46. BUKTI ANONIM

386 57 6
                                    

Bagaimanapun kamu membenci luka, dia lah yang telah membuat kamu dewasa.

DI ruangan lain...

Ruangan yang awalnya dihuni dua orang berjubah hitam kini hanya tersisa satu orang saja. Orang itu tak sedang menelungkupkan muka dalam lipatan lengannya. Tudung jubah juga hanya menutup setengah wajahnya. Seringaian tercetak jelas di bibirnya.

Ia bangkit berdiri dan keluar dari ruangan. Tak memedulikan kakinya yang menginjak tiga jubah hitam yang tergeletak di lantai. Meninggalkan ruangan kosong yang hening tanpa adanya tanda-tanda kehidupan di sana.

“Let's play this.”

✿✿✿

“Beryl!”

Beryl dan Aruna membalik badan. Ada Salim yang tengah berlari dengan darah mengering di bagian pelipisnya. Cowok itu juga terlihat seperti menahan sakit.

“Ya Allah, Lim. Lo gak papa?”

Salim menggeleng dan menatap balik lawan bicaranya dengan cemas. “Gua gak pa-pa. Lo sendiri gak pa-pa, 'kan?”

Beryl menggeleng.

Salim meraih tangan Beryl yang masih diperban. “Lo harus segera pergi dari sini, Ber.”

Aruna hanya menatap malas kedua bocil di sebelahnya, lalu berdeham pelan. Refleks Beryl melepaskan tangannya dari genggaman Salim. “Emangnya kenapa, Lim?”

“Nyawa lo terancam, Ber.”

“Hah? Maksudnya?”

“Amara sama Kuker rencanain sesuatu buat lo, Ber.” Lalu Salim menceritakan semuanya. Tadi sebelum menemukan Beryl dan Aruna, ia sempat menguping pembicaraan Amara dan Kuker.

“Gue bawa ini buat dia, Mar.” Itu ucapan Kuker dengan sebuah botol kecil di tangannya.

Salim tidak bodoh.

Ia tau.

Itu botol berisi zat kimia berbahaya.

Beryl menggeleng tak percaya. Apa yang sebenarnya Saadan rencanakan? Membongkar kedok semua orang terdekatnya? Atau apa?? Atau salah satu dari Amara dan Kuker adalah saudara Saadan?

Apa ini miskahh??

✿✿✿

Aruna, Beryl, dan Salim berjalan mengendap-endap di sekitar ruang tengah yang ada lantai dua dengan kondisi gelap gulita. Mereka ingin mencari Haydar dan Arkananta. Lalu mereka semua baru akan pulang.

“Kak, ini jam berapa?”

“Dua.”

Beryl melirik Salim sejenak. Sekilas terlihat cowok itu melepaskan kacamatanya dan berjalan tanpa kesulitan. “Lim, mata lo gak minus?”

Salim tersenyum. “Udah engga.”

Ketiganya kembali memeriksa satu demi satu ruangan di sana. Hingga akhirnya mereka menemukan satu ruangan dengan penerangan yang menyala redup dan sangat luas, aula.

Aula di rumah hmm… Sesaat Beryl merasa sedang berada di aula SMA Geumdo drakor School 2017. Sangat mirip memang.

Tak disangka ternyata di sana sudah ada Haydar, Arkananta, Kuker, dan Amara. Dan ya, seseorang yang sedang bersandar di dinding sembari tersenyum.

Kak Saadan.

“Ber, lo nggak pa-pa?”

Beryl mengangguk kaku ketika Kuker dan Amara berlari menghampiri dan memeluknya. Tentu saja ia masih ingat apa saja yang ia dan Aruna dengar tadi. Ditambah dengan apa yang sudah Salim katakan juga.

Celandine ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang