝘯𝘨, 𝘥𝘢𝘯 𝘫𝘢𝘥𝘪 𝘣𝘪𝘥𝘢𝘥𝘢𝘳𝘪 𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘴𝘦𝘮𝘱𝘶𝘳𝘯𝘢." ◦ • ●★● • ◦ Muhamma...