42- Perasaan Hawa?

1.1K 200 111
                                    

Terkadang, segala sesuatu lebih bisa ditunjukkan oleh sikap dan perilaku ketimbang dengan ucapan.

◦ • ●★● • ◦

Gema adzan subuh berkumandang merdu menjadi pertanda bahwa waktu subuh telah tiba, dan sebagai seorang muslim, wajib hukumnya untuk segera menunaikan salat subuh sebelum memulai aktivitas.

Bersamaan dengan adzan subuh, Adam terbangun dari tidurnya yang lelap. Ia memegangi dadanya saat bangun karena tiba-tiba saja ia merasa nyeri. Mungkin ini efek pukulan Tristan dan anak buahnya kala itu. Meski sudah cukup lama, tapi efek nyerinya masih terasa sampai sekarang.

Adam bangkit dari kasurnya dan bergegas untuk segera mandi lalu berwudu. Setelah itu ia segera menunaikan salat subuhnya dan tak lupa di lanjutkan dengan berzikir sampai hari mulai cerah.

Waktu berlalu sangat cepat. Semester akhir di tahun ini terasa begitu cepat. Bahkan hari ini ia akan mengikuti ujian sekolah sebelum lulus nantinya. Adam tak berharap mendapat nilai tinggi, ia hanya berharap bisa lulus karena itu salah satu impian kedua orangtuanya. Mereka ingin ia bisa lulus sekolah walau mungkin hanya sampai SMA.

Adam tidak memiliki mimpi untuk berkuliah sebab untuk mencukupi hidupnya saja ia perlu kerja keras. Apalagi kuliah membutuhkan banyak biaya. Jadi setelah lulus nanti, Adam memutuskan untuk bekerja.

Hari mulai pagi, Adam sudah siap mengikuti ujian hari ini. Setelah bersarapan bersama Tante serta adik sepupunya, Adam segera saja menuju sekolah dan tentunya menaiki angkutan umum.

Sesampainya di sekolah, Adam langsung disambut oleh satpam yang sudah seperti orang tuanya. Siapa lagi jika bukan Pak Ading. Adam sangat ingat, dulu ia sering kali meminta Pak Ading membukakan gerbang saat ia berangkat terlambat, tapi itu tidak lagi.

"Hari terakhir ujian, semangat ya Mas Adam. Semoga bisa lulus dengan nilai terbaik." ujar Pak Ading seraya memberikan sebotol minuman yang tentu saja diterima oleh Adam. Hampir setiap hari selama ujian, Adam selalu mendapat ucapan semangat dan minuman dari Pak Ading.

"Aamiin. Makasih doanya Pak." balas Adam tersenyum.

"Pak Ading bakal kangen kalo Mas Adam udah lulus nanti." gurau Pak Ading membuat Adam terkekeh.

"In syaa Allah nanti Adam sering main-main kesini Pak. Adam masuk dulu ya Pak," pamitnya yang dibalas anggukkan oleh Pak Ading.

Adam segera memasuki sekolahnya dan menuju ruangan yang menjadi tempatnya melaksanakan ujian. Namun karena ujian belum dimulai, Adam memilih bergabung dengan Barra dan Ipin yang tengah berada di sebuah bangku di koridor.

"Assalamu'alaikum," sapanya.

"Wa'alaikumussalam." balas Barra dan Ipin bersamaan.

"Beuh... Adem bener kalo denger lo berdua jawab salam." gurau Adam setelah ia meminum minuman yang diberi oleh Pak Ading tadi. Mendengar itu Barra dan Ipin hanya terkekeh.

"Dapet minuman dari Pak Ading lagi, Suseno?" tebak Barra yang tentu dibenarkan oleh Adam.

"Wah Pak Ading pilih kasih ya. Kalo sama gue sama Barra ngga pernah tuh dikasih minuman. Lah kalo sama Adam hampir tiap hari dikasih." tukas Ipin membuat Adam terkekeh.

"Dia 'kan murid kesayangannya Pak Ading, Pin." gurau Barra seraya menepuk bahunya.

"Gimana ujian terakhir hari ini?" Lo berdua udah siap?" tanya Adam mengalih topik pembicaraan.

Barra dan Ipin mengangguk. "Siap ngga siap, ya harus siap." jawab Ipin terkekeh.

"Ngga kerasa ya, bentar lagi kita lulus," ujar Adam tiba-tiba.

HAWA untuk ADAM [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang