37- Truth or Dare?

1K 207 74
                                    

Kamu seperti titik terang di dalam hidupku dulu yang kelam, hitam, dan suram.

-Adam

◦ • ●★● • ◦

Hari sudah semakin gelap, bus akhirnya berhenti di depan sebuah hotel yang akan menjadi tempat persinggahan para siswa siswi SMA Garuda pada kegiatan study tour kali ini.

Saat bus sudah terparkir, langsung saja Adam berlari keluar dari bus untuk segera menemui Hawa setelah ia mendapat kabar jika Hawa pingsan. Tak ada yang Adam perdulikan kecuali keadaan Hawa.

Adam mengerem langkah kakinya spontan ketika melihat pemandangan yang membuat keningnya berkerut. Tepat saat ia berdiri di depan bus yang Hawa naiki, ia justru melihat Wildan menggendong Hawa ala bridal untuk segera menuju hotel sebab yang ia lihat, Hawa masih tak sadarkan diri.

Melihat itu mata Adam memanas. Ia segera mengikuti langkah Wildan yang tengah menggendong Hawa hingga memasuki hotel tersebut lalu menuju kamar yang memang telah di pesan untuk menjadi tempat istirahat para siswa.

Hawa segera dibawa masuk ke sebuah kamar atas petuah dari seorang Guru kepada Wildan dan Adam juga masih mengikutinya hingga masuk ke kamar tersebut.

"Silakan kalian keluar. Ibu mau cek kondisi Hawa dulu." titah Guru itu yang ditujukan untuk Adam dan Wildan. Dengan langkah yang berat, mereka segera keluar dari kamar tersebut.

Adam menutup pintu itu, sesaat keadaan menjadi hening, namun sebuah tatapan tajam terus Adam lempar kearah Wildan seakan ia tak terima dengan apa yang Wildan lakukan tadi.

Satu menit, dua menit, hingga tiga menit masih ada keheningan. Namun Adam tak dapat menahannya lagi.

"Apa yang lo lakuin tadi?" Adam menggertak. Mendengar itu, Wildan sedikit tersentak.

"Gue nolongin Hawa." tegas Wildan sembari menatapnya.

"Kenapa harus lo yang gendong Hawa? Lo ambil kesempatan 'kan?" tukas Adam.

Wildan menyeringai. "Kesempatan? Lo fikir gue cowok kayak lo?" ujar Wildan sembari menunjuk wajah Adam.

"Maksud lo apa?!" Adam membusungkan dadanya.

"Gue cuma nolongin Hawa, ngga lebih. Gue bukan kayak lo yang sengaja deketin Hawa biar Hawa suka balik 'kan sama lo?" satu alis Wildan terangkat.

"Kenapa emangnya kalo Hawa suka balik ke gue? Lo bakal cemburu? Lo kecewa? Lo patah hati hah?" Adam menyunggingkan satu sudut senyumannya.

"Cih, jangan ngimpi!" sanggah Wildan, "lo sadar diri!"

"Mentang-mentang lo lebih alim dari gue, lo fikir lo bisa dapetin Hawa?" tukas Adam. "Jangan ngimpi! Hawa cuma anggep lo sebagai temen dan Kakaknya!" kini giliran Adam yang mengacungkan telunjuknya tepat di depan wajah Wildan.

Iris mereka saling beradu tajam. Seakan sebuah pertanda jika akan ada sebuah perkelahian sengit antara keduanya, namun aksi itu gagal sebab seorang Guru yang menangani Hawa kini telah keluar membuat keduanya mengakhiri adu tatapan tajam itu.

"Gimana keadaan Hawa, Bu?" tanya Wildan cepat.

"Hawa baik-baik aja 'kan, Bu?" cerocos Adam tak mau kalah.

"Hawa ngga papa. Dia udah sadar. Tadi katanya dia cuma terlalu pusing makanya sampe pingsan." balas Guru itu hingga Adam dan Wildan bersamaan mengucap hamdalah.

"Saya boleh liat ke dalam, Bu? Saya udah diamanahin Abi Hawa buat jaga Hawa soalnya, Bu." ujar Adam cepat.

"Saya juga, Bu." tambah Wildan lalu mendapat senggolan dari Adam. "Apaan sih lo ikut-ikutan aja!" tegas Adam terima.

HAWA untuk ADAM [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang