6- Pembentukan Valorous

2.1K 274 57
                                    

Dunia itu sesaat, yang kekal itu akhirat. Puas di dunia, tidak menjamin puas di akhirat sana.

◦ • ●★● • ◦

Langit Surabaya cukup teduh di sore hari. Adzan ashar yang tengah berkumandang juga menambah kesan ketenangan saat terik surya mulai pudar.

Terlihat Hawa saat ini, kedua kakinya berayun tak seirama saat ia sudah turun dari angkutan umum dan hendak menuju rumahnya. Hari ini memang ia tidak pulang bersama Wildan sebab Wildan mengatakan bahwa ada yang harus ia urus di sekolahnya.

Bayang-bayang rumitnya soal kimia masih memutar di otaknya karena di sekolah tadi, ia baru saja melakukan ulangan kimia mendadak. Untungnya Hawa siap, namun di balik siapnya, Hawa juga sama seperti siswa yang lainnya, ia merasakan pusing saat bertempur dengan soal kimia.

Untungnya semua itu sudah berlalu, namun tetap saja Hawa merasakan fikirannya lelah setelah seharian bersekolah, apalagi setelah ia pulang, ia akan kembali pergi.

"Wa!" Hawa mendadak mendengar klakson motor dari arah belakangnya sembari memanggil namanya membuat Hawa menoleh ke arahnya dan ia mendapati Wildan di belakangnya.

"Lho, Kak Wildan?" ujar Hawa saat Wildan melajukan motornya untuk mendekatinya

"Iya, urusannya udah selesai jadi langsung pulang. Aku kira kamu belum pulang, tadi aku cari ke kelas eh ternyata udah kosong," jelas Wildan sedikit terkekeh.

"Kan Kak Wildan yang bilang duluan aja, makanya Wawa pulang duluan naik angkutan umum." tukas Hawa.

"Iya ya," Wildan menggaruk kepalanya.

"Yaudah, yuk ikut aku biar lebih cepet nyampe rumah," ajak Wildan yang di setujui oleh Hawa hingga Hawa duduk di belakang Wildan dan Motor Wildan pun kembali berjalan.

"Oh ya Wa," ujar Wildan.

"Kenapa Kak?" tanya Hawa.

"Abis ashar nanti, kamu bisa ngga nemenin aku pergi?" tanyanya kepada Hawa namun matanya masih fokus menatap jalanan.

"Wawa mau aja sih sebenernya Kak, cuma Wawa ngga bisa," balas Hawa.

"Kenapa?" tanya Wildan lagi.

"Hari ini Wawa udah mulai masuk kelas Tahfidz lagi di Pesantren, jadi abis ini Wawa mau langsung berangkat," terangnya.

"Oh gitu, yaudah nggapapa kok." Wildan sedikit tersenyum.

"Maaf ya Kak."

"Iya nggapapa Wa," Wildan menunjukkan senyuman lebarnya hingga motornya berhenti tepat di depan rumah Hawa membuat Hawa langsung turun dari motornya.

"Makasih ya Kak," ujar Hawa sembari tersenyum dan Wildan nampak membalasnya dengan sebuah anggukkan.

"Kalo gitu aku duluan ya Wa. Assalamu'alaikum," pamit Wildan.

"Wa'alaikumsalam." balas Hawa sebelum ia melihat Motor Hawa menjauh dari depan rumahnya dan Hawa pun memutuskan untuk memasuki rumahnya.

"Assalamu'alaikum!!" sapanya menggema di seluruh penjuru rumah.

"Wa'alaikumsalam. Kamu mau ngucap salam apa ngajak ribut? Sampe budeg telinga Abi denger suara kamu," gurau Ahkam yang tengah duduk di ruang tamu sembari memainkan ponselnya.

Hawa yang terlihat terkekeh kini nampak mendekat ke arah Abinya untuk bersalaman dengannya. "Hehe, soalnya biasanya sepi Bi. Umi 'kan kalo ngga di dapur, ya di kamarnya," ujar Hawa yang berada tepat di depan Abinya.

HAWA untuk ADAM [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang