Lebih baik kehilangan cinta daripada kehilangan teman.
-Wildan
◦ • ●★● • ◦Akhir pekan telah tiba. Segala kepenatan dan kepadatan aktivitas terjeda saat akhir pekan tiba. Namun itu tidak berlaku bagi Hawa, karena akhir pekan adalah saatnya ia berada di Pesantren Fulltime untuk mengikuti kelas tahfidz yang masih ia ikuti hingga saat ini.
Sudah menjadi pilihan Hawa untuk bolak balik ke Pesantren karena ia tidak menetap di sana layaknya Santri pada umumnya, namun Hawa sebisa mungkin tidak mengeluh karena ia yang telah memilih untuk masuk Sekolah Negeri ketimbang Pesantren.
Tak butuh waktu lama untuk Hawa bersiap-siap, ia hanya memakai gamis yang dipadukan dengan khimarnya kemudian mengenakan bedak baby dan lipbalm hingga akhirnya ia segera beranjak keluar dari kamarnya.
"Mau ke Pesantren, Kak?" tanya Ahkam saat melihat Hawa mendekatinya dan Hawa terlihat membalasnya dengan sebuah anggukkan.
"Iya Bi, biasa." jawabnya.
"Mau Abi anterin apa pergi sendiri?" Ahkam bertanya lagi.
"Hawa naik angkutan umum aja Bi. Kan harus belajar mandiri." ujarnya seraya menunjukkan deretan giginya.
"Adek ngga ke Pesantren Kak?" tanya Aisyah juga kepada Hawa.
"Ngga tau Mi, katanya nanti siang mau kerpok jadi mungkin sore ke Pesantrennya." balas Hawa. "Yaudah, Hawa berangkat ke Pesantren dulu ya Bi, Mi." pamit Hawa sembari mencium tangan kedua orangtuanya bergantian.
"Hati-hati ya Kak, kalo kelasnya udah selesai, langsung pulang." sahut Ahkam yang hanya dibalas anggukkan oleh Hawa karena ia sudah melangkah keluar menuju pintu rumahnya.
Cuaca minggu pagi ini sangat terang, membuat Hawa segan untuk menaiki angkutan umum meski harus menuju ke depan kompleks. Namun tak apa, berjalan sedikit mungkin bisa menjadi olahraga pagi baginya.
Hawa mulai meninggalkan rumahnya guna menuju depan kompleks untuk mencari angkutan umum agar ia bisa sampai ke Pesantren.
Kompleks terlihat ramai di minggu pagi. Tentu saja karena sebagian besar dari mereka mendapat hari libur di hari minggu sehingga mereka memilih menghabiskan di rumah.
"Hawa?" tanya seseorang yang berhenti di sampingnya, spontan Hawa pun menatapnya.
"Kak Wildan," tukas Hawa setelah ia tahu Wildanlah yang ada di sampingnya. Dari pakaiannya, Wildan sepertinya tengah melakukan lari pagi.
"Mau kemana pagi-pagi? Pesantren?" tanyanya yang saat ini memilih berjalan guna menyeimbangkan langkahnya dengan Hawa.
Hawa terlihat mengangguk. "Iya Kak."
"Kak Wildan lagi lari pagi kenapa berhenti?" tanya Hawa kepadanya.
Wildan terkekeh. "Jalan dulu sebentar. Capek tadi udah lari keliling kompleks dua kali." balasnya membuat Hawa terlihat ber-oh ria.
"Boleh 'kan aku ikut jalan?" tanya Wildan dan Hawa mengangguk lagi.
"Jalan ini 'kan milik umum, bukan milik aku." Hawa sedikit terkekeh membuat Wildan juga ikut terkekeh.
"Kamu, beneran udah maafin aku 'kan, Wa?" tanyanya lagi.
"Iya Kak. Kan Kak Wildan udah minta maaf kemarin-kemarin." balas Hawa.
"Syukur deh. Jangan canggung lagi sama aku ya Wa," Wildan menatapnya.
"Aku janji, bakal lupain itu semua wa." tambah Wildan.
KAMU SEDANG MEMBACA
HAWA untuk ADAM [END]
Espiritual[TeenFict-Spiritual] (SEQUEL AISYAHKU, AKU CINTA) "𝘒𝘢𝘭𝘰 𝘭𝘰 𝘣𝘪𝘥𝘢𝘥𝘢𝘳𝘪, 𝘨𝘶𝘦 𝘣𝘢𝘬𝘢𝘭 𝘫𝘢𝘥𝘪 𝘴𝘢𝘺𝘢𝘱𝘯𝘺𝘢. 𝘉𝘪𝘢𝘳 𝘭𝘰 𝘣𝘪𝘴𝘢 𝘵𝘦𝘳𝘣𝘢𝘯𝘨, 𝘥𝘢𝘯 𝘫𝘢𝘥𝘪 𝘣𝘪𝘥𝘢𝘥𝘢𝘳𝘪 𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘴𝘦𝘮𝘱𝘶𝘳𝘯𝘢." ◦ • ●★● • ◦ Muhamma...