1- Bidadari dipenghujung hujan

4.5K 551 84
                                    

Kecantikan hanya poin plus seorang wanita. Yang utama tetap kesempurnaan akhlaknya.
◦ • ●★● • ◦

-Hawa- gadis itu menatap pantulan dirinya pada sebuah cermin yang ada di dalam kamarnya. Seusai melaksanakan salat dzuhur, ia memang mempunyai niatan keluar rumah untuk menuju Supermarket yang cukup dekat dari kompleks rumahnya.

Dan setelah dari Supermarket, Hawa juga berencana untuk main ke rumah Wildan, teman sekaligus kakaknya yang memang sudah ia kenal sedari ia kecil.

Meski Hawa tumbuh dan besar di Probolinggo, namun sesekali ia dan keluarganya akan berkunjung ke Surabaya, ke rumah Neneknya yang kebetulan bertetanggaan dengan rumah Wildan dan sekarang rumahnya juga cukup dekat dengan rumah Wildan karena memang ia tinggal di dekat rumah Neneknya.

Hawa hanya beda satu tahun lebih muda dari Wildan sehingga ia sering memanggil Wildan dengan sebutan 'Kak'. Ia memang sering bermain dan bercerita dengannya bahkan sampai ia dan Wildan beranjak dewasa.

Meski ia dan Wildan jarang berjumpa di karenakan dulunya Hawa tinggal di Probolinggo, namun adanya gadget membuat ia bisa sering berkomunikasi dengannya.

Kembali ke pada Hawa. Setelah ia memakai sebuah gamis polos warna biru yang ia padukan dengan kerudung bergo berwarna hitam, Hawa juga nampak meraih sligbagnya sebelum akhirnya beranjak keluar dari kamarnya.

"Mau kemana Kak?" sahut Aisyah yang tengah berada di Dapur membuat Hawa menghampirinya.

Hawa langsung meraih tangan Aisyah untuk bersalaman. "Mau ke Supermarket Umi, terus pulangnya mau ke rumahnya Kak Wildan, tadi udah izin juga sama Abi kok," balasnya membuat sang Umi mengangguk.

"Pulangnya jangan sore-sore ya," tambah Aisyah dan Hawa nampak mengangguk.

"Iya Umi, nanti sebelum ashar Hawa udah pulang," Hawa menunjukkan senyumannya, setelah itu ia bergegas pergi.

"Jangan lupa bawa payung Kak, sekarang lagi mendung!" sahut Aisyah menggema.

"Ngga usah Umi, lagian Supermarketnya kan deket, rumah Kak Wildan juga deket," Hawa menggeleng sebelum akhirnya ia pun berlalu untuk keluar dari rumahnya.

Namun baru saja ia sampai di pintu rumahnya, Hawa mendengar sebuah petir sebelum akhirnya hujan pun turun dengan amat deras yang menyebabkan seluruh permukaan bumi mendadak basah.

Hawa masih mematung di pintu rumahnya sembari menyaksikan butir-butir air hujan yang jatuh membasahi pekarangan rumahnya hingga ia memilih kembali masuk ke dalam rumahnya guna mengambil payungnya.

"Kan Umi bilang apa, pasti kamu mau ambil payung kan?" ujar Aisyah saat melihat Hawa kembali masuk ke dalam rumah.

"Hehe, iya Mi," Hawa terkekeh

Setelah mengambil payungnya, Hawa kembali menemui Uminya."Yaudah Mi, Hawa pamit lagi ya," ujarnya membuat sang Umi mengangguk.

Hawa kembali menuju keluar rumah. Ia langsung melepas pengait payungnya hingga payungnya terbuka. Hawa pun perlahan mulai melangkah keluar halaman rumah dengan sedikit mengangkat ujung gamisnya agar tidak terkena air hujan yang menggenang di jalanan.

Dengan berjalan secara hati-hati agar langkah kakinya tidak membuat gamisnya terkena cipratan dari langkah kakinya, akhirnya Hawa sampai di Supermarket yang ia tuju dan langsung memasukinya kemudian mulai mengelilingi Supermarket untuk mencari sesuatu yang akan ia beli.

Setelah mendapatkannya dan membayarnya di kasir, Hawa kembali keluar dari Supermarket tersebut untuk kemudian menuju rumah Wildan.

Hujan sudah mulai reda, menyisahkan kubangan air yang menggenang di jalanan. Hal itupun membuat Hawa kembali berjalan dengan langkah yang sangat hati-hati, ia juga berjalan di trotoar jalan guna menghindari dirinya dari kendaraan yang berlalu lalang di jalanan.

HAWA untuk ADAM [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang