44- Reuni Singkat

986 179 61
                                    

Dua orang yang saling bertemu lalu jatuh cinta, bukanlah sebuah kebetulan, melainkan sebuah takdir.

◦ • ●★● • ◦

Dua tahun kemudian.

Masa putih abu-abu telah berlalu. Meninggalkan kisah dan kenangan yang akan dikenang sepanjang masa. Sebab banyak yang mengatakan, masa putih abu-abu adalah masa yang paling menyenangkan.

Walau telah dua tahun berlalu, nyatanya Adam masih sering mengingat masa sekolahnya apalagi jika bertemu dengan siswa yang memakai pakaian putih abu-abu. Baginya, masa semasa SMA adalah masa yang paling banyak memiliki cerita.

Saat yang lain sibuk dengan kuliahnya, Adam justru sibuk banting tulang untuk memenuhi kebutuhannya sendiri. Walaupun ia sempat ingin kuliah, namun keadaan dan biaya tidak memungkinkan. Akhirnya, Adam memilih bekerja.

Adam masih bekerja di Caffe milik Abi Hawa sampai saat ini. Tapi di siang harinya, ia juga bekerja menjadi kasir di sebuah supermarket. Meski pekerjaannya masih pekerjaan kecil, setidaknya dari pekerjaan itu ia bisa makan dan menyisihkan uangnya.

Melihat beberapa anak SMA yang mengunjungi supermarket tempat ia bekerja, sekilas Adam mengingat masa itu. Ia tersenyum ketika membayangkan seperti apa ia di awal masa putih abu-abunya. Sangat memalukan karena ia tidak menaati peraturan sekolah. Ya, ia masih Adam yang berandalan saat awal masuk SMA.

Adam menatap jam dinding sekilas. Jam kerjanya sudah hampir habis. Ia segera bersiap karena setelah pulang dari supermarket, tentu ia akan lanjut bekerja di Caffe. Memang cukup melelahkan, tapi Adam selalu merasa sanggup melakukannya.

Adzan ashar berkumandang tepat saat ia sampai di Caffe. Buru-buru Adam menunaikan salat nya terlebih dahulu lalu berganti baju dan segera memulai pekerjaannya karena Caffe terlihat cukup ramai.

Hari ini juga ia menunggu kedatangan dua orang yang sangat ia tunggu. Siapa lagi jika bukan Barra dan Ipin sahabatnya. Adam menunggu mereka karena setelah lulus, mereka jarang bertemu sebab memiliki kesibukan masing-masing.

"Suseno!" panggil seseorang membuat Adam berbalik dan langsung tersenyum. Nampaknya mereka sudah sampai.

"Pesan minuman seperti biasa ya Dam," pesan Ipin yang dianggukki oleh Adam sebelum ia mulai menyiapkan pesanan keduanya lalu mengantarkan ke meja yang mereka tempati.

"Ini minumannya, selamat menikmati." ujar Adam sembari meletakkan dua gelas minuman itu diatas meja. Tak lupa setelah itu mereka saling berpelukan untuk melepas rindu. Adam juga ikut bergabung dengan mereka karena Caffe mulai sepi.

"Apa kabar nih?" tanya Adam kepada keduanya.

"Ya Alhamdulillah, gini-gini aja ya Pin," ujar Barra disetujui oleh Ipin.

"Lo sendiri gimana kabarnya nih?" Ipin bertanya kepadanya.

"Alhamdulillah, baik kok." jawab Adam sedikit tersenyum, "gimana kuliah kalian? Lancar?"

"Lancar aja gue sih," sahut Barra.

"Gue ngga kuat anj- eh astagfirullah masih suka kelepasan." Ipin menepuk mulutnya, "parah banget masuk kedokteran, puyeng tiap hari, otak gue ngga kuat." keluh ipin sambil menggeleng-gelengkan kepalanya.

Adam terkekeh. "Nikmatin aja Pin. Ngga ada usaha yang mudah. Apalagi lagi buat dapetin gelar dokter. Nikmatin aja prosesnya." Adam menepuk bahunya.

"Bener, Suseno. Nih si Ipin tiap hari padahal kita juga jarang ketemu tapi ngeluh terus idupnya. Kadang cuma ngechat buat ngeluh. Capek juga gue lama-lama denger dia ngeluh." tukas Barra.

HAWA untuk ADAM [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang