Warning kekerasan!
Bijaklah dalam membaca!H A P P Y R E A D I N G ! !
•
•
•
“HARUSNYA lo mati kemarin.”
Jleb
Salim kembali menghujami tubuh tak bernyawa di bawahnya itu dengan sebilah pisau tumpul kesayangannya.
“Lim!”
“Apaan?”
Saadan yang datang dengan sekaleng minuman dinginnya berdecak pelan melihat pemandangan di depannya. Pemandangan mengerikan yang sudah jadi hal biasa bagi kedua saudara itu.
“Temen lo telfon nih.”
“Siapa?”
“Gusti.”
Salim berdecak dan lanjut ‘bermain’ dengan ‘mainannya.’ Cowok itu memang memiliki banyak muka. Sebuah kesalahan besar jika hanya menilainya dari luar saja.
“Ada telfon lagi.”
“Dari Amarant.”
Kedua tangan Salim yang penuh dengan darah berhenti bergerak. Dengan kasar ia lemparkan pisaunya hingga menancap tanah pekarangan. Namun saat hendak berjalan mendekat, Saadan lebih dulu menghentikannya.
“Bersihin dulu!”
“Gue gak mau ya itu rumput-rumput hijau sama tanah pekarangan jadi bau darah.”
Salim melirik dua ekor kelinci hitam yang sudah tidak berbentuk lagi akibat ulahnya itu. Sesaat ia tersenyum tipis. “Danㅡ”
“Jadi adek sopan dikit kek.”
Salim berdecak. “Iya, iya.”
Sejenak Saadan menatap rumput-rumput pekarangan belakang rumahnya yang mendadak jadi berwarna merah. Ditambah dengan Salim dengan darah di sekujur tubuhnya itu.
Cowok yang satu tahun lebih tua dari Salim itu menghela nafas. Ia pun memilih duduk di bangku dekatnya yang menghadap langsung ke arah kolam renang. Lebih tepatnya membelakangi adiknya.
Jika ia adalah psikopat yang langsung membersihkan ‘sisa permainannya,’ maka Salim adalah psikopat yang suka meninggalkan ‘bekas’ dengan seenaknya. Saadan menggelengkan kepala. Adiknya itu terlalu cute untuk dibilang sadis.
Cute but psycho.
Dengan malas Salim membereskan potongan-potongan tubuh kelinci hitam jenis havana yang tak berdosa itu. “Kelinci gue udah habis.”
“Ya, terus?”
“Beliin lagi.”
“Uang bulanan lo kan udah gue transfer.”
“Ck! Eh Dan-IYA BANG IYAA!!” Salim buru-buru meralat ucapannya. Daripada uang bulanannya harus dipotong sama abangnya yang gak punya belas kasih itu.
Sebenarnya bagi Salim, Saadan adalah seorang kakak yang hampir sempurna. Kalau jiwa sadis dalam diri Saadan benar-benar hilang, pasti akan sangat beruntung perempuan yang bisa merebut hatinya.
Dan sepertinya beberapa tahun terakhir ini ‘si perempuan’ itu memang sudah ada. Buktinya abangnya yang bad temperament itu sudah mulai sembuh. Ck! Kakaknya itu terlalu baik untuk diklaim sebagai seorang psycho.
Too sweet but psycho.
“Gue pengen anjing.”
“Ya kan lo sendiri.”
KAMU SEDANG MEMBACA
Celandine ✓
Teen Fiction[Riddle × Teenfiction] Sejak hari terjadinya 'insiden kecil' di kantin saat itu, Beryl mendapat banyak teror aneh. Kertas clue yang selalu muncul tiba-tiba, bahkan di tempat yang tak terduga. Beberapa kali benda-benda aneh juga dikirim padanya. 'Pe...