26- Amira berulah?

1.2K 205 50
                                    

Jatuh cinta bukan sebuah kesalahan. Yang salah adalah terbentuknya sebuah hubungan haram atas namakan cinta.
◦ • ●★● • ◦

Dua minggu berlalu begitu cepat. Waktu liburan pun telah usai, karena tepat hari ini semua siswa diwajibkan untuk kembali bersekolah karena tahun ajaran baru di semester genap akan segera dimulai.

Seperti halnya dengan Hawa. Pagi ini ia telah bersiap, tak lupa ia sempatkan untuk membantu Uminya untuk menyiapkan sarapan pagi hingga sarapan itu di nikmati oleh ia sekeluarga.

Sarapan berlalu, hingga kini Ahkam tengah mengantar kedua putrinya menuju sekolah mereka masing-masing. Yang terakhir ia antarkan adalah Hawa karena memang sekolah Hawa lebih jauh.

Ahkam menepikan mobilnya tepat di depan SMA Garuda yang terlihat ramai itu. Bersamaan dengan itu, Hawa segera berpamitan dengannya.

"Pamit ya Bi, Assalamu'alaikum," ujarnya seraya mencium punggung tangan Ahkam.

"Wa'alaikumsalam. Belajar yang bener ya Kak," balas Ahkam dan Hawa hanya mengiyakannya. Setelah itu ia segera memasuki gerbang sekolahnya.

Bersamaan dengan langkahnya, Hawa merasa suasana yang begitu berbeda. Ia merasakan banyak tatap mata yang mengarah kepadanya membuat Hawa kebingungan. Apa ada yang salah dengannya?

Spontan Hawa mengambil ponsel dari saku rok abu-abunya untuk ia gunakan berkaca. Namun menurutnya, tidak ada yang aneh sedikitpun pada wajahnya. Hawa mengenakan hijab seperti biasanya bahkan ia juga tidak memakai riasan yang tebal, namun entah mengapa tatapan-tatapan itu membuatnya merasa tak nyaman.

"Pagi Wa," sahut seseorang yang tiba-tiba muncul dari arah belakang. Hawa menengoknya sekejab hingga ia mendapati Wildan lah orang itu.

"Pagi Kak." Hawa tersenyum singkat kearahnya karena Wildan telah berada di sampingnya saat ini.

"Kak, coba liat aku." titah Hawa membuat Wildan spontan menatapnya.

"Kenapa?" Wildan menaikkan satu alisnya.

"Ada sesuatu di mukaku ngga?" tanyanya.

Wildan terlihat mengernyitkan keningnya. "Sesuatu apa? Ngga ada apa-apa kok."

"Serius?"

"Iya, serius. Kenapa emangnya Wa?" Wildan bertanya balik.

Hawa menggeleng. "Ngga tau sih, soalnya kayak banyak yang liatin aku dari gerbang tadi. Aku kira ada sesuatu di mukaku."

"Ngga ada apa-apa kok seriusan." Wildan menampakkan senyumannya. "Yaudah, aku duluan ya Wa." pamit Wildan sebelum langkahnya mendahului Hawa.

Setelah berpisah dengan Wildan, Hawa melanjutkan langkahnya untuk menuju kelas yang sudah hampir dua minggu lamanya tidak ia sambangi lagi. Kelas ini akan ia tempati selama satu semester lagi sebelum ia akan naik ke kelas 12.

Hawa memasuki ruang kelasnya, XI IPA 2. Dan seiring dengan langkahnya melenggang masuk, ia kembali mendapat tatapan aneh dari teman-teman sekelasnya namun Hawa berusaha tidak memperdulikan dan memilih untuk menuju bangkunya.

Lagi-lagi Hawa merasa keanehan, ia yakin tidak menduduki bangku yang salah, tapi mengapa Amira malah duduk di bangku seberangnya, apa Amira salah menduduki bangku? Fikirnya.

Tatapan Hawa lekat menatap sosok Amira, hingga Amira menatap balik membuat Hawa segera tersenyum kearahnya namun Amira justru membalas dengan sebuah tatapan elang.

"Kenapa liat aku? Aku ngga mau duduk sebangku sama cewek munafik kaya kamu!" tegasnya membuat kening Hawa berkerut. Bersamaan dengan itu, seisi kelas kembali menatapnya.

HAWA untuk ADAM [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang