48. RINDU

425 56 3
                                    

Simple saja, aku sangat merindukanmu.

SUASANA duka masih sangat terasa menyelimuti para pelayat di salah satu pemakaman umum Kota Hujan itu. Setelah pemakaman selesai, mereka mulai membubarkan diri. Meninggalkan satu pusara yang terlihat baru bersama keluarga yang masih berduka.

Haydar melirik kakaknya sedih. Selama seminggu terakhir ini kakaknya terus-terusan menyalahkan dirinya sendiri atas apa yang telah terjadi. Kata lelaki itu, ia telah gagal menjaga. Ia gagal menjalankan amanahnya.

“Dar, gue pulang duluan,” ujar Aruna dan pergi dari sana.

“Hati-hati.”

“Sama gue, Bang.”

Arkananta berlari menyusul. Ia hanya ingin berjaga-jaga saja. Kalau Aruna dibiarkan menyetir sendiri dengan pikiran kalut, takutnya terjadi hal-hal yang tidak diinginkan.

✿✿✿

07.00 AM

Saadan menyikap kasar selimut tebal yang membungkus tubuh seseorang di atas tempat tidur. “Lo ngapain hack hp gue, ha!?”

“Buat apa?!”

Tak ada jawaban.

Saadan berdecak. Untuk sesaat ia menyesal tidak memasang sistem anti-retas ke ponselnya yang satu itu. “Lo ulangi lagi, gue gak segan-segan retas semua data lo. Semuanya.”

Orang yang kembali masuk ke dalam selimutnya itu hanya berdeham.

Saadan membuka seluruh gorden di kamar itu. Ia tipikal cowok yang bangun tepat waktu, melakukan pekerjaan pun juga tepat waktu. Bisa dibilang, cowok yang disiplin mengatur hidupnya sendiri.

Ia sudah terbiasa mandiri sejak kecil. Buktinya, setelah beribadah subuh tadi ia olahraga, lalu menyempatkan diri membuat sarapan. Bahkan sekarang ia sudah rapi dengan outfit-nya.

Suami idaman, bukan?

“Gue mau ke tempat biasa. Lo ikut, gak?” Orang itu menggeleng.

Saadan menghela napas. Adiknya ini, suka sekali merepotkan dirinya. Mentang-mentang libur sekolah, kerjanya cuma molor aja. Kalau bukan adiknya, sudah ia cincang-cincangㅡ

Ah, abaikan pola pikir psikopatnya.

“Ya udah. Buruan sarapan. Kalau lo gak makan lagi, gue usir lo dari sini,” ancam Saadan sebelum akhirnya pergi meninggalkan kamar.

✿✿✿

Sesampainya di villa, Aruna segera naik ke kamarnya dan mandi. Laki-laki itu menyalakan shower, membiarkan air dingin mengguyur membasahi dirinya dari ujung kepala hingga ujung kaki. Cukup lama ia hanya memejamkan mata. Ia ingin mendinginkan pikirannya.

Arkananta?

Ah, cowok itu sudah ada di salah satu kamar villa itu. Selama seminggu ini keluarga mereka sengaja menginap di salah satu villa yang mereka sewa di kota itu, karena suatu hal.

Setelah menyelesaikan mandi dan berpakaian, Aruna kembali meninggalkan rumah untuk menuju ke suatu tempat. Bersama Arkananta lagi tentunya. Tak sampai sepuluh menit akhirnya mereka pun sampai.

Celandine ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang